Deskripsi singkat model GenRiver

penyangga buffering indicator akibat alih guna lahan. Indikator penyangga buffering indicator cenderung berkorelasi negatif dengan total debit sungai sehingga peningkatan debit akan menurunkan kapasitas menyangga dari sungai Farida et al., 2004. Indikator penyangga menunjukkan tingkat penurunan yang relatif rendah pada kondisi puncak kejadian hujan buffering peak events . Peningkatan total debit tidak selalu diikuti dengan peningkatan debit terendah bulanan akibat adanya variabilitas hujan antar tahun inter-annual.

2.6 Kejadian Banjir di Jakarta

Berdasarkan dokumentasi yang tersedia Bappenas, 2007, Kota Jakarta dilanda banjir pada tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1996, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi pada tahun 1996 selain menggenangi hampir seluruh penjuru kota juga menjadi tragedi nasional yang menjadi perhatian dunia. Banjir besar ini dipercaya sebagai banjir lima tahunan yang akan berulang setiap lima tahun. Pada awal 2002 banjir melanda Jakarta dan sekitarnya dan pada awal 2007 banjir kembali melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan cakupan wilayah genangan yang lebih luas. Namun menurut BMG dikutip dari Tempointeraktif.com, Maret 2007, banjir 2007 bukanlah yang terbesar karena bukan hanya dihitung dari curah hujan sesaat, namun dari jumlah curah hujan 29 hari terakhir Data curah hujan kumulatif 5, 10, 20 dan 29 hari terakhir di DKI Jakarta pada tahun – tahun banjir menunjukkan Februari 2006 berturut – turut 221,4mm, 285, 7mm, 341,7mm, 442,1mm. Januari 2002 berturut – turut 232,9mm, 361,7mm, 572,7mm, 668mm. Bulan Februari 2007 berturut – turut 327mm, 401,5mm, 427mm, 427mm. Sebelum banjir besar 2007, banjir terbesar yang pernah melanda DKI Jakarta adalah kejadian banjir Januari 2002 dan awal Februari 2002, dan merupakan banjir terburuk yang pernah melanda DKI Jakarta pada kurun waktu ke belakang www.tumoutou.netpps702_9145nana_mul yana.pdfdiakses April, 2006. Berdasarkan pengamatan data curah hujan yang terekam di beberapa stasiun pada saat terjadi banjir tahun 2002 terlihat bahwa curah hujan harian yang turun di Halim PK dan Ciledug merupakan periode ulang 2 tahunan, di daerah Depok, Citeko, Tanjung Priok, dan Darmaga periode ulang 5 tahun, dan di kantor pusat BMG merupakan priode ulang 10 tahun, dengan demikian waktu frekuensi terjadinya banjir seperti tahun 2002 kisaran waktunya 2 – 5 tahun, sehingga perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Akan tetapi apabila dilihat dari curah hujan kumulatif 2 hari Duration Dept frekuensi DDF curah hujan yang tergolong tinggi dengan kisaran 130 – 295 mm. Akibat curah hujan yang turun selama awal Januari, menyebabkan kondisi tanah jenuh air, sehingga sangat sedikit air yang diinfiltrasikan. Pada tanggal 30 Januari terjadi pengaruh pasang air laut yang tertinggi di pantai utara Jakarta, sehingga curah hujan yang tinggi di bagian hulu DAS Ciliwung bersamaan dengan terjadinya pasang tertinggi sehingga banjir pada akhir Januari merupakan gabungan antara kondisi pasang surut dan pola curah hujan tinggi yang terjadi di bagian hulu dan hilir DAS Ciliwung serta Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan pola induk yang telah dibuat tahun 1973 dan kemudian disempurnakan tahun 1997 setelah ada banjir besar yang melanda tahun 1996, nampak telah terjadi kenaikan debit rencana pada semua badan sungai yang ada di DKI Jakarta. Master plan Cengkareng Drain telah dinaikkan dari 370 m 3 det menjadi 620 m 3 det, sementara sungai Ciliwung telah dinaikkan dari 370 m 3 det menjadi 570 m 3 det. Perubahan pola induk ini untuk mengantisipasi kenaikan debit sungai akibat perubahan tata guna lahan, khususnya kurangnya daerah resapan dan terlalu dominannya pemukiman akibatnya pesatnya pertumbuhan di kawasan Jabodetabek.

2.7 Deskripsi singkat model GenRiver

Model Aliran Sungai Generik GenRiver merupakan model yang dikembangkan berdasarkan proses hidrologi process based model. Simulasi model GenRiver menggunakan Stella sebagai software yang dihubungkan dengan file microsoft excel . Input utama dari model ini adalah curah hujan, tingkat penutupan lahan dan sifat fisik tanah dengan keluaran utama berupa aliran sungai dan neraca air untuk skala DAS Bagian utama dari GenRiver meliputi neraca air pada skala plot patch level water balance berdasarkan curah hujan dan modifikasi sifat fisik tanah dan penutupan lahan. Plot – plot ini memiliki kontribusi terhadap aliran sungai melalui aliran permukaan pada saat terjadinya hujan surface quick flow, aliran air dalam tanah yang terjadi setelah hujan soil quick flow dan aliran dasar base flow yang berasal dari pelepasan air tanah secara bertahap menuju sungai gradual release of groundwater . Komponen utama model GenRiver dan proses-proses yang terlibat sebagai berikut: ƒ Curah hujan harian. Curah hujan untuk skala sub-DAS dapat diambil dari data empiris atau menggunakan data bangkitan dari pembangkit data acak random generator yang mempertimbangkan pola temporal seperti model rantai Markov atau model yang mempertimbangkan korelasi ruang spatial correlation dari hujan pada waktu tertentu. ƒ Intensitas hujan dan waktu untuk infiltrasi . Intensitas hujan dihitung dari rata - rata data empiris intensitas hujan mmjam dengan mempertimbangkan koefisien variasi dari kumpulan data tersebut. Lamanya hujan menentukan waktu yang tersedia untuk proses infiltrasi. Namun parameter ini dapat dimodifikasi dengan mempertimbangkan intersepsi oleh kanopi dan lamanya penetesan air dari kanopi dripping phase dengan penetapan awal default 30 menit. ƒ Intersepsi. Kapasitas penyimpanan air terintersepsi merupakan fungsi linier dari luas area daun dan ranting dari berbagai tipe penutupan lahan. Evaporasi dari air yang terintersepsi interceptionevaporation mempunyai prioritas sesuai dengan kebutuhan transpirasi tanaman. ƒ Infiltrasi dan aliran permukaan. Proses infiltrasi dihitung berdasarkan nilai minimum dari : a kapasitas infiltrasi harian dan waktu yang tersedia untuk infiltrasi ditentukan oleh intensitas hujan dan kapasitas penyimpanan lapisan permukaan tanah, b jumlah air yang dapat disimpan oleh tanah pada kondisi jenuh dan jumlah air yang dapat memasuki zona air tanah pada rentang waktu satu hari. Apabila kondisi pertama yang terjadi maka model akan menghasilkan aliran permukaan yang dibatasi oleh infiltrasi infiltration limited runoff ’, sedangkan pada kondisi kedua aliran permukaan yang terjadi merupakan aliran jenuh permukaan saturation overland flow. ƒ Evapotranspirasi Total evapotranspirasi yang digunakan pada model ini mengikuti evapotranspirasi potensial Penman – Monteith dengan faktor koreksi yang dipengaruhi oleh: a air yang terintersepsi oleh kanopi, b kondisi tutupan lahan yang terkait dengan sensitivitas setiap jenis penutupan lahan terhadap kekeringan, c faktor pembobot pada evapotranspirasi potensial harian yang mengikuti fenologi dan pola tanam, d relatif potensial evapotranspirasi bulanan untuk setiap tipe penutupan lahan. ƒ Redistribusi air tanah. Selama kejadian hujan, tanah dapat mencapai kondisijenuh air, namun sehari setelah hujan kondisi akan kembali pada kapasitas lapang kondisi air tanah setelah 24 jam dari kejadian hujan lebat. Perbedaan antara kondisi jenuh dan kapasitas lapang dipengaruhi oleh: a transpirasi, b adanya aliran air ke zona bawah, c adanya aliran air ke sungai sebagai aliran cepat air tanah soil quick flow apabila air yang ada melebihi kapasitas lapang ƒ Pelepasan air tanah menuju sungai melalui aliran dasar ƒ Jarak routing distance. Jarak titik pengamatan atau outlet DAS ditentukan dari titik pusat masing – masing sub- DAS. Waktu tempuh routing time dari masing–masing sub-DAS dapat diturunkan dari data jarak dan asumsi rata-rata kecepatan aliran air. Keluaran dari model ini berupa debit sungai harian dan kumulatif neraca air tahunan. Pengolahan lebih lanjut dari output model ini dapat digunakan sebagai indikator dalam mempelajari fungsi DAS.

2.8 Aplikasi Model