2.3. Tinjauan Umum Perbedaan Kompetensi Antara Pengadilan Agama Dan Pengadilan Negeri
2.3.1. Batas Kewenangan Absolut
Kewenangan absolut merupakan kewenangan peradilan mana yang berhak untuk memutuskan suatu perkara. Dalam pengangkatan anak, di
Indonesia terdapat dualisme kewenangan absolut dalam menetapkan suatu pengangkatan anak. Kewenangan absolut sebagaimana yang dinyatakan
Berdasarkan Pasal 50 UU No. 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum bahwa
Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
Jadi, pada dasarnya, semua perkara pidana dan perdata menjadi kewenangan peradilan umum asas lex generalis. Tetapi kemudian ada
ketentuan lain dalam undang-undang yang menentukan bahwa terhadap perkara-perkara perdata tertentu menjadi kewenangan pengadilan dalam
lingkungan peradilan agama asas lex specialis. Apabila kedua asas tersebut berhadapan, maka secara lex specialis ketentuan tersebut harus diutamakan
berlakunya. Lex specialis derogaat lex generalis, yang artinya ketentuan yang lebih khusus mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum Kamil,
2010:1.
Kewenangan Pengadilan Agama sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 49 UU No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama bagi
orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
Perkara perdata yang telah secara khusus dinyatakan oleh perundang- undangan sebagai kewenangan peradilan lain, selain peradilan umum, maka
perkara perdata tersebut berada diluar yurisdiksi kewenangan peradilan umum. Jadi dalam perkara permohonan pengangkatan anak oleh orang-orang
Islam berdasarkan Hukum Islam telah diatur dalam UU No. 3 Tahun 2006
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama , maka hal itu menjadi kewenangan absolut peradilan agama Kamil, 2010:7.
2.3.2. Batas Kewenangan Relatif