PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS yang
penting untuk mendapat perhatian, karena DAS ini mempunyai topografi yang cukup
beragam dengan daerah hulu yang berbukit – bukit dan daerah hilir yang relatif datar,
sehingga pengamanan DAS ini perlu mendapat perhatian. Hal ini juga ditunjang
dengan Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat 2010, telah
ditetapkan kebijakan untuk “meningkatkan fungsi dan
kualitas kawasan lindung di Jawa Barat
,” termasuk kawasan lindung di Kawasan Bodebek dan Bopunjur.
Berdasarkan kebijakan tersebut di atas, upaya pengelolaan sumber daya air di
DAS Ciliwung Cisadane untuk mengatasi krisis air Jakarta adalah melalui penataan
situ, waduk, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan
pengendali banjir, serta melalui konservasi lahan yang diprioritaskan pada kawasan
lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan melalui
rehabilitasi lahan kritis, pengendalian pemanfaatan lahan dan pengendalian
kualitas air.
Pengelolaan DAS seringkali dihubungkan dengan tingkat penutupan
lahan oleh hutan, dengan asumsi bahwa ‘reforestasi’ atau ‘reboisasi’ dapat
mengembalikan dampak negative dari terjadinya deforestasi penggundulan hutan.
Pada saat ini telah tersedia model simulasi yang dapat dipakai untuk mempelajari
dinamika pori makro tanah yang berhubungan dengan sifat hujan menurut
skala waktu dan ruang. Model tersebut disusun berdasarkan hasil pengukuran yang
intensif dari berbagai sub DAS dan dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh alih
guna lahan terhadap indikator fungsi hidrologi DAS. Dengan demikian, model
tersebut dapat digunakan untuk ekstrapolasi berbagai skenario sistem penggunaan lahan
di masa yang akan datang.
Untuk mengkaji fungsi hidrologi suatu DAS dari waktu ke waktu dibutuhkan
data histori yang relatif panjang agar kesimpulan yang diperoleh dapat mewakili.
DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS dengan pengelolaan yang terpadu dan
intensif sehingga data – data daerah ini cukup tersedia. Alasan tersebut yang
mendasari pengkajian fungsi hidrologi di DAS Ciliwung hulu.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alih guna lahan
terhadap fungsi hidrologi tahun 1993 sampai dengan 2005 melalui pendekatan kuantitatif
dan memprediksi debit apabila terjadi alih guna lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi DAS
Daerah Aliran Sungai DAS menurut Manan 1978 didefinisikan sebagai
suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan, dan
mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya, ke sungai utama yang bermuara ke
danau atau lautan. Pemisah topografi adalah punggung bukit.
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan
ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia
berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari
material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu
bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit
pengelolaan sumber daya alam SDA yang secara umum untuk mencapai tujuan
peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan lestari
dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang
berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.
Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat
diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya
didistribusikan melalui beberapa cara seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Konsep daur
hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk
kemudian terbagi menjadi air limpasan, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian
akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran. Selama berlangsungnya siklus hidrologi, yakni
sepanjang air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali
lagi ke laut yang terus menerus bersirkulasi, penguapan, presipitasi dan pengaliran ke luar.
Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah
melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut,
sungai, atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi, tidak semua bagian hujan
yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan
oleh tumbuh – tumbuhan dimana sebagian akan menguap intersepsi dan sebagian lagi
akan jatuh atau mengalir melalui dahan – dahan menuju ke permukaan tanah
troughfall dan steamflow. Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan
masuk ke dalam tanah infiltrasi. Bagian lain yang merupakan kelebihan akan
mengisi lekukan – lekukan permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah –
daerah rendah, masuk ke sungai, dan akhirnya ke laut.dalam perjalanannya ke laut
sebagian akan menguap kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah
sebelum menjadi air bawah tanah keluar kembali segera ke sungai sebagai aliran
bawah permukaan interflow, tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air
bawah tanah groundwater yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu yang lama ke sungai sebagai aliran bawah tanah groundwater flow.
Gambar 1. Daur Hidrologi DAS Pawitan, 2004
2.2 Definisi Penggunaan Lahan dan