Permasalahan UMKM Penelitian Terdahulu

23 3. Pembagian kerja yang kendur, setiap pekerja dapat mengerjakan disemua bagian produksi. 4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek, perintah dari pemilik secara langsung disampaikan secara lisan, tidak melalui hierarki yang panjang. 5. Aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan. 6. Kurang membedakan asset pribadi dan asset perusahaan.

2.2. Permasalahan UMKM

Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen FE UI tahun 1987, menyimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh UMKM berdasarkan tahapan perkembangan usaha, adalah sebagai berikut: a. Sebelum investasi : permodalan, kemudahan usaha lokasi, izin. b. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha. c. Peningkatan usaha : pengadaan bahan atau barang. Permasalahan lain yang dialami usaha kecil adalah resiko menurunnya usaha yang disebabkan karena kurangnya modal, kurangnya kemampuan memasarkan produk, kurang keterampilan tekhnis dan administrasi. Anggraeni 2005, dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Efektivitas Kredit UMKM” menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi UMKM adalah masalah pemasaran, masalah teknologi, masalah manajemen keuangan dan masalah permodalan. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar yang dijangkau para pengusaha kecil belum meluas, teknologi yang digunakan UMKM masih sederhana dan seadanya, sedangkan dalam mengelola keuangan kebanyakan UMKM tidak menggunakan pencatatan keuangan, tetapi hanya menggunakan perhitungan sederhana. Modal merupakan masalah yang memiliki tingkat paling tinggi antara yang lain. 24

2.3. Pembiayaan BPRS pada UMKM

2.3.1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998. Menurut Tangkilisan 2003 ada dua istilah yang berbeda tapi mengandung perinsip yang sama yaitu kredit dan pembiayaan. Perbedaan antara kredit dan pembiayaan terletak pada bentuk kontrapretasinya yang akan diberikan nasabah peminjam dana debitur pada bank atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontraprestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama.

2.3.2. Jenis Pembiayaan

Menurut Arifin 2006, Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit, yang menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat di bagi dalam dua yaitu: i memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk pemenuhan kebutuhan tersebut; ii untuk kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut penggunaannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam dua: pertama pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang diperlukan untuk peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Kedua pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital goods 25 beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan kegiatan investasi tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 619PBI2004, jenis pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang ada di BPRS adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan berdasarkan perinsip bagi hasil 1 Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung penyedia dana kecuali kerugian akibat kesalahan yang disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan yang dilakukan oleh pengelola dana. 2 Musyarakah Musyarakah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyediaan dana dengan penyedia dana lainnya untuk membiayai usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara penyedia dana berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua penyedia dana berdasarkan porsi dana masing-masing pihak. b. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli 1 Murabahah Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati antara BPRS sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan secara tangguh. 2 Salam Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan pembayaran lunas dimuka oleh BPRS sebagai pembeli 26 kepada nasabah sebagai penjual yang berkewajiban menyerahkan barang pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, dan barang tersebut akan dijual kembali oleh BPRS kepada pihak lain. 3 Istishna Istishna adalah perjanjian jual beli barang dengan pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh oleh nasabah sebagai pembeli kepada BPRS sebagai penjual setelah barang pesanan diterima oleh nasabah. c. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa menyewa Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang aktiva Ijarah atau uang Ijarah antara BPRS sebagai pihak yang menyewakan dengan nasabah sebagai pihak penyewa dalam jangka waktu tertentu. Aktiva Ijarah adalah aktiva yang diperoleh atau dibeli BPRS untuk tujuan disewakan. Sedangkan uang Ijarah adalah uang muka sewa yang dibayar oleh BPRS kepada pihak pemilik barang, selanjutnya barang tersebut disewakan kepada nasabah. d. Pembiayaan berdasarkan prinsip jasa Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara BPRS sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pengembalian pokok pinjaman tanpa imbalan yang diperjanjikan di muka secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

2.4. Penelitian Terdahulu

Firmansyah 2001 dalam penelitiannya yang berjudul “Karakteristik, Permasalahan dan Pertumbuhan Skala Usaha Industri Kecil dan Menengah” menyebutkan bahwa untuk memahami berbagai kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pengembangan usaha adalah melalui pendekatan karakteristik pengusaha dan usahanya. Analisis 27 mengenai karakteristik pengusaha meliputi berbagai aspek seperti : umur, pendidikan, lama usaha, pekerjaan orang tua dan lama usaha. Sementara analisis tentang karakteristik usaha akan dilihat dari segi permodalan, tenaga kerja, produksi dan pemasaran, dan dilanjutkan dengan kajian mengenai kemitraan atau kerjasama. Hartati 2005, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aset Nasabah Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT BPRS Amanah Ummah” menyimpulkan karakteristik nasabah pembiayaan murabahah dari BPRS tersebut didominasi oleh pedagang. Motivasi mereka mengajukan pembiayaan adalah untuk menambah modal dan mengembangkan usaha. Hampir seluruh nasabahnya tidak memiliki laporan keuangan. Pembiayaan murabahah memberikan pengaruh terhadap rata-rata kapasitas penjualan per harinya, pada laba dan aset yang dimiliki. Semakin besar pembiayaan yang diperoleh maka semakin tinggi laba dan aset nasabah, sehingga usaha usaha nasabah mengalami pertumbuhan. Irvansyah 2005, dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan dengan Metode Mudharabah dan Musyarakah Studi Kasus Nasabah PT. Permodalan Nasional Madani Jakarta” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan dan berpengaruh nyata adalah tingkat pengembalian yang diharapkan, tingkat besarnya jaminan, pengaruh jaminan dan pencataan keuangan. Ekowati dalam Anggraeni 2006, dengan judul penelitian “ Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Debitur dalam Pengembalian Kredit dan Penilaian Atribut Lembaga Keuangan yang Ideal” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi debitur mengambil kredit secara umum yaitu skala usaha, frekuensi, periode angsuran dan lama interaksi dengan lembaga keuangan. Diantara atribut yang diajukan untuk dinilai debitur berturut-turut dari tingkat kepentingannya : lokasi strategis, sistem pelayanan, tingkat suku bunga, 28 performan karyawan, kredibilitas lembaga keuangan, materi komunikasi, kecanggihan teknologi dan jam atau hari buka. Pursito 2003 dalam penelitiannya yang berjudul ” Kajian Efektivitas dan Faktor- Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan Menengah Pangan oleh BRI di Semarang” menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap pengambilan kredit adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan karyawan, pengalaman usaha, pengalaman pengambilan kredit, tingkat pengenalan pegawai, biaya transportasi dan jarak lokasi dari penerima ke bank. 29

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

UMKM memiliki karakteristik pembiayaan yang unik, yakni diperlukan ketersediaan dana tepat waktu, jumlah dan sasaran yang tepat, prosedur yang relatif sederhana. Akses yang mudah dan sederhana merupakan faktor penting bagi pengusaha kecil untuk melakukan pinjaman atau pembiayaan pada perbankan. Pada umumnya suatu lembaga keuangan yang ideal menurut pengusaha kecil adalah lembaga keuangan dengan prosedur mudah, persyaratan dan jaminan yang ringan, tingkat bunga yang rendah. BPRS adalah lembaga keuangan mikro syariah formal. BPRS merupakan pihak yang menjadi perantara untuk menyalurkan pembiayaan kepada UMKM. BPRS menetapkan prosedur tertentu dalam perolehan pembiayaan, sehingga untuk mendapatkan pembiayaan, calon debitur harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan pembiayaan, secara garis besar calon nasabah harus melewati suatu proses yaitu: pengajuan pembiayaan oleh nasabah, analisa pembiayaan oleh BPRS, tahap pencairan dan pembayaran kembali pengembalian. Keputusan pengajuan pembiayaan nasabah akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal internal maupun eksternal. Karakteristik usaha dan individu nasbah disebut sebagai faktor internal, sedangkan pengaruh lingkungan dan atribut bank merupakan faktor eksternalnya. Pada tahap pengajuan nasabah akan diminta oleh pihak BPRS untuk melengkapi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan administrasi dan persyaratan jaminan. Dalam penilaian kelayakan calon nasabah untuk menerima pembiayaan yang diajukannya, ada beberapa faktor dipertimbangkan oleh BPRS diantaranya: penilaian kredibilitas calon nasabah berdasar pada prinsip 5C Character, Capability, Capital, Condition of Economic dan Collateral, tingkat profit, besarnya biaya dana biaya operasional, biaya administrasi, dan besar bagi hasil untuk nasabah, catatan keuangan UMKM. Pada tahapan pencairan BPRS akan melakukan kesepakatan dengan nasabah mengenai biaya administrasi, besarnya