Pengaruh faktor pelayanan terhadap kinerja industri perikanan KIP

aspek sumberdaya lingkungan industri industri pemasok mesin, peralatan, bahan baku, teknologi, jika kedua faktor diatas saling digabungkan akan saling berpengaruh dan akan menghasilkan kinerja tinggi yang pada gilirannya pemasaran produk akan mendapatkan laba. Jika hasil uji signifikan berarti pengaruh perbaikan LIP dengan variabel industri pemasok mesin, peralatan produksi seperti mesin kapal, peralatan penangkapan ikan dan peralatan industri perikanan seperti bahan untuk kaleng, karton, dan industri jasa seperti bank, pelatihan, jasa transport akan semakin meningkatkan KIP. Pengaruh LIP dengan faktor II, EI, dan LE terhadap KIP dengan variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja industri perikanan yaitu pertama kinerja keuangan; kedua kinerja pemasaran dan ketiga kinerja sumberdaya manusia. Jika program pengembangan pelabuhan perikanan samudera diarahkan sebagai pusat pengembangan industri hulu sampai hilir serta sebagai pusat pembinaan nelayan, maka harapan keberadaan PPNZ Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan masih mampu mengatasi dampak negatip kondisi ekonomi sehingga masih dapat mendukung KIP. Bukti bahwa kondisi LIP dapat mendorong KIP menghadapi situasi dan kondisi berbagai ketentuan perdagangan dunia. Dikarenakan hambatan perdagangan internasional dalam memberlakukan produk dari Indonesia masih diskriminatif terutama mengenai tariff dan persyaratan mutu produk. Disamping itu dengan banyaknya produk perikanan yang ditolak oleh Negara tujuan eksport diperlukan ikut campur dan dukungan pemerintah melalui KB sehingga industri perikanan memiliki kemampuan bersaing untuk menghadapi dan memasuki era perdagangan global.

4.3.3.3 Pengaruh faktor pelayanan terhadap kinerja industri perikanan KIP

Kinerja industri perikanan KIP dipengaruhi pelayanan PPSNZ Jakarta Tabel 12 dan 13 serta Gambar 26. Jenis variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta adalah pelayanan produksi X 2 8 pelayanan industri processing X 29 , pelayanan pemasaran X 30 pelayanan logistik X 3 1 dan pelayanan fasilitas pendukung X 32 . Variabel untuk mengukur tingkat KIP adalah aspek keuangan laba rugi X 13 , ROI X 14 ROE X 15 ; aspek pemasaran volume penjualan X 16 ; pertumbuhan penjualan X 17 ; pertumbuhan pelanggan X 18 ; kemampuan pengembangan produk X 19 ; kemampuan harga bersaing X 20 ; mutu produk X 2 1 dan aspek sumberdaya manusia produktivitas kerja X 22 dan penyerapan tenaga kerja X 23 . Jika secara teori pelayanan PPSNZ Jakarta merupakan determinasi dari KIP maka semakin bagus kinerja PPSNZ Jakarta akan semakin meningkatkan KIP. Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan produksi X 28 terhadap KIP terkait dengan aspek pemasaran terutama kelangsungan suplai dan mutu produk X 21 serta kemampuan mengembangkan produk X 19 . Untuk mengukur pelayanan PPSNZ Jakarta, maka variabel pelayanan produksi X 28 di PPSNZ Jakarta dalam penelitian ini adalah penyediaan fasilitas dermaga untuk tambat kapal, menurunkan hasil produksi dan menaikkan logistik kapal, fasilitas kolam pelabuhan untuk olah gerak kapal didalam pelabuhan perikanan, serta fasilitas penahan gelombang untuk keamanan kapal dari pengaruh gelombang, fasilitas perbaikan kapal berupa docking, bengkel, maupun pertokoan suku cadang kapal. Kondisi demikian menurut Elfandi 2000 PPS merupakan lingkungan kerja untuk melayani kegiatan perikanan dan memiliki fungsi cukup luas dan majemuk dengan tatanan yang kondusif, sehingga pengelola dalam menjalankan kewajiban harus dapat memberikan pelayanan terbaik agar dapat berfungsi secara optimal untuk melayani industri perikanan. Dengan pelayanan ini menyebabkan industri perikanan mendapat kemudahan untuk melakukan penangkapan ikan sebagai bahan baku industri secara berkelanjutan, mutu bahan baku ikan lebih terjamin. Akibat yang dirasakan adalah mendorong KIP dan industri perikanan memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk processing. Jika didalam implementasinya dapat berjalan seperti direncanakan, berarti akan berpengaruh terhadap kegiatan berproduksi yang pada akhirnya akan mendukung KIP demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian setelah diuji menunjukkan hasil signifikan, sehingga memperkuat pernyataan hipotesis bahwa semakin kondusif tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta akan semakin tinggi tingkat KIP. Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan industri processing X 29 terhadap KIP, fasilitas yang disediakan untuk mendukung kinerja industri terdiri dari gedung processing, air bersih, listrik. Tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta ini menyebabkan KIP mampu mengembangkan kegiatan processing berupa pengembangan produk, mutu produk berkualitas dan harga bersaing, akibatnya akan mendorong kinerja pemasaran yang pada gilirannya meningkatkan aspek keuangan laba, ROI dan ROE. Kemampuan fasilitas jenis dan kapasitas untuk melayani kegiatan industri perikanan dikaitkan dengan jenis dan jumlah produksi ikan yang didaratkan. Hampir 60 dari sejumlah ikan yang masuk ke PPSNZ Jakarta selain digunakan untuk bahan baku industri processing untuk diolah menjadi produk olahan juga dipasarkan keluar negeri eksport dalam bentuk utuh bulk fish. Berdasarkan hasil penelitian ini setelah diuji menunjukkan bahwa tingkat PEL sangat berpengaruh terhadap KIP Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan kegiatan pemasaran X 30 terhadap KIP dengan menyediakan fasilitas berupa gedung pelelangan ikan, pusat pemasaran ikan, cold storage, pabrik es, alat transportasi, listrik, air. Kinerja PPSNZ Jakarta dengan variabel pemasaran ini menyebabkan KIP memiliki kemampuan bersaing dipasar global. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan ekspor khusus ikan tuna segar selama 5 tahun rata-rata sebesar 7.705 ton per tahun. Data eksport ikan dari industri perikanan melalui pelabuhan perikanan samudera Jakarta selama 5 tahun 1999-2003 menunjukkan jumlah 126.413 ton atau rata-rata per tahun sekitar 24.633 ton per tahun. Pasar sasaran yang menjadi tujuan ekspor adalah Amerika serikat, negara yang tergabung dalam Uni Eropa, Jepang, Korea, Cina. Ketiga pasar dunia merupakan pasar yang paling sulit ditembus dan memiliki berbagai macam aturan dan ketentuan yang harus diikuti. Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan logistik kapal X 31 dengan fasilitas es, air, BBM solar, umpan ikan hidup, alat tangkap, pengelola pelabuhan perikanan samudera Jakarta harus mampu melayani kegiatan industri perikanan untuk meningkatkan KIP dalam penyediaan bahan baku ikan dan pemasaran dengan mengoperasikan kapal perikanan berukuran mulai 10 GT sampai di atas 500 GT dimana 60 diantaranya kapal penangkap ikan tuna berukuran 60 GT sampai 500 GT. Demikian pula halnya jenis dan kapasitas fasilitas yang disediakan harus disesuaikan untuk melayani semua kebutuhan logistik sekitar 4.382 unit kapal ikan per tahun yang melakukan kegiatan di PPSNZ Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pelayanan logistik yang disalurkan ke kapal ikan adalah pelayanan es balok 51.795 ton; pelayanan air 231.286 ton, dan pelayanan BBM solar 12.000 ton. Pengaruh pelayanan PPSNZ Jakarta dengan variabel pelayanan fasilitas pendukung industri X 32 terhadap KIP dengan fasilitas lahan industri, jalan kompleks industri. Jenis dan kapasitas fasilitas disesuaikan dengan kebutuhan industri baik sekarang maupun proyeksi pengembangan selama 5 tahun yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan dengan tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta yang sekarang dilakukan ternyata berpengaruh terhadap perkembangan industri perikanan. Berdasarkan hasil kajian di atas menunjukkan bukti bahwa dengan semakin baik tingkat pelayanan PPSNZ Jakarta akan semakin meningkatkan kinerja industri perikanan KIP yang dilayani. Menurut Murdiyanto 2004, mekanisme pelayanan yang dilaksanakan sehingga diperoleh hasil untuk mendukung kinerja industri perikanan KIP dinamakan pelayanan prima. Hasil analisis kajian terhadap pengaruh variabel lingkungan industri perikanan LIP; kebijakan pemerintah KB; dan pelayanan PPSNZ Jakarta di atas terbukti bahwa terjadi pertumbuhan kinerja keuangan, kinerja pemasaran dan kinerja sumberdaya manusia. Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk meramalkan dan merencanakan oleh pengambil kebijakan untuk pengembangan industri perikanan dalam perdagangan global.

4.3.4 Daya saing industri perikanan dalam perdagangan global DSG