Macam-macam Alat-alat Bukti dalam Perkara Perdata

Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembuktian adalah upaya para pihak yang beperkara untuk meyakinkan hakim akan kebenaran peristiwa atau kejadian yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa dengan alat-alat bukti yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Pembuktian bertujuan untuk mendapatkan kebenaran suatu peristiwa atau hak yang diajukan kepada hakim. Para praktisi hukum membedakan tentang kebenaran yang dicari dalam hukum perdata dan hukum pidana. Dalam hukum perdata, kebenaran yang dicari oleh hakim adalah kebenaran formal, sedangkan dalam hukum pidana, kebenaran yang dicari oleh hakim adalah kebenaran materil. Didalam praktik peradilan sebenarnya hakim dituntut mencari kebenaran materil terhadap perkara yang sedang diperiksanya, karena tujuan pembuktian itu adalah untuk mayakinkan hakim atau memberikan kepastian kepada hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa tertentu, sehingga hakim dapat mengonstatir, mengualifisir dan mengkonstituir, serta mengambil keputusan berdasarkan kepada pembuktian tersebut. 49

2. Macam-macam Alat-alat Bukti dalam Perkara Perdata

Alat-alat bukti sah dalam pasal 164 HIR 284 RBgPasal 1866 BW, yaitu: 1. Bukti Surat Tulisan; 2. Bukti Saksi; 3. Bukti Persangkaan; 4. Bukti Pengakuan; 5. Bukti Sumpah; Sistem HIR RBg dalam acara perdata menyebutkan bahwa hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah dalam Undang-undang, sehingga putusan Hakim juga didasarkan pada Undang- undang atas alat-alat bukti tersebut. Dalam pasal tentang alat-alat bukti tersebut ditentukan, bahwa di dalam segala hal dengan memperhatikan aturan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal berikutnya. 1 Alat Bukti Surat Tulisan Alat bukti surat atau tulisan diatur dalam Pasal 138, Pasal 165 dan Pasal 167 HIRPasal 164, Pasal 285 dan Pasal 305 RBgStb. 1867 Nomor 29 dan Pasal 1867 sampai dengan Pasal 1894 BW. 50 49 Abdul Manan, Penerapan hukum acara perdata... hlm. 227 50 Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata...hlm. 91 29 Surattulisan adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan dengan maksud mencurahkan isi hati atau guna menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipakai sebagai pembuktian. 51 Surat sebagai alat bukti tertulis dapat dibedakan dalam akta dan surat bukan akta. Akta dapat dibedakan menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan. Dalam hukum pembuktian, bukti tulisan atau surat merupakan alat bukti yang diutamakan jika dibandingkan dengan alat bukti yang lain. 52 a. Akta Akta adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk dijadikan bukti tentang sesuatu peristiwa dan ditandatangani oleh pembuatnya. Dengan demikian, unsur-unsur yang penting untuk digolongkan dalam pengertian akta adalah kesengajaan untuk membuatnya sebagai suatu bukti tulisan tersebut. Yang dimaksud dengan penandatangan ialah membubuhkan nama si penanda tangan, sehingga membubuhkan paraf singkatan tanda tangan dianggap belum cukup. Nama itu harus ditulis tangan oleh si penanda tangan sendiri atas kehendaknya sendiri. 53 Akta dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: a Akta Otentik Akta otentik termuat dalam Pasal 165 HIR 285 RBg. Yang disebut akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwewenang membuatnya dan merupakan bukti sempurna bagi kedua pihak dan ahli warisnya dan sekaligus orang yang mendapat hak daripadanya, juga tentang pokok soal yang tercantum di dalamnya serta apa yang tercantum pada akta itu sebagai pemberitahuan. Pejabat yang berwenang membuat akta otentik adalah notaris, pegawai pencatatan sipil, panitera, camat, dan sebagainya. Pada umumnya akta otentik yang dibuat oleh pejabat umum, berkekuatan sebagai keterangan resmi akta resmi ialah apa-apa yang dialami oleh pejabat sendiri, misalnya pihak-pihak yang menghadap kepadanya mengucapkan kata-kata yang kemudian ditulis oleh pejabat tersebut. Ini termasuk Akta Relas misalnya berita acara sidang. 51 Soeparmono, Hukum Acara Perdata, dan Yurisprudensi Bandung: Mandar Baru, 2005 hlm. 119 52 Abdul Manan, Penerapan hukum acara perdata... hlm. 240 53 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia... hlm. 106 30 Keterangan resmi ini dianggap benar dan berlaku terhadap semua orang. Sedang kekuatan mengikatnya yaitu terhadap para pihak, ahli warisnya, dan pendapat hak. Kekuatan Pembuktian Akta Otentik 54 - Kekuatan pembuktian formil. Di sini membuktikan bahwa pihak-pihak telah menerangkan apa yang termuat dalam akta tersebut, tanpa menghiraukan kebenaran isinya akta itu. - Kekuatan pembuktian meteriil. Di sini membuktikan bahwa antar pihak-pihak benar bahwa hal atau peristiwa dalam akta tersebut benar-benar terjadi menurut isinya. - Kekuatan pembuktian mengikat. Di sini membuktikan antara pihak-pihak dan pihak ke tiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta telah benar dan menerangkan apa yang tertulis di dalam akta tersebut. Oleh karena itu akta otentik mempunyai kekuatan bukti terhadap pihak ke tiga pihak luar 55 Sebuah akta otentik haruslah memenuhi unsur-unsur: 1. Dibuat oleh atau dihadapan penjabat resmi atau berwenang 2. Sengaja dibuat akta tersebut untuk surat bukti 3. Bersifat partai 4. Atas permintaan partai 5. Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan meningkat. 56 b Akta di Bawah Tangan Akta dibawah tangan adalah suatu akta yang ditanda tangani dan dibuat dengan maksud dijadikan bukti suatu perbuatan hukum tanpa bantuan seorang pejabat. Apabila suatu akta di bawah tangan, isi dan tandatangan akta itu telah diakui oleh yang membuatnya, maka akta tersebut mempunyai kekuatan pembuktian seperti halnya pada akta otentik, yaitu mempunyai kekuatan bukti sempurna. Hal itu mempunyai kekuatan bukti terhadap pembuat akta, ahli warisnya, dan pendapat haknya. Apabila tandatangan dalam akta disangkal dibantah oleh pihak yang menandatangani, maka pihak yang mengajukan akta tersebut harus berusaha membuktikan dan Hakim harus memeriksa kebenaran tanda tangan tersebut. Akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan pembuktian kepada pihak ketiga. Kekuatan bukti akta di bawah tangan: 54 Soeparmono, Hukum Acara Perdata, dan Yurisprudensi... hlm 121 55 Ibid,. hlm. 121 56 Abdul Manan, Penerapan hukum acara perdata... hlm 241 31 - memenuhi perumusan dalam undang-undang seyogyanya dalam pertimbangan yang terlepas dari dalam kasasi yang diajukan ditambahkan, bahwa hal itu dilakukan berdasarkan alasan kasasi mahkamah agung sendiri. - Nampak kwitansi dianggap sebagai akta di bawah tangan yang bersifat sepihak dan kewajiban untuk melunaskan hutangnya pasal 291 ayat 1 RBg. b. Surattulisan Bukan Akta Surat-surat non-akta sebagaimana yang diatur dalam pasal 294 ayat 2 RBg dan pasal 1881 ayat 2 KUHPerdata, bentuknya dapat berupa surat biasakoresponden, catatan harian, dan sebagainya. Surat-surat tersebut tidak sengaja dibuat sebagai surat bukti atau tidak sengaja dibuat untuk alat bukti. Nilai kekuatan pembuktiannya tergantung pada penilaian hakim. Jika isinya mengandung fakta maka dapat dipergunakan sebagai bukti permulaan atau sebagai surat keterangan yang memerlukan dukungan alat bukti lain. 57 Ada beberapa tulisan bukan akta yang oleh undang-undang ditetapkan sebagai alat bukti yang mengikat, artinya harus dipercaya oleh hakim, yang disebut dalam Pasal 1881 ayat 1 sub 1 dan sub 2 serta Pasal 1883 BW, yaitu: 58 a. Surat-surat yang dengan tegas menyebut tentang suatu pembayaran yang telah diterima. b. Surat-surat yang dengan tegas menyebutkan bahwa catatan yang telah dibuat adalah untuk memperbaiki suatu kekurangan di dalam sesuatu alas hak titel bagi seorang untuk keuntungan siapa surat itu menyebutkan suatu perikatan. c. Catatan yang dicantumkan oleh seorang kreditur pada suatu alas hak yang selamanya dipegangnya jika apa yang ditulis itu merupakan suatu pembebasan terhadap debitur. d. Catatan-catatan yang dicantumkan kreditur pada salinan suatu alas hak atau tanda pembayaran, asal saja salinan atau tanda pembayaran ini berada dalam tangan debitur. 2 Alat Bukti Saksi Alat bukti saksi diatur dalam Pasal 139-152 HIR168-172 RBg, dan Pasal 1902 sampai 1908 BW. Keterangan saksi adalah kesaksian tentang hal-hal atau peristiwa dan kejadian yang dialami sendiri, yaitu apa-apa yang dialami, dilihat dan didengar sendiri perihal kepastian yang 57 Ibid,. hlm. 243 58 Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata...hlm 98 32 diberiakan dipersidangan. Keterangan saksi harus lisan dan pribadi didepan sidang, bukan yang diperoleh secara pikiran atau dugaan atau yang didengar dari pihak ketiga atau orang lain. Tiap kesaksian harus disebutkan sebab-sebab ia mengetahui itu, jadi tidak cukup keterangan bahwa ia telah tahu, sebab kalau hanya demikian bukan kesaksiaan dan tidak mempunyai nilai bukti dan tidak mempunyai kekuatan bukti sempurna. Orang-orang yang tidak dapat didengar sebagai saksi: - Tidak mampu absolut mutlak yaitu keluarga sedarah atau perkawinan dalam keturunan lurus salah satu pihak dan suamiistri salah satu pihak, meskipun bercerai. - Tidak mampu relatif nisbi yaitu anak belum berumur 15 tahun dan orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya sehat. Kewajiban saksi adalah: 1. Saksi wajib datang dipersidangan : Pasal 139-141 HIR165-167 RBg 2. Saksi wajib untuk bersumpah atau janji: Pasal 147 HIR175 RBg 3. Saksi wajib memberikan kesaksian secara benar: Pasar 150 HIR178RBg. Menurut rangkaian Pasal 140, Pasal 141, dan Pasal 148 HIRPasal 166, Pasal 167, dan Pasal 176 RBg, seseorang yang bukan karena sesuatu alasan yang sah tidak dapat memenuhi panggilan menjadi saksi dapat dikenakan sanksi-sanksi sebagai berikut: a. Dihukum untuk membayar biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memanggilnya menjadi saksi. b. Secara paksa dibawa menghadap pengadilan, kalau perlu dengan bantuan Polri. c. Dimasukkan dalam penyanderaan. 59 Tujuan undang-undang mengharuskan saksi untuk bersumpah atau berjanji sebelum memberikan keterangannya adalah agar saksi tersebut betul-betul memberikan keterangan yang sebenarnya. Meskipun demikian, belum tentu sumpahnya tersebut merupakan jaminan sepenuhnya bahwa semua keterangan saksi benar dan dapat dipercaya. Oleh karenanya, dalam mempertimbangkan nilai kesaksian, Pasal 172 HIRPasal 309 RBg menentukan, agar hakim memperhatiakan benar-benar kecocokan keterangan saksi yang satu dengan saksi yang lain. Pemeriksaan saksi harus dilakukan seorang demi seorang, tidak boleh dilakukan pemeriksaan terhadap 2 orang saksi sekaligus atau lebih secara bersama-sama Pasal 144 ayat 59 Ibid,. hlm. 101 33 1 HIRPasal 171 ayat1 RBg. Maksudnya tidak lain adalah agar saksi-saksi tersebut tidak menyesuaikan keterangan mereka satu sama lain. 60 3 Bukti Persangkaan dugaan Diatur dalam pasal 173 HIR310 RBg serta pasal 1912-1922 BW. Yang dimaksud dengan persangkaan adalah kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang dikenal atau dianggap terbukti, dengan mana diketahui adanya suatu peristiwa yang tidak dikenal. Jika yang menarik kesimpulan tersebut adalah undnag-undang, maka disebut dengan persangkaan undang-undang. Sedangkan jika yang menarik kesimpulan itu alah hakim, maka disebut dengan persangkaan hakim. Persangkaan sebagai alat bukti bersifat sementara, tetapi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi diambil dari alat-alat bukti lainnya. 61 Menurut ilmu pengetahuan persangkaan merupakan alat bukti yang tidak langsung dibedakan atas 2 macam, yaitu persangkaan berdasarkan kenyataan dan persangkaan berdasarkan unndnag-undang. 4 Bukti Pengakuan Dasar hukum pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam pasal 174 HIR dan pas 311 RBg. Serta pasal 1923-1928 KUH Perdata. Bukti pengakuan dibedakan menjadi 2 yaitu:  Pengakuan di muka sidang  Pengakuan di luar sidang Pengakuan merupakan alat bukti maka, demi kepastian hukum harus dinyatakan bahwa pengakuan itu merupakan alat bukti yang sah menurut hukum, setiap pengakuan yang telah diucapkan di depan sidang oleh salah satu pihak yang berperkara sendiri atau kuasa hukumnya, maka pengakuan tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini berarti apabila tergugat telah mengakui segala dalil gugat maka pengakuan itu membebaskan penggugat untuk membuktikan lebih lanjut. Konsekuensi dari hal ini, hakim harusmengabulkan tuntutan penggugat dan perkara dianggap selesai. 60 Ibid,. hlm. 105 61 Soeparmono, Hukum Acara Perdata, dan Yurisprudensi... hlm. 126 34 Pengakuan di luar sidang sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 175 HIR dan Pasal 312 RBg hanya menyangkut pengakuan lisan saja. Oleh karena Hakim tidak mendengar sendiri pengakuan tersebut maka diperlukan alat bukti lain yaitu alat bukt saksi. Dari keterangan saksi itu Hakim dapat menilai pengakuan lisan di luar sidang itu, apakah mempunyai kekuatan pembuktian atau tidak. 62 5 Bukti Sumpah Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 182-185 dan 314 RBg, pasal 155-158 dan177 HIR dan pasal 1929-1945 KUH perdata. Menurut Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, S.H sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat Maha Kuasa daripada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberikan keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Jadi, sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam persidangan majelis hakim. Sumpah sebagai alat bukti berbeda dengan sumpah yang diucapkan sanksi sebelum memberi keterangan di depan majelis hakim. Sumpah tersebut bukan sebagai alat bukti, tetapi kesaksiannya itulah yang menjadi bukti, sebaliknya sumpah yang diucapkan para pihak dalam perkara adalah menjadi alat bukti. Sumpah saksi hanya menyatakan benar apa yang dikethui,sumpah didengar dan dilihat oleh saksi sesuai dengan apa yang diterangkannya di depan sidang pengadilan. Sebaliknya sumpah sebagai sebagai alat bukti isinya tentang kebenaran apa yang dilakukan pihak yang bersupah itu. Dalam praktik Peradilan Agama Islam, dikenal beberapa sumpah sebagai alat bukti, yaitu: a. Sumpah pelengkap Agar sumpah pelengkap dapat dijadikan alat bukti, maka harus memenuhi syarat-syarat formal dan materil sebagai berkut: 1. Syarat formal sumpah pelengkap  Sumpah tersebut untuk melengkapi atau menguatkan pembuktian yangsudah ada, tetapi belum mncapaibatas minimal pembuktian. 62 Abdul Manan, Penerapan hukum acara perdata, hal. 258 35  Bukti yang sudah ada baru bernilai bukti permulaan  Para pihak yang berperkara sudah tidak mampu lagi menambah alat bukti yang ada dengan alat bukti yang lain  Sumpah dibebankn atas perintah hakim dan diucapkan didepan sidang majelis hakim secara person. 2. Syarat materil sumpah pelengkap;  Isi lafadz sumpah harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri oleh pihak yang beperkara atau yang berperkara atau yang mengucapkan sumpah tersebut.  Isi sumpah harus berkaitan langsung dengan pokok perkara dan tidak bertentangan dengan agama, moral dan kesusilaan. b. Sumpah Pemutus Sumpah pemutus atau juga sering disebut dengan sumpah yang menenukan diatur dalam pasal 156 HIR, pasal 183 RBg dan pasal 1930 KUH Perdata. Dalam pasal-pasal ini dikemukakan bahwa jika tidak ada sesuatu keterangan untuk menguatkan gugatan atau jawaban atas gugatan itu, maka salah satu pihak dapat meminta pihak lain bersumpah dimuka hakim.jadi sumpah pemutus ini dapat dibebankan kepada salah satu pihak walaupun sama sekali tidak ada bukti, pembebanan tersebut atas permohonan salah satu pihak yang berperkara. Tujuan dari pelaksanaan sumpah pemutus adalah untuk menyelesaikan perkara. Oleh karena itu, pihak yang telah mengucapkan sumpah tidak boleh lagi diperintahkan memberikan bukti-bukti lagi untuk membenarkan apa yang dinyatakan dengan sumpahnya itu. 63

3. Pemeriksaan Setempat