KURIKULUM 1977
A. Latar Belakang
Dunia dan masyarakat telah mengalami banyak perubahan sejak tahun 1968. Hal ini belum dipertimbangkan dalam kurikulum 1968 yang sudah dikembangkan
uktuk sekolah-sekolah umum, sedangkan bagi SLB memang belum disusun kurikulum tersendiri. Menyadari hal itu, pemerintah, dalam hal ini Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, pada bulan mei 1974, menyadari pentingnya meninjau dan memperbarui kurikulum yang sudah berjalan selama enam tahun
Dep P dan K, 1975. Kebijaksanaan ini telah melahirkan serangkain kegiatan untuk meneliti dan mengembangkan kurikulum baru yang lebih sesuai, dilakukan
bersama oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan dengan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Hasil dari
serangkaian kegiatan ini adalah Kurikulum SD, SMP, dan SMA yang diresmikan pada tahun 1975 untuk mulai berlaku pada tahun ajaran 1976, sedangkan untuk
SLB baru diresmikan pada tahun 1977 yang menjadi kurikulum nasional pertama kali di Indonesia.
B. Karakteristik Kurikulum 1977
Dalam kurikulum ini, kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang harus dimilki oleh para lulusan dirumuskan dalam bentuk tujuan-tujuan pendidikan, terdiri dari
tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya harus mendalami setiap tujuan yang telah ditetapkan,
agar dapat memahami jenis kegiatan belajar yang perlu direncanakan. Agar rencana kegiatan belajar benar-benar efektif dan fungsional, kurikulum ini
mengharuskan setiap guru menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan PPSI Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional.
Ada empat hal yang ditekankan dalam kurikulum ini, yaitu:
31
1. Kurikulum ini manganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan. Ini berarti bahwa setiap gutu harus mengetahui secara jelas tujuan yang harus
dicapai oleh para siswa dalam menyusun rencana kegiatan belajar mengajar dan membimbing serta melaksanakan rencana tersebut.
2. Kurikulum ini menganut pendekatan integratif dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan dalam menunjang
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih akhir. 3. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini tidak hanya dibebankan
kepada mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dalam pencapaiannya, tetapi juga kepada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan pendidikan
agama. 4. Kurikulum ini menekankan kepada efisiensi dan efektifitas penggunaan
dana, daya, dan waktu. Waktu yang tersedia pada jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan
yang tidak mungkin dilakukan di luar situasi sekolah.
Dalam menyusun dan membakukan kurikulum 1977, telah digunakan beberapa prinsip yang memungkinkan sistem pendidikan yang benar-benar efisien dan
efektif, yaitu: 1. Prinsip fleksibilitas : penyelenggaraan pendidikan ketrampilan di sekolah
hendaknya mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan sekolah untuk menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program ketrampilan.
2. Prinsip efisien dan efektifitas: waktu yang terbatas di sekolah hendaknya tidak dimanfaatkan untuk kegiatan yang sebenarnya dapat dilakukan
siswa di luar lingkungan sekolah, seperti mencatat atau membaca buku yang dapat dilakukan di rumah. Agar efisien, hindari alokasi waktu belajar
yang hanya satu jam pelajaran untuk satu pertemuan. 3. Prinsip beorientasi pada tujuan: sebelum menentukan jam dan bahan
pelajaran, para guru hendaknya terlebih dahulu menetapkan tujuan yang harus dicapai oleh para siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
32
Proses penetapan tujuan berlangsung dari tingkatan yang paling umum menuju ke tingkatan yang lebih khusus.
4. Prinsip kontinuitas: pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan dasar disusun agar para lulusan dapat mengikuti
pendidikan menengah, Kecuali tentu saja menjadi anggota masyarakat yang baik. Pendidikan menengah dirancang untuk menyiapkan lulusan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, kecuali menjadi anggota masyakarat yang baik dan memiliki ketrampilan untuk bekerja. Kurikulum
ketiga jenjang pendidikan tersebut harus mempunyai hubungan hirarkis dan fungsional.
5. Prinsip pendidikan seumur hidup: setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalau berkembang sepanjang hdupnya. Sekolah dan masyarakat
diharapkan dapat menciptakan situasi yang menantang. Tugas sekolah bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang berguna
secara langsung setelah lulus, melainkan juga menyiapkan sikap dan nilai serta kemampuan untuk belajar sepanjang hayat.
C. Sistematika Kurikulum 1977