dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama 3-9 bulan. Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik
biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering pada
remaja dan dewasa muda Raharjoe, 2008.
2.5. Diagnosis
2.5.1. Manifestasi Klinis
Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut: a.
Demam lama ≥2 minggu danatau berulang tanpa sebab yang jelas
bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain, yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.
b. Batuk lama 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.
c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi yang adekuat. d.
Nafsu makan tidak ada anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak baik dengan adekuat failure to thrive.
e. Lesu dan malaise.
f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
Raharjoe, 2012.
Tabel 2.1. Frekuensi gejala dan tanda TB paru sesuai kelompok usia
Kelompok umur Bayi
Anak Remaja
Gejala
Demam Keringat malam
Batuk Batuk produktif
Hemoptisis Dispnu
Sering Sangat jarang
Sering Sangat jarang
Tidak pernah Sering
Jarang Sangat jarang
Sering Sangat jarang
Sangat jarang Sangat jarang
Sering Jarang
Sering Sering
Sangat jarang Sangat jarang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tanda Ronki basah
Mengi Fremitus
Perkusi pendek Suara napas
berkurang Sering
Sering Sangat jarang
Sangat jarang Sering
Jarang Jarang
Sangat jarang Sangat jarang
Sangat jarang Sangat jarang
Jarang Jarang
Jarang Jarang
Sumber: berdasarkan Marais JB, Gie RP, Simon H, Beyers Nulda, R. Donald peter, dan starke JR. Childhood Pulmonary Tuberculosis Old wisdom and New
Challenges, 2006.
2.5.2. Penegakan Diagnosis
Diagnosis TB pada anak sulit karena anak berusia di bawah 10 tahun biasanya tidak dapat membatukkan sputum untuk dikirim ke laboratorium untuk
mengkonfirmasi adanya kuman TB. Oleh karena itu, penegakan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan gambaran klinis, berat badan menurun, riwayat kontak
dengan pasien dewasa TB menular yang keseluruhannya dapat diketahui melalui anamnesis WHO, 2012.
Hal lain yang dapat mendukung diagnosis pasti TB dengan uji tuberkulin, pemeriksaan laboratorium, dan foto rontgen dada, serta ditemukannya M.
Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Pada anak, kesulitan
menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman paucibacillary dan sulitnya pengambilan spesimen sputum. Jumlah kuman TB
di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa karena lokasi kerusakan parenkim paru tidak seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat
dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml dahak Raharjoe, 2008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.2. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK Pulmonologi PP IDAI
2005 Parameter
1 2
3 Kontak TB
Uji tuberkulin
Berat badan BB keadaan
gizi
Demam tanpa sebab jelas
Batuk
Pembesaran kelenjar limfe,
aksila, inguinal
Pembengkakan tulangsendi
panggul, lutut, Tidak jelas
Laporan keluarga, BTA
-, atau tidak tahu
BBTB 90 atau BBU
80
≥ 2 minggu
≥ 3 minggu
Ukuran ≥ 1 cm,
jumlah ≥1, tidak
nyeri
Ada pembengkakan
Kavitas +, BTA tidak
jelas
Klinis gizi buruk atau
BBTB 70 atau BBU
60 BTA +
Positif ≥10mm,
atau ≥5 mm
pada imun osupresi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
falang
Foto rontgen toraks
Normal tidak jelas
Infiltrat, pembesaran
kelenjar, konsolidasi
segmentallobar, atelektasis
Kalsifikasi + infiltrat,
pembesaran kelenjar +
infiltrat
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Jika dijumpai skrofuloderma, pasien langsung didiagnosis tuberkulosis.
Berat badan dinilai saat pasien datang. Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
Anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6 skor maksimal 13 Pasien usia bawah lima tahun balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk
evaluasi lebih lanjut. Sumber: UKK Pulmonologi IDAI, 2005
2.6. Penatalaksanaan