Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
140.000 orang per tahun. Berdasarkan data WHO memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada
anak dan orang dewasa. Kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome AIDS. Pada wanita,
kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas Rahajoe, 2008.
2.3. Faktor risiko
Faktor risiko timbulnya infeksi TB paru pada anak umumnya adalah anak yang kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis TB, lingkungan
yang kurang ventilasi, kurangnya paparan sinar ultraviolet, lingkungan yang tidak sehat higienis dan sanitasi tidak baik, dan tempat penampungan umum panti
asuhan dan penjara Batra, 2011. Penderita TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret endobronkial pasien anak. Anak yang berusia
≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas
selulernya belum berkembang sempurna imatur. Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Pada bayi yang
terinfeksi TB, 43-nya akan menjadi sakit TB, pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24, pada usia remaja 15, dan pada usia dewasa 5-10
Raharjoe, 2012. Anak terinfeksi TB tidak selalu mengalami sakit TB. Infeksi TB
merupakan penyakit TB yang tidak memiliki gejala dan tanda klinis penyakit TB tetapi kuman TB telah menginfeksi jaringan, sedangkan sakit TB merupakan
penyakit TB yang memiliki gejala dan tanda klinis penyakit TB. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berkembanganya infeksi TB menjadi sakit
TB, yaitu penurunan sistem imun akibat malnutrisi, penggunaan terapi steroid,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemoterapi kanker, kanker darah, infeksi non-TB seperti campak, varisela, dan pertusis, serta infeksi Human Immunodeficiency Virus HIV Batra, 2011.
Status gizi merupakan salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi penyebab penularan tuberkulosis primer. Seorang ibu dengan perekonomian
rendah akan tidak dapat mencukupi gizi untuk tumbuh kembang anak, sehingga mereka hanya memberi makanan tanpa mengetahui kecukupan dari nilai gizinya.
Kecukupan gizi pada anak sangat penting karena dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan meningkatkan
kekebalan tubuh anak terhadap suatu penyakit Rinawati, 2010. Penelitian mengenai faktor risiko untuk terjadinya infeksi TB di Gambia
mendapatkan bahwa prevalensi uji tuberkulin positif pada anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai remaja, setelah itu itu lebih tinggi pada anak
laki-laki. Hal ini diduga akibat dari peran sosial dan aktivitas sehingga lebih terpajan pada lingkungan, atau karena secara bawaan lebih rentan, atau adanya
faktor predisposisi terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat Kartasasmita, 2009.
Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga
mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar. Vaksinasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah vaksinasi Bacillus Calmette-
Guerin BCG, yang telah diwajibkan di 64 negara dan direkomendasikan di beberapa negara lainnya. Indonesia telah melaksanakan vaksinasi BCG sejak
tahun 1952. Vaksinasi BCG diberikan secara dini segera sesudah lahir. Infeksi TB banyak terjadi pada anak–anak yang sejak semula menghasilkan uji Mantoux
positif tetapi tetap divaksinasi BCG, sehingga kemungkinan diantara mereka sudah menderita TB sebelum divaksinasi Murniasih, 2009.
Vaksinasi BCG dapat menghindarkan terjadinya TB paru berat pada anak, tuberkulosis milier yang menyebar keseluruh tubuh dan meningitis tuberkulosis
yang menyerang otak TB ekstra paru, yang keduanya bisa menyebabkan kematian pada anak. Anak yang tidak mendapat vaksin BCG akan berisiko tinggi
untuk menderita penyakit TB Haq, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4. Patogenesis