Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar Isjoni, 2011 : 14. Pembelajaran menurut aliran behavioristik adalah upaya membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar. Pembelajaran yang
menyenangkan akan memperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku Sugandi, 2007 : 34.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yaitu guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar dan siswa
belajar bagaimana belajar yang baik melalui berbagai pengalaman belajar sehingga mengalami perubahan dalam dirinya. Dengan demikian, pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungannya.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswanya.
Secara sederhana kata “kooperatif” berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim.
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang
dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya Isjoni, 2011 : 8.
Menurut Slavin 2005: 8, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan
baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ibrahim tujuan dari pembelajaran kooperatif ada tiga yaitu:
1 Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan,
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2 Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan dari orang- orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3 Pengembangan keterampilan sosial
Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi
bangsa ini dalam mengatasi masalah sosial yang makin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk
memenangkan persaingan tersebut Isjoni, 2011:39-41. Kelebihan metode pembelajaran kooperatif antara lain: siswa mempunyai
tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa dapat berkembang karena adanya interaksi
dan tukar pendapat, siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong dan didukung dari rekan sebaya.
Kelemahan pembelajaran kooperatif antara lain: selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang
dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, saat diskusi kelompok terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif Slavin, 2005: 143. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung
dan membantu siswa satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: 1
Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar terfokus dalam unit STAD. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2 Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik. Tim adalah fitur terpenting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan
tim harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
3 Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya. 4
Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individu adalah untuk memberikan kepada
tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa
diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Poin kemajuan individual Skor kuis
Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 10-1 poin di bawah skor awal
10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
5
Rekognisi
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu seperti pada Tabel 2.2. Skor tim
siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat
mereka. Selain itu rekognisi ini juga digunakan untuk memberikan penguatan terhadap siswa agar lebih serius dalam pembelajaran.
Tabel 2.2. Kriteria tim berdasarkan rata-rata skor tim Kriteria Rata-rata Tim
Penghargaan 15
TIM BAIK 16
TIM SANGAT BAIK 17
TIM SUPER
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:
1 Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok. 2
Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4 Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat. Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya sebagai berikut: 1
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2 Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4 Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
2.3 Eksperimen