Perwakilan dalam Perkara Tujuan Penulisan 1. Untuk menjelaskan pengertian dari hukum acara perdata

Gabungan penggugat atau gabungan tergugat seperti di atas, disebut “kumulasi subjektif” artinya subjek hukum yang bergabung dalam perkara. Suatu perkara perdata yang terdiri dari dua pihak, yaitu ada penggugat dan ada tergugat yang berlawanan, disebut jurisdiction contentiosa atau “peradilan yang sesungguhnya”. Karena peradilan yang sesungguhnya maka produk Pengadilan adalah putusan atau vonnis Belanda atau al-qada’u Arab. 39

1. Perwakilan dalam Perkara

Pada dasarnya beracara dimuka pengadilan dapat dilakukan secara langsung oleh pihak- pihak yang merasa dirugikan. Namun demikian dalam HIRRBG terdapat ketentuan yang memberikan kesempatan kepada pihak-pihak tersebut untuk meminta bantuan atau mewakilkan kepada seorang kuasa. Pasal 123 HIR147 RBG menentukan: 1 kedua belah pihak jika mereka menghendaki dapat meminta bantuan atau mewakilkan kepada seorang kuasa yang untuk maksud itu harus dilakukan dengan surat kuasa khusus, kecuali badan yang memberi kuasa itu hadir sendiri. Dalam praktek biasanya jika suatu instansi pemerintah terlibat dalam suatu kasus gugatan peradilan, maka pejabat instansi tersebut memberikan kuasa kepada bawahannya yang ahli hukum untuk mewakili dalam perkara tersebut atau Jaksa Agung sebagai kuasa dari pemerintahan. Namun, apabila dipandang perlu hakim berwenang memerintahkan kedua belah pihak yang bersengketa datang menghadap sendiri ke persidangan, meskipun telah diwakili oleh seorang kuasa. Pasal 58 UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pemberian kuasa dengan surat kuasa khusus artinya menunjuk kepada macam perkara tertentu dengan rincian isi kuasa yang diberikan, seperti perkara tentang masalah warisan, jual beli tanah, perceraian, perbuatan melawan hukum. Cara memberikan kuasa dapat dilakukan dengan akta notaris notarial document, akta yang dibuatt oleh panitera Pengadilann Negeri, yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal pemberi kuasa, atau dengan akta dibawah tangan yang dilegalisir serta didaftar menurut ordonansi Stb. No. 46 tahun 1916, yaitu ordonansi tentang cara menandatangani akta dibawah tangan. 40 Berikut yang perlu dicantumkan dalam surat kuasa khusus: 41 39 Roihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama... hlm. 58-59 40 Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: Putra Aditya Bakti, 2010, hlm. 71 41 Moh. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata... hlm. 21 22 1. Identitas pemberi dan penerima kuasa, yaitu nama lengkap, pekerjaan, alamat atau tempat tinggal, 2. Hal yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak, misalnya perkara perdata jual beli sebidang tanah di tempat tertentu. 3. Batasan tentang isi kuasa yang diberikan. Penerima kuasa melakukan tindakan berdasarkan apa yang disebutkan dalam surat kuasa tersebut dan tidak diperbolehkan melakukan sesuatu diluar surat kuasa yang diterimanya. Pembatasan tersebut juga menyangkut apakah kuasa itu berlaku hanya di pengadilan tingkat pertama atau termasuk juga banding dan kasasi. 4. Memuat hak substitusi hak pengganti. Hal ini perlu apabila penerima kuasa berhalangan, ia dapat melimpahkan kuasa kepada pihak lain untuk menjaga agar perkara tersebut tidak tertunda, karena penerima kuasa berhalangan.

2. Penerima Kuasa