13
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera Sebagai Pusat Pengembangan Industri
Pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan serta merupakan tempat berlabuh bagi kapal-kapal perikanan yang
akan datang dan pergi dari operasi penangkapan ikan, juga sebagai tempat perbaikan kapal dan melindungi kapal dari badai dan topan. Pengertian tentang
pelabuhan perikanan sebagai pusat pelayanan umum, sebenarnya banyak macam rumusannya. Sebagai suatu lingkungan kerja, pelabuhan perikanan
berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi perikanan. Fungsi tersebut meliputi berbagai macam aspek yakni sebagai pusat
pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan
kapal perikanan, pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil tangkapan, serta pusat pelaksanaan
penyuluhan dan pengumpulan data Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Sebagai suatu lingkungan kerja maka pelabuhan perikanan
terdiri atas berbagai fasilitas atau sarana yang dapat mendukung kelancaran kerja; namun demikian fungsi yang harus diemban sebagai suatu lingkungan
kerja adalah cukup luas dan majemuk sehingga memerlukan berbagai tatanan yang diperlukan sehingga lingkungan kerja pelabuhan perikanan tetap dapat
berfungsi secara optimal. Terselenggaranya berbagai fungsi tersebut tentunya atas adanya kerjasama yang terkoordinasiterintegrasi antara berbagai instansi
maupun institusi yang berkaitan dengan pengembangan usaha dan masyarakat perikanan.
Pelabuhan perikanan berdasarkan skala pelayanan yang diberikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas dan yang terbesar adalah pelabuhan
perikanan samudera, untuk selanjutnya disebut PPS. Pelabuhan ini adalah pelabuhan perikanan kelas A, yang skala layanannya sekurang-kurangnya
mencakup kegiatan usaha perikanan diwilayah laut teritorial, zona ekonomi eksekutif Indonesia dan wilayah perairan internasional keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan nomor KEP.10MEN2004 tentang pelabuhan perikanan.
Walaupun tidak dirumuskan secara eksplisit akan tetapi menurut uraian pengertian tersebut di atas, pelabuhan perikanan antara lain juga berfungsi
sebagai pusat pengolahan dan pembinaan mutu hasil perikanan; suatu mata rantai dari sistem produksi yang banyak memberikan nilai tambah dalam seluruh
rantai perjalanan distribusi hasil perikanan mulai dari ditangkap dari laut sampai berada di konsumen.
Pembangunan pelabuhan perikanan yang direncanakan untuk menjadi pelabuhan perikanan samudera disiapkan untuk menampung industri perikanan
dan harus mampu melaksanakan segenap fungsi tersebut diatas. Berkaitan dengan hal diatas, maka jenis dan kapasitas fasilitas yang dibangun disesuaikan
dengan kondisi dan tingkat kebutuhan industri perikanan pada wilayah yang bersangkutan. Sebagai landasan operasional dari penyediaan pelabuhan
perikanan maka adanya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Intruksi Presiden nomor 1 tahun 1995 tentang perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan kebijakan yang diharapkan dapat mendukung pengembangan usaha masyarakat termasuk
industri perikanan. Mengingat pelabuhan perikanan samudera merupakan lingkungan kerja
untuk melayani kegiatan perikanan berarti fungsi yang diemban cukup luas dan majemuk. Oleh karena itu didalam pengelolaannya memerlukan berbagai tatanan
yang kondusif. Pengelola dalam menjalankan kewajiban harus dapat memberikan pelayanan terbaik agar kinerja pelabuhan perikanan tetap dapat
berfungsi secara optimal untuk melayani industri perikanan Elfandi. 2000. Pengertian pelayanan terbaik bagi pengelola pelabuhan perikanan paling
tidak mengandung unsur-unsur sebagai berikut Murdiyanto. 2004: 1 Kesederhanaan; yaitu prosedur atau tatacara pemberian pelayanan mudah
dipahami sehingga dapat dilaksanakan dengan cepat dan lancar serta tidak berbelit-belit.
2 Mengandung kejelasan dan kepastian pelayanan umum, secara rinci memuat ketentuan berikut :
1 Tatacara pelayanan mudah diikuti 2 Jenis persyaratan yang harus dipatuhi oleh pengguna baik teknis
maupun administratif 3 Unit kerja dan pejabat yang memberikanan pelayanan
4 Jenis dan rincian biaya serta tatacara pembayaran 5 Jangka waktu penyelesaian pelayanan
6 Hak dan kewajiban kedua belah pihak baik pemberi maupun penerima pelayanan sesuai bukti pemrosesan
7 Pejabat yang menerima keluhan pelanggan 8 Keamanan, setiap pelanggan akan mendapatkan rasa aman dan
kepastian hukum selama proses pelayanan diberikan 9 Keterbukaan yaitu seluruh prosedur, persyaratan pejabatunit kerja
penanggung jawab pelayanan, jangka waktu pelayanan,rincian biaya,tarif yang berlaku berkaitan dengan pelayanan wajib
diinformasikan ke pelangganserta terbuka sehingga dapat diketahui oleh masyarakat umm baik diminta atau tidak.
10 Ketepatan waktu, seluruh prosedur yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu yang ditentukan
11 Efektif, maksudnya persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan
dengan tetap memperhatikan kesesuaian antara persyaratan dengan produk pelayanan. Dihindari timbulnya pengulangan pemenuhan
kelengkapan persyaratan terutama antara unit kerja atau antar instansi 12 Ekonomis; yaitu penetapan biaya pelayanan umum harus wajar dan
sesuai ketentuan yang berlaku 13 Keadilan maksudnya jangkauan pelayanan umum harus luas dan
merata serta dapat dinikmati oleh semua pihak. Pada saat ini menurut data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap tahun
2004 terdapat 5 pelabuhan perikanan samudera PPS ; 11 pelabuhan perikanan nusantara PPN, 40 pelabuhan perikanan pantai PPP yang terdiri dari 3 tiga
PPP yang dikelola oleh Departemen Kelautan dan Perikanan; serta 37 PPP yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Khusus untuk mendukung pengembangan
industri perikanan setiap pelabuhan perikanan disediakan fasilitas berupa tanah kawasan Industri yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas sesuai
kebutuhan industri perikanan. Untuk mendukung kinerja industri perikanan berbasis pelabuhan
perikanan samudera Nizam Zachman maka pelayanan pelabuhan perikananan sebagai wujud pelaksanaan kebijakan pemerintah harus dapat melaksanakan
tugasnya sesuai kebijakan yang telah ditetapkan yaitu memberikan pelayanan optimal kepada industri perikanan.
Dalam konsep pembangunan ekonomi, sektor minabisnis padanan agribisnis di sektor Pertanian mencakup 4 empat sub sektor yaitu : Pertama,
subsektor minabisnis hulu up-stream fisherybusiness yakni kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi perikanan primer
pembibitan, alat dan mesin penangkapan, perkapalan, bahan penunjang, dan lain-lain :Kedua, subsektor usaha penangkapan on-farm fisherybusiness yakni
kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi perikanan primer untuk menghasilkan komoditas primer termasuk perikanan budidaya dan usaha
penangkapan ikan; Ketiga, sub-sektor minabisnis hilir down-stream fisherybusiness yakni kegitan industri yang mengolah komoditas primer menjadi
produk olahan pengalengan ikan, pengemasan ikan segar, industri pengolahan ikan, dll; beserta perdagangan dan distribusinya pasar tradisional, supermarket,
distributor, dan sebagainya; dan Keempat, sub-sektor jasa penunjang fishery- supporting institutions yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi minabisnis
perbankan, Litbang, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa banyak penduduk Indonesia
menggantungkan kehidupan ekonominya pada sektor minibisnis yang berbasis perikanan, sehingga jika kita membicarakan kegiatan usaha pada umumnya,
usaha kecil, menengah dan koperasi khususnya, maka sebagian besar akan berada di sektor minabisnis Dirjen Perikanan Tangkap 2005.
Kegiatan minibisnis, akan berkembang dengan baik di pelabuhan perikanan bila ditujang dengan fasilitas yang memadai dan pelayanan yang
prima. Keempat subsektor minabisnis merupakan satu-kesatuan yang saling membutuhkan dan saling melengkapi, untuk itu perlu ditumbuhkembangkan di
pelabuhan perikanan sebagai stimulan bagi kegiatan usaha perikanan lainnya.
2.2 Lingkungan Industri Perikanan LIP