Penambahan Substrat Bertahap pada Kondisi Steril dan

Gambar 11. pH media dan kadar protein kulit udang pada penambahan substrat langsung

b. Penambahan Substrat Bertahap pada Kondisi Steril dan

Nonsteril Penambahan substrat bertahap pada kondisi steril dan nonsteril dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan substrat kulit udang secara bertahap kondisi steril dan nonsteril pada proses deproteinasi. Penambahan substrat kulit udang dilakukan secara bertahap sebanyak 30 persen pada media fermentasi dengan volume kerja fermentasi 100 ml. Pada awal fermentasi diberikan substrat sebanyak 10 persen kemudian selanjutnya 20 persen pada jam ke-12. Kondisi nonsteril yang dilakukan pada media fermentasi dengan penambahan substrat kulit udang adalah tanpa perlakuan sterilisasi. Kurva Pertumbuhan Jumlah sel pada penambahan substrat bertahap kondisi steril pada jam ke-0 adalah 6,25x10 7 selml. Kurva pertumbuhan sel mencapai fase lag mulai jam ke-0 hingga jam ke-6. Kemudian fase logaritmik dicapai pada jam ke-6 hingga jam ke-30, fase stasioner pada jam ke-30 hingga jam ke-42 dan fase kematian setelah jam ke-42. Kenaikan jumlah sel tertinggi terjadi pada jam ke-30 9,43x10 7 selml. Kurva pertumbuhan pada kondisi 1 4 7 10 12 24 36 48 Waktu jam K a da r P rot ein Kuli t Uda n g 7 7.5 8 8.5 9 9.5 pH Medi a kadar protein kulit udang steril kadar protein kulit udang nonsteril pH media steril pH media nonsteril nonsteril mencapai fase lag pada jam ke-0 hingga jam ke-6. Fase logaritmik antara jam ke-6 hingga jam ke-18 , kemudian fase stasioner pada jam ke-18 hingga jam ke-30 dan fase kematian setelah jam ke-30. Jumlah sel tertinggi terjadi pada jam ke-36 13,38x10 7 selml. Kadar Protein Pada Media Kultur Kadar protein pada media kultur baik pada kondisi steril maupun nonsteril nilainya berfluktuatif dari awal hingga akhir fermentasi. Data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 12, nilai kadar protein media untuk kondisi steril pada awal fermentasi hingga jam ke-12 nilainya meningkat dan jumlah sel meningkat dan berada pada fase logaritmik. Kemudian kadar protein menurun hingga jam ke-36 dan meningkat kembali hingga akhir fermentasi dimana jumlah sel berada pada fase stasioner kemudian mengalami fase kematian. Untuk kondisi nonsteril, pada awal fermentasi hingga jam ke-12 nilainya meningkat dan jumlah sel meningkat dan berada pada fase logaritmik. Kemudian kadar protein menurun hingga jam ke-30 dan meningkat kembali hingga akhir fermentasi. Jumlah sel berada pada fase pertumbuhan hingga jam ke-30 kemudian stasioner dan mengalami kematian. Jumlah sel pada kondisi steril lebih sedikit dibandingkan pada kondisi nonsteril, tetapi kadar protein media lebih besar pada kondisi steril dibandingkan pada kondisi nonsteril. Hal ini terjadi karena kondisi steril adalah perlakuan untuk mencegah kontaminasi dari sel bakteri lain pada media fermentasi, sehingga sel yang tumbuh hanya B. licheniformis F11 yang dapat segera mensintesis protease yang terukur sebagai protein dalam media fermentasi. 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 6 12 18 24 30 36 42 48 Waktu jam K a d a r P rot e in M e di a m g m l 7.6 7.7 7.8 7.9 8 8.1 8.2 K u rv a P e rt u m bu ha n l o g j um la h s e l kadar protein media steril kadar protein media nonsteril kurva pertumbuhan steril kurva pertumbuhan nonsteril Gambar 12. Kurva pertumbuhan dan kadar protein dalam media pada penambahan substrat bertahap Kadar Protein Kulit Udang Kadar protein kulit udang kondisi steril seperti dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada awal fermentasi jam ke-0 adalah sebesar 6,85 menjadi 4,54 pada jam ke-12, dan cenderung meurun hingga akhir fermentasi jam ke-48 yaitu 3,61 Gambar 12. Kadar protein kulit udang terus menurun seiring dengan pertumbuhan sel bakteri, tetapi pada jam ke-36 pertumbuhan sel berada pada fase stasioner kemudian mengalami fase kematian. Persentase penurunan kadar protein kulit udang pada akhir fermentasi mencapai 47,34. Kadar protein kulit udang kondisi nonsteril pada awal fermentasi jam ke-0 adalah sebesar 7,02 dan menjadi 3,74 pada jam ke-24 dan cenderung menurun di akhir fermentasi jam ke-48 yaitu 3,83. Persentase penurunan kadar protein kulit udang mencapai 45,45. Penurunan kadar protein kulit udang pada kondisi steril lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi nonsteril. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang dihasilkan pada kondisi steril, yang merupakan mikroorganisme penghasil protease yang dapat mendegradasi protein pada kulit udang. Pada kondisi nonsteril, walaupun dengan jumlah sel yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada kondisi 2 4 6 8 12 24 36 48 Waktu jam K a da r P rote in K u li t U d a n g 7.6 7.7 7.8 7.9 8 8.1 8.2 K u rv a P e rt um bu ha n lo g ju m la h se l kadar protein kulit udang steril kadar protein kulit udang nonsteril kurva pertumbuhan steril kurva pertumbuhan nonsteril steril, tetapi jumlah sel tersebut sebagian merupakan sel mikroorganisme kontaminan yang diduga tidak menghasilkan protease yang dapat mendegradasi protein dalam kulit udang, sehingga penurunan kadar protein pada kulit udang kurang maksimal. Berdasarkan data hasil pengukuran kadar protein kulit udang, maka pada penelitian selanjutnya digunakan cara penambahan substrat kulit udang secara bertahap pada kondisi steril. Gambar 13. Kurva pertumbuhan dan kadar protein kulit udang pada penambahan substrat bertahap Nilai pH Kadar protein kulit udang menurun seiring dengan naiknya nilai pH pada media fermentasi. Nilai pH kondisi steril pada jam ke-0 yaitu 9,2 dan semakin menurun hingga jam ke-36 yaitu 8,9 kemudian kembali pada nilai 9,2 di akhir fermentasi jam ke-48. Pada kondisi nonsteril, nilai pH pada jam ke-0 yaitu 8,5, mengalami peningkatan hingga akhir fermentasi pada jam ke-48 yaitu dengan nilai pH 9,2. Secara umum, nilai pH pada penambahan substrat bertahap pada kondisi steril dan nonsteril yang diperlihatkan pada Lampiran 11. Pada Gambar 14 ditunjukkan kecenderungan nilai pH hasil fermentasi. Persentase penurunan kadar protein kulit udang yang semakin besar yang ditandai dengan kadar protein kulit udang yang semakin kecil, semakin meningkatkan nilai pH deproteinasi. Hal ini berarti proses penghilangan protein dalam kulit udang semakin efektif. Gambar 14. pH media dan kadar protein kulit udang pada penambahan substrat bertahap B . PENELITIAN TAHAP II

1. Variasi Persentase Inokulum