Undang-undang Yurisprudensi, Surat Edaran MA, Adat Kebiasaan, Doktrin, Perjanjian Bilateral Hakim Bersifat Menunggu

 Bagian pertama, tentang pemeriksaan perkara dalam persidangan dari pasal 142-188.  Bagian kedua, tentang musyawarah dan putusan mulai pasal 189-198.  Bagian ketiga, tentang banding mulai pasal 199-205.  Bagian keempat, tentang menjalankan putusan mulai pasal 106-258.  Bagian kelima, tentang beberapa hal mengadili perkara istimewa mulai pasal 259-272  Bagian keenam, tentang izin berperkara tanpa ongkos perkara ulai pasa 273-281.  Bagian ketujuh, tentang bukti mulai pasal 282-314. 16 3. Rv Reglement op de burgerlijke rechtsvordering voorderaden van Justitie opa Java en het hoogerechtshof van indonesie, alsmede voor de residentiegerechten op Java en Madura atau Reglement Hukum Acara Perdata untuk golongan Eropa. Rv adalah reglament yang berisi ketentuan hukum acara perdata yang berlaku khusus bagi golongan Eropa dan orang yang dipersamakan dengan mereka. Menurut Prof. Dr. R. Supomo S.H dihapusnya Raad van Justitie dan Hoogerechtshof maka Rv tidak berlaku dan hanya HIR dan Rbg saja yang berlaku. Tapi dalam praktik peradilan Pengadilan Negeri dan pengadilan Tinggi serta Mahkamah Agung RI tetap digunakan dan dipertahankan.

4. KUHAP dan KUHD

Hukum acara perdata pada KUHP terdapat khusus didalam buku I dan IV pasal 1865- 1993. Sedangkan dalam KUHD tedapat dalam pasal 7,8,9,22,23,32,255,258,272,273,274 dan 275. Hukum acara perdata juga diatur dalam aturan Kepailitan dan reglament tentang organisasi kehakiman STB.1847 No.23 yang merupakan sumber dasar penerapan hukum acara perdata dalam praktek peradilan.

5. Undang-undang

17 Undang-undang merupakan sumber hukum acara perdata dalam Undang-undang No. 20 th.1947 khusus acara banding khusus untuk daerah Jawa dan Madura. Pasal 199-205 RBg untuk luar Jawa dan Madura. Untuk acara kasasi dalam UU No.14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan UU No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Ketentuan hukum acara perdata juga diatur pada UU No.14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, UU perkawinan beserta pelaksanaannya dan lain sebagaimya.

6. Yurisprudensi, Surat Edaran MA, Adat Kebiasaan, Doktrin, Perjanjian Bilateral

Yurisprudensi merupakan suatu kumpulan yang sistematis dari keputusan Mahkamah Agung dan keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalam memberikan keputusan yang sama. Perjanjian bilateral pun dapat dijadikan sebagai sumber dasar penerapan 16 Ibid., hlm. 12. 17 Ibid., hlm. 13. 7 hukum acara perdata. Hukum acara perdata ada sebagian tertulis yaitu yang termuat dalam UU dan ada sebagian yang tidak tertulis yaitu adat kebiasaan yang dianut oleh para hakim dalam melakukan pemeriksaan perdata. 18 Adat kebiasaan yang tidak tertulis dari hakim dalam melakukan pemeriksaan tidak dapat menjamin kepastian hukum. Doktrin juga merupakan rujukan hakim untuk menggali hukum dalam menyelesaikan perkara dengan mempelajari ilmu pengetahuan. 19 C. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA Asas-asas umum Hukum Acara Perdata bertitik tolak pada praktik peradilan Indonesia sebagai berikut:

1. Hakim Bersifat Menunggu

Pelaksanaannya yaitu dengan inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak yang diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan, kalau tidak ada tuntutan maka tidak ada hakim. Jadi tuntutan hak diajukan oleh pihak yang berkepentingan, sedangkan hakim hanya menunggu datangnya tuntutan yang diajukan kepadanya. Seorang hakim tidak boeh menolak untuk memeriksa dan mengadili walaupun dengan alasan hukumnya kurang jelas pasal 14 ayat 1 UU no.141970, hal ini karena adanya anggapan hakim tahu hukumnya. Jika hakim tidak menemukan hukum tertulis, maka ia wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Seorang hakim bukan berarti mengetahui segala peraturan hukum, melainkan ia hanya diminta untuk mempertimbangkan benar tidaknya suatu peristiwa atau salah tidaknya seseorang lalu memberi putusan.

2. Hakim Pasif