Penerima Kuasa Tujuan Penulisan 1. Untuk menjelaskan pengertian dari hukum acara perdata

1. Identitas pemberi dan penerima kuasa, yaitu nama lengkap, pekerjaan, alamat atau tempat tinggal, 2. Hal yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak, misalnya perkara perdata jual beli sebidang tanah di tempat tertentu. 3. Batasan tentang isi kuasa yang diberikan. Penerima kuasa melakukan tindakan berdasarkan apa yang disebutkan dalam surat kuasa tersebut dan tidak diperbolehkan melakukan sesuatu diluar surat kuasa yang diterimanya. Pembatasan tersebut juga menyangkut apakah kuasa itu berlaku hanya di pengadilan tingkat pertama atau termasuk juga banding dan kasasi. 4. Memuat hak substitusi hak pengganti. Hal ini perlu apabila penerima kuasa berhalangan, ia dapat melimpahkan kuasa kepada pihak lain untuk menjaga agar perkara tersebut tidak tertunda, karena penerima kuasa berhalangan.

2. Penerima Kuasa

Menurut HIRRBg tidak ada ketentuan yang mengatur tentang syarat penerima kuasa. Jadi setiap orang dapat menjadi penerima kuasa, apakah ia sarjana hukum atau tidak, boleh saja menjadi penerima kuasa dalam sidang pengadilan. Sekarang ini penerima kuasa untuk beracara di pengadilan dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan berdasarkan kriteria pengangkatannya atau izin yang diberikan, yaitu: 1. Advokat atau procereur, yang merupakan penasehat hukum resmi. Mereka adalah sarjana hukum yang resmi diangkat sebagai advokat oleh pemerintah menteri kehakiman atas persetujuan Mahkamah Agung dan bukan pegawai negeri. Seorang advokat dapat membuka kantor atas nama dirinya sendiri, dan izin operasionalnya diseluruh Indonesia. 2. Pengacara praktek, yaitu penasehat hukum resmi atau pembela umum public defender. Mereka diangkat oleh pengadilan tinggi berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman No. 1 tahum 1975, setelah mengikuti ujian. Mereka dapat membuka kantor atas nama mereka dan beroperasi hanya di provinsi tempat mereka mendapatkan izin. 3. Penasehat hukum insindental. Pengacara insindentil diizinkan oleh ketua pengadilan. Mereka ini terdiri dari siapa saja, sarjana hukum atau tidak, pegawai negeri atau bukan. Dengan syarat sudah dewasa dan memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perbuatan hukum. 42 42 Ibid,. hlm. 24-25 23 Contoh Surat Kuasa: Gugatan Utang Piutang. SURAT KUASA Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Marulloh, bertempat tinggal di Jalan Raya Jatiwaringin No. 125 Bekasi; Dengan ini menerangkan memberikan kuasa kepada: Zulfan, SH, Penasehat Hukum, berkantor di Jalan Juanda No.1 Bekasi. --------------------------------------Khusus------------------------------------ Untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili sebagai Penggugat, mengajukan gugatan terhadap Asrori, di Pengadilan Negeri Bekasi mengenai utang piutang; Untuk itu yang diberi kuasa dikuasakan untuk menghadap dan menghadiri semua persidangan Pengadilan Negeri di Bekasi, menghadap instansi-instansi, jwatan-jawatan, hakim, pejabat-pejabat, pembesar- pembesar, menerima, mengajukan kesimpulan-kesimpulan, meminta sitaan sita jaminan, mengajukan atau menolak saksi-saksi, menerima atau menolak keterangan saksi-saksi, meminta atau memberikan segala keterangan yang diperlukan, dapat mengadakan perdamaian dengan syarat-syarat yang dianggap baik oleh yang diberi kuasa, menerima uang pembayaran dan memberikan kuitansi tanda penerimaan uang, meminta penetapan-penetapan, putusan, pelaksanaan putusan eksekusi, melakuakan peneguran- peneguran, dapat mengambil segala tindakan yang penting, perlu dan berguna sehubungan dengan menjalankan perkara, serta dapat mengerjakan segala sesuatu pekerjaan yang umumnya dapat dikerjakan oleh seorang kuasawali guna kepentingan tersebut diatas, juga untuk mengajukan permohonann banding atau kasasi. Kekuasaan ini diberikan dengan upah honorarium dan hak retensi hak menahan barang milik orang lain serta dengan hak untuk melimpahkan substitusi baik sebagian maupun seluruhnya yang dikuasakan ini kepada orang lain. Bekasi, 26 Agustus 2002 Penerima Kuasa Pemberi Kuasa Materai Rp 6000 Zulfan, S.H. Marulloh Contoh Surat Kuasa Substitusi SURAT KUASA SUBSTITUSI 24 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Didit Azis, S.H. Pekerjaan : AdvokatPenasehat Hukum Alamat : Jl. Kramat Raya No.1 Jakarta Pusat dengan ini menyatakan memindahkanmengalihkanmengsubstitusikan kuasa yang telah diberikan oleh: Nama : Zaenab Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jl. Merdeka No.100 Bogor dengan Surat-Kuasa tertanggal 5 Agustus 1995 tentang perkara perdatawan prestasi No. 100PdtG95PN.Bogor, yang akan dialihkan kepada yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Mafulloh, S.H. Pekerjaan : Asisten Advokat Alamat : Jl. Kramat Raya No. 1 Jakarta Pusat. Jakarta, 10 September 2002 Penerima Substitusi Pemberi Substtitusi Materai Rp 6000 Mafulloh, S.H. Didit Azis, S.H. F. PEMERIKSAAN DI DEPAN PENGADILAN 1. Penentuan sidang dan pemanggilan 43 Dalam pasal 121-122 HIR, 145-146 RBg diatur mengenai penentuan waktu sidang dan pemanggilan pihak-pihak yang berperkara. Setelah perkara didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri, ketua menetapkan majelis hakim yang akan memeriksa perkara. Ketua majelis hakim bersangkutan menentukan hari dan jam perkara akan diperiksa di muka sidang. Kemudian panggilan dilaksanakan oleh jurusita atau petugas lain yang bertindak sebagai pengganti dan harus dilakukan sesuai dengan surat perintah pemanggilan. Apabila pihak yang 43 Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia... hlm. 79-80 25 dipanggil tidak diketahui kediamannya atau pihak yang bersangkutan tidak dikenal, maka menurut Pasal 390 HIR, 718 RBg pemanggilan harus dilakukan dengan perantaraan Bupatiwalikota yang dalam daerah hukumnya Penggugat bertempat tinggal. 2. Pemeriksaan perkara Pemeriksaan perkara di muka sidang pengadilan dilakukan oleh satu tim hakim yang berbentuk majelis hakim yang terdiri dari tiga orang hakim, seorang bertindak sebagai hakim ketua dan lainnya sebagai hakim anggota. Hal itu diatur dalam undang-undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Sidang majelis hakim yang memeriksa perkara dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera yang lazim disebut panitera pengganti. 3. Sita Jaminan 44 Sita jaminan adalah sita yang dapat dilakukan oleh pengadilan atas permohonan Penggugat untuk mengamankan barang yang sedang dipersengketakan agar tidak rusak, dihilangkan atau dipindahtangankan sebelum perkara itu berakhir. 45 Permohonan penyitaan biasanya dicantumkan dalam surat gugatan dengan menyebuutkan alasan-alasannya. Akan tetapi ketentuan dalam Pasal 226, Pasal 227 HIRPasal 260, Pasal 261 RBg memberikan kemungkinan kepada Penggugat untuk mengajukan permohonann penyitaan secara terpisah dengan surat gugatan. 4. Acara verstek tanpa hadir Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan patut. Apabila pada hari sidang pertama yang telah ditentukan Penggugat tidak hadir dan tidak pula menyuruh wakilnya untuk hadir, maka gugatannya dinyatakan gugur dan dia dihukum membayar biaya perkara. Akan tetapi dia berhak melakukan gugatan sekali lagi setelah membayar lebih dahulu biaya perkara tersebut pasal 124 HIR, 148 RBg. Apabila pada hari pertama pihak Tergugat tak datang, begitu juga dengan wakilnya walau sudah dipanggil dengan patut, maka gugatan dikabulkan tanpa hadirnya Tergugat verstek, 44 Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata...hlm. 55 45 Opcit,. hlm. 57 26 default, kecuali itu melawan hukum atau tidak beralasan. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 126 HIR150 RBg majelis hakim masih bisa memerintahkan untuk memanggil Tergugat sekali lagi agar hadir pada sidang berikutnya dan majelis hakim menyatakan sidang ditunda. Verstek sendiri berarti pernyataan bahwa Tergugat tidak hadir pada hari pertama sidang. 46 5. Perdamaian di muka pengadilan Dalam hukum acara perdata berlaku, upaya perdamaian diatur dalam pasal 130 HIR, 154 RBg. Menurut ketentuan pasal 130 ayat 1 HIR, 154 ayat 1 RBg, bila pada hari sidang yang telah ditentukan kedua belah pihak hadir, ketua perupaya untuk mendamaikan mereka. Upaya mendamaikan tersebut tidak hanya pada sidang pertama, melainkan juga sepanjang pemeriksaan perkara, bahkan sampai pada sidang terakhir pun sebelum ketua mengetok palu putusannya. 6. Jawaban tergugat Dalam pemeriksaan perkara di muka sidang Peradilan Negeri, jawab-menjawab antara kedua belah pihak merupakan hal yang amat penting. Namun demikian, apa yang dikemukakan tergugat merupakan hal yang lebih penting lagi karena tergugat menjadi sasaran penggugat. Jawaban tergugat dapat perupa pengakuan, bantahan atau tangkisan eksepsi, dan referte. Eksepsi yang diajukan adalah dalam bentuk: 47 - Ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan, yaitu jiika gugatan yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil yang mengakibatkan gugatan tidak sah yang karenanya gugatan tidak dapat diterima inadmissible. - Dengan demikian, keberatan yang diajukan dalam bentuk eksepsi tidak ditujukan dan tidak menyinggung bantahan terhadap pokok perkara verweer ten principale. 7. Replik dan Duplik Setelah tergugat mengajukan jawaban, tahap selanjutnya adalah replik, yaitu jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik ini juga dapat diajukan, baik secara tertulis maupun secara lisan. Replik diajukan oleh penggugat untuk meneguhkan 46 Ibid,. hlm. 86-87 47 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 418 27 gugatannya, dengan mematahkan alasan-alasan penolakan yang dikemukakan tergugat dalam jawabannya. Setelah penggugat mengajukan replik, tahapan pemeriksaan selanjutnya adalah dublik, yaitu jawaban tergugat terhadap replik yang diajukan oleh penggugat. Sama halnya dengan replik, dublik ini pun dapat diajukan secara tertulis maupun secara lisan. Duplik diajukan tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang lazimnya berisi penolakan terhadap gugatan penggugat. 48 Jika perkara perdata tidak dapat diselesaikan secara damai, tahapan-tahapan pemeriksaan di Pengadilan Negeri dapat digambarkan sebagai berikut: 1 Penggugat mengajukan gugatan di kepaniteraan, diproses. 2 Tergugat menyampaikan eksepsijawaban. 3 Penggugat menyampaikan replik. 4 Tergugat menyampaikan duplik. 5 Penggugat dan tergugat menyampaikan alat-alat bukti. 6 Penggugat dan tergugat menyampaikan tanggapan terhadap alat bukti yang diajukan pihak lawan. 7 Penggugat dan tergugat menyampaikan kesimpulan, dan 8 Hakim membacakan keputusan.

G. PEMBUKTIAN 1. Pengertian Pembuktian