5.2 Analisis Curah Hujan DAS
Ciliwung Hulu DAS Ciliwung terletak di Pulau
Jawa dengan curah hujan yang dipengaruhi oleh monsun Asia dan Australia. Pola grafik
curah hujan bulanan di daerah ini menyerupai huruf ‘V’, dengan nilai curah
hujan minimum terjadi pada bulan Juni sampai dengan Septembar, sedangkan curah
hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sapmai dengan April. Faktor iklim lain yang
dapat mempengaruhi pola curah hujan di Indonesia adalah siklus Hadley dan siklus
Walker, kedua siklus tersebut terjadi karena perubahan tekanan pada belahan bumi utara
dan selatan serta pada bagian barat dan timur.
Data curah hujan harian yang diamati pada penelitian didapat dari 3 stasiun
hujan ynag dianggap dapat mewakili pada tiga ketinggian yang berbeda di DAS
Ciliwung Hulu selama periode 1994 – 2005. Data harian tersebut kemudian dirata –
ratakan menjadi data bulanan untuk mengetahui pola grafik curah hujan dari
setiap setasiun.
Ketiga stasiun hujan tersebut terletak mulai dari kawasan puncak Cisarua dengan
ketinggian 1160 m dpl hingga daerah outlet katulampa dengan ketinggian 480 m dpl.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 10 Lampiran 3 untuk analisis
sifat hujan wilayah. Pola grafik curah hujan bulanan tiap stasiun hujan pada daerah hulu
DAS Ciliwung dapat dilihat pada Gambar11.
Tabel 6. Curah hujan bulanan rata – rata DAS Ciliwung Hulu 1993 – 2005 Stasiun
Elevasi jan feb mar apr mei jun ags sep okt nov des
katulampa 480m dpl
490 438 411 369 300 229 220 240 410 437 368
Gn Mas
1160m dpl 626 615 354 322 223 180 124 165 265 393 410
Citeko 920m dpl
576 470 312 290 187 121 116 114 211 299 378
100 200
300 400
500 600
700
jan feb
mar apr
mei jun
jul ags
sep okt
nov des
Bulan Cu
ra h
Hu ja
n m
m
Katulampa Gunung Mas
Citeko
Gambar 11. Grafik curah hujan bulanan tiga stasiun di wilayah Ciliwung Hulu Dari Tabel 6 dan Gambar 9 dapat
dilihat bahwa curah hujan daerah Gunung Mas lebih besar daripada daerah Citeko yang
berada dibawahnya. Namun demikian daerah Katulampa cenderung memiliki curah hujan
yang paling tinggi diantara keduanya.
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika BMG bahwa bulan yang
memiliki nilai curah hujan bulanan 150 mm disebut bulan kering, sedangkan bulan
dengan curah hujan ≥ 150 mm disebut bulan
basah. Pada daerah hulu Ciliwung
cenderung lebih banyak mengalami bulan basah sepanjang tahun yang disebabkan oleh
pengaruh dari lokasi wilayah yang berada pada dataran sedang hingga tinggi. Bulan –
bulan basah ini berturut – turut terjdi mulai September hingga Mei. Hal tersebut terjadi
karena selain faktor ketinggian pada bulan – bulan tersebut tekanan udara di daratan Asia
lebih tinggi dibandingkan di daratan Australia sehingga angin muson barat yang berasal dari
benua Asia bergerak menuju benua Australia.
Angin tersebut mengangkut massa udara yang mengandung uap air yang berasal
dari proses penguapan di atas Samudera Hindia dan kemudian membentuk awan
potensial yang merata dan menutupi sebagian besar pulau Jawa dan Sumatera. Awan
tersebut sangat potensial untuk menghasilkan hujan, sehingga pada periode tersebut di
Pulau Jawa dan sekitarnya mengalami musim penghujan.
Kejadian sebaliknya bulan kering yang lebih banyak terjadi di daerah Citeko
dan Gunung Mas. Tekanan udara di daratan Asia pada periode Juni - September mulai
melemah sehingga angin muson timur bergerak dari Australia menuju Asia. Massa
udara yang dibawa angin tersebut umumnya tidak mengandung uap air bahkan memiliki
sifat yang kering sehingga tidak potensial untuk mendatangkan hujan. Hujan yang
terjadi pada periode tersebut hanya dipengaruhi oleh sumber – sumber lokal dan
awan yang dibentuk karena keadaan orografik dan juga proses konveksi. Pada
periode tersebut sebagian besar daerah di Pulau Jawa mengalami musim kemarau.
100 200
300 400
500 600
jan feb
mar apr
mei jun
jul ags sep
okt nov des
Bulan Cu
ra h
H u
ja n
m m
Gambar 12. Grafik curah hujan wilayah bulanan rata – rata DAS Ciliwung Hulu
5.3 Analisis Evapotranspirasi