Toksisitas senyawa PAH Pencemaran laut oleh senyawa PAH .1 Sumber PAH

2.2.4 Toksisitas senyawa PAH

PAH termasuk senyawa organik yang dapat melakukan aktivitas pencemaran di lingkungan laut, bahkan sampai menghasilkan toksisitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas PAH diantaranya adalah karakteristik senyawa PAH, kadar PAH, jenis biota laut, aktivitas mikroba dan lamanya pemaparan Sanusi, 2006. Menurut karakteristik senyawa PAH, toksisitasnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Senyawa PAH jumlah karbon rendah C8-C14 memberikan toksisitas akut terhadap biota laut. Hal ini dikarenakan kelarutan dari senyawa tersebut tinggi. 2. Senyawa PAH jumlah karbon tinggi C14 memberikan toksisitas kronis terhadap biota laut. Hal ini dikarenakan kelarutan dari senyawa tersebut rendah. Efek kronis yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah : a. Meningkatkan permeabilitas sel tubuh, menimbulkan gangguan terhadap osmosis dalam pertukaran ion sel b. Akumulasi secara biologik c. Mengganggu perkembangan stadia embrio dan larva biota laut d. Menghambat kemampuan makan e. Mengganggu sistem reproduksi organisme air Efek toksik PAH pada biota laut tersebut bersifat lokal dan sementara dan tidak berdampak nyata dalam jangka panjang. Selain itu, efeknya juga dapat pulih kembali reversible. Pada manusia, pencemaran organik jenis PAH juga belum terbukti memberikan pengaruh pada kesehatannya Sanusi, 2006.

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2007 dan terbagi menjadi 2 bagian yakni pengambilan contoh biota dan air laut serta analisis laboratorium. Pada bulan Mei sampai Juni, pengambilan contoh biota dilakukan sebanyak 5 kali dalam selang waktu 2 minggu dan pengambilan contoh air laut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 4 minggu sekali. Lokasi pengambilan contoh biota dan air dilakukan di daerah budidaya kerang hijau tepatnya di Kamal Muara, Perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara Gambar 2. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Lingkungan dan Gas Chromatography GC, Bidang Proses, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi ”Lemigas”, Jakarta Selatan selama bulan Juli sampai Agustus.

3.2 Kondisi lokasi penelitian

Perairan Kamal Muara terletak di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Perairan ini merupakan daerah penghasil budidaya terbesar di Indonesia selain Teluk Banten Akbar, 2002. Lokasi penelitian terletak tidak jauh dari area pelelangan dan penjualan ikan serta hasil laut yang lain. Area budidaya kerang hijau yang dikembangkan sejak tahun 1985 ini sudah mencapai jumlah lebih dari 100 tempat penanaman bibit yang berjarak 2-10 km dari pantai dan kedalaman perairan kurang lebih 10 m. Produksinya sendiri menghasilkan sekitar 5680 ton per hari dan diekspor sebanyak 20 ton dalam satu bulan ke negara-negara tetangga Ningtyas, 2002. Luas area bagan yang dibuat memiliki ukuran yang bervariasi dari ukuran 25 m 2 sampai 40 m 2 .