Iklim Analisis Perubahan Penggunaan

Tabel 4. Skenario perubahan penggunaan lahan Komposisi Awal Skenario 1 Skenario 2 Hutan 21.6 35 55.8 Perkebunan 31.6 27.3 13.8 Pemukiman 25.8 25.8 26.8 Tegalan 11.6 2.5 1.5 Sawah 9.4 9.4 2.1 awal: mengacu pada kondisi tahun 2004

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KAJIAN 4.1 Kondisi Umum DAS Ciliwung Hulu Secara astronomis Sungai Ciliwung berada pada letak lintang dan bujur 6 ° 05` - 6 ° 50` LS dan 106 ° 40` - 107 ° 00` BT. Sungai ini bermula hulu di Gunung Mandalawangi. Talaga dan bermuara hilir di Teluk Jakarta. Wilayah DAS dengan luas sekitar 322 km 2 ini dibatasi oleh DAS Cisadane di sebelah barat dan DAS Citarum di sebelah Timur. Sungai ini mengalir dari arah Selatan ke Utara dengan bentuk melebar di bagian hulu dan menyempit di bagian hilir. Sungai ini mengalir melalui daerah – daerah yang termasuk wilayah administrasi: a Kabupaten Bogor khususnya kecamatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang, Cibinong dan Cimanggis; b Kotamadya Bogor; c Kota Administratif Depok; dan d wilayah DKI Jakarta. Bagian hulu merupakan pegunungan dan berada pada batas ketinggian 300 m sampai 3000 dpl. Dengan luas 146 km2 bagian hulu DAS ini meliputi kecamatan Cisarua, Ciawi, dan Kedunghalang yang dibatasi oleh bendungan Katulampa sebagai outletnya, serta dikelilingi oleh G. Gede, G. Pengrango, G. Hambalang, dan Megamendung. Bagian DAS hulu ini terdiri dari sepuluh anak sungai yaitu: Citamiang, Cimegamendung, Cilember, Ciesek, Cisukabirus, dan Ciseuseupan.

4.2 Iklim

Iklim di daerah penelitian tergolong ke dalam iklim tropika. Suhu berkisar antara 23-24 °C dengan kelembaban nisbi antara 73- 82 . Radiasi surya minimum terjadi pada bulan Januari 27,36 dan maksimum pada bulan September 81,85 . Rata-rata penguapan minimum sebesar 2,08 mm terjadi pada bulan Januari sedangkan rata-rata penguapan maksimum sebesar 3,56 mm pada bulan Oktober. Menurut Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson dalam Handoko 1994, iklim Sub DAS Ciliwung Hulu adalah termasuk ke dalam Zona Agroklimat A yang berarti daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Klasifikasi ini ditentukan berdasar dari jumlah Bulan Basah hujan bulanan jangka panjang 100 mm dan Bulan Kering hujan bulanan jangka panjang 60 mm. Klasifikasi iklim A karena daerah ini mempunyai bulan – bulan basah berturut – turut sepanjang tahun. Hal ini sesuai dengan kondisi daerah hulu yang selalu tertutup awan

4.3 Tanah

Tanah – tanah yang terbentuk umumnya berasal dari bahan induk abu volkan dan batuan piroklastik. Berdasarkan Peta Tanah Semi Detil Tahun 1992 skala 1:50.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian meliputi order Andisol, Ultisol, Inceptisol, dan Entisol yang masing-masing sebesar 38.9 , 11 , 48 , dan 2,1. DAS Ciliwung Bagian Hulu dibangun oleh formasi geologi vulkanik yaitu komplek utama Gunung Salak dan komplek Gunung Pangrango. Deskripsi Litologi Kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah tufa glas lhitnik kristal, tufa fumice dan batu pasiran tufa, sedangkan kondisi fisiografi daerah kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Elevasi umumnya diatas 150 m dpl dan terdiri atas daerah lungur volkan tua dan muda. Bahan induk tanah yang terdapat di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah berupa tufa volkanik dan derivatifnya merupakan bahan dasar pembentuk tanah jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan adalah jenis tanah yang dominan. Adanya pencampuran bahan vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis-jenis tanah lain yang berasosiasi dengan Latosol antara lain adalah tanah Andosol dan Regosol Gambar 10. Peta lokasi kajian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perubahan Penggunaan

Lahan Pola penggunaanpenutupan lahan di daerah penelitian hasil pengamatan tahun 1994 sampai dengan tahun 2005 masing- masing digambarkan pada peta-peta yang disajikan pada Lampiran. Berdasarkan peta- peta tersebut, daerah penelitian memiliki luas total 14.617 hektar dengan 8 tipe penggunaanpenutupan lahan, yaitu hutan lebat, hutan semakbelukar, kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka, pemukiman, sawah, dan tegalanladang. Luas masing-masing tipe penggunaanpenutupan lahan tersebut disajikan pada Tabel 5 Perubahan penggunaanpenutupan lahan dari tahun 1994 – 2004 dapat diamati melalui proses tumpang susun overlay peta pada ArcView. Data lengkap perubahan tipe dan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada lampiran 9. Berdasarkan analisis tersebut lahan yang paling banyak terkonversi adalah kebun teh dimana pada tahun 2004 kebun teh telah terkonversi menjadi hutan semak belukar, kebun campuran, lahan terbuka, pemukiman, sawah, dan tegalan dengan persentase perubahan tertinggi menjadi daerah tegalan. Menyusul lahan sawah yang terkonversi menjadi kebun campuran, kebun teh, daerah pemukiman, sawah, dan tegalan, dengan perubahan tertinggi menjadi daerah tegalan. Luas penggunaanpenutupan lahan lainnya, seperti hutan semakbelukar, kebun campuran, lahan terbuka, dan pemukiman relatif tidak terlalu besar perubahannya. Tabel 5. Luas penggunaanpenutupan lahan DAS Ciliwung Hulu 1994 2004 Nama lahan luas Ha Luas Ha ∆ landuse Laju perubahanth hutan lebat 3571.7 21.1 3403.43 20.1 -1 -0.1 hutan semak 576.9 4.4 256.8 1.5 -2.9 -0.29 kebun campuran 1843.5 10.8 1873.4 11 +0.2 +0.02 kebun teh 4248.2 25.1 3478.3 20.6 -4.5 +0.45 lahan terbuka 50 0.2 14.8 0.1 -0.1 -0.01 pemukiman 3315.5 19.6 4379.8 25.8 +6.2 +0.62 sawah 2889.4 17.1 1581.2 9.4 -7.7 -0.77 tegalan 421.6 2.5 1966.6 11.6 +9.1 +0.91

5.2 Analisis Curah Hujan DAS