Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI

esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot Wikipedia, 2008.

2.3.4.2 Kelemahan lele dumbo

Karakteristik dagingnya yang terlalu empuk dan lembut, sehingga mudah hancur.

2.4 Kerangka Berfikir

Dendeng merupakan produk makanan yang dibuat dari daging sapi yang diawetkan dengan cara dikeringkan dan dijemur di bawah terik sinar matahari. Umumnya dendeng dibumbui dengan asam, garam dan rempah lainnya. Saat ini dendeng bisa dibuat dengan cara digiling dan disayat tipis. Kandungan serat yang terdapat pada dendeng dapat menjadikan dendeng potensial untuk dikembangkan dengan berbagai bahan dasar lain. Salah satu variasi bahan dasar lainnya dapat diganti dengan jamur tiram. Jamur tiram merupakan salah satu bahan nabati yang tekstur dan rasanya gurih, sedap, mendekati rasa daging. Sementara tekstur kenyal dan rasa gurih menjadikan jamur bisa diolah menjadi bahan yang mirip dengan daging ayam atau sapi. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar yang penting dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Penambahan bahan ikan lele dalam pembuatan dendeng gilng jamur tiram adalah untuk memperkaya kandungan gizi, terutama pada kandungan protein. Inovasi pengolahan jamur tiram dengan substitusi ikan lele merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu jamur tiram, serta untuk menambah nilai jual ikan lele. Selain itu, juga untuk diversifikasi bahan pangan guna mencapai peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan pangsa pasar atau daya serap masyarakat. Produk dendeng jamur tiram diharapkan dapat menjadi produk diversifikasi jenis dendeng giling. Dari kerangka berfikir tersebut, maka dilakukan eksperimen pembuatan dendeng giling jamur tiram dengan substitusi ikan lele yang berbeda yaitu 30, 40, dan 50. Untuk mengetahui perbedaan kualitas dan daya terima terhadap dendeng giling jamur tiram yang dihasilkan, maka dilakukan penilaian subyektif dan penilaian obyektif. Penilaian subyektif terdiri dari uji inderawi dan uji kesukaan. Uji inderawi dilakukan oleh panelis yang agak terlatih, sedangkan uji kesukaan dilakukan oleh panelis yang tidak terlatih. Penilaian obyektif yang dilakukan adalah uji kandungan gizi meliputi kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar. Uraian tersebut dapat disederhanakan dalam bentuk skema kerangka berfikir pada gambar 2.5 Gambar 2.5 Skema Kerangka Berfikir Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele Jamur Tiram Faktor Positif : 1. Kandungan protein, serat, dan asam amino baik untuk kesehatan. 2. Memiliki rasa yang enak dan gurih. 3. Sudah banyak di budidayakan. 4. Banyak masyarakat yang mengkonsumsi. 5. Harganya lebi murah dari pada daging sapi Faktor Negatif : 1. Tidak tahan lama untuk disimpan. 2. Dalam kondisi segar mudah diserang hama. 3. Sulit dikirim jarak jauh karena tudungnya yang mudah rusak. Ikan Lele Faktor Positif : 1. Kaya akan kandungan gizi, terutama pada kandungan protein 2. Mudah di dapat Faktor Negatif : Tekstur daging yang tidak padat atau menyatu Upaya meningkatkan kualitas jamur tiram yaitu diversifikasi olahan pangan berupa dendeng giling Alternatif pemecahan sebagai bahan penambahan campuran ikan lele kedalam pembuatan dendeng giling Dendeng giling jamur tiram dengan penambahan daging ikan lele Penambahan ikan lele a. 30 dari bahan dasar b. 40 dari bahan dasar c. 50 dari bahan dasar Penilaian Subjektif Mutu Inderawi warna, aroma, tekstur, rasa Uji Orgaanoleptik uji kesukaan Penilaian Objektif Uji Laboratorium kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar

2.5 Hipotesis