Gambaran Umum Mengenai PT. Bank BNI Pesero Tbk BAB IV

dibawah tangan, penjualan agunan secara sukarela, pelelangan agunan via lelang sukarela. Kesimpulannya adalah penyelesaian non litigasi sebaiknya lebih diutamakan dibandingkan cara-cara litigasi. 50

A. Gambaran Umum Mengenai PT. Bank BNI Pesero Tbk BAB IV

PENERAPAN THE FIVE C’S OF CREDIT 5C MENGURANGI KEMUNGKINAN TERJADINYA KREDIT BERMASALAH PT. Bank Negara Indonesia Persero tbk, lebih dikenal dengan sebutan Bank BNI, merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia. Bank BNI juga bank pemerintah pertama yang dibentuk pada tanggal 15 Juni 1946 yang dilaksanakan di Yogjakarta. Berikut adalah fungsi bank dari PT. Bank Negara Indonesia Persero tbk: 1. Bank sirkulasi atau bank sentral yang memiliki hak tunggal untuk mengatur pengeluaran dan peredaran uang dalam batas-batas wilayah kekuasaan Republik Indonesia. 2. Bank umum yang melanjutkan pekerjaan pusat Bank Indonesia sebelumnya. Penegasan status Bank Negara Indonesia sebagai bank Bank Umum secara yuridis baru ditetapkan tanggal 4 Februari 1955, yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.2 tahun 1955 tentang Bank Negara Indonesia. Pada 50 Iswi Hariyani, Op.Cit, h.257. Universitas Sumatera Utara tahun 1961 Undang-Undang Darurat tersebut dijadikan undang-undang. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini, tugas dan lapangan usaha Bank Negara Indonesia adalah membantu memajukan kemakmuran dan pembangunan perekonomian nasional dalam lapangan perdagangan pada umumnya, dari perdagangan impor dan ekspor pada khususnya. Pada tahun 1965, perbankan milik negara digabung menjadi satu bank yang dinamakan Bank Tunggal. Bank Negara Indonesia pun termasuk dalam bank tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk meninggalkan sistem perbankan kolonial dan membantu sistem perekonomian nasional yang baru. Melalui Penetapan Presiden No.17 Tahun 1965 tentang pengintegrasian Bank Umum Negara dan Bank Tabungan Pos kedalam Bank Tunggal, sejumlah bank-bank pemerintah diintegrasikan kedalam Bank Tunggal yang menggunakan nama Bank Negara Indonesia. Sementara itu, Bank Indonesia bertindak sebagai Bank Sentral berubah nama menjadi Bank Negara Indonesia unit I, Bank Koperasi Tani dan Nelayan BKTN menjadi Bank Negara Indonesia unit II, Bank Negara Indonesia menjadi unit III, Bank Umum Negara menjadi unit IV. Bank Tabungan Pos menjadi unit V. Pada masa orde baru, struktur Bank Tunggal ini dihapus. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan untuk mengubah struktur perbankan Bank Tunggal ditiadakan dan fungsi Bank Sentral dikembalikan kepada Bank Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang perbankan disempurnakan Tanggal 29 Maret 1992 ketika Universitas Sumatera Utara pemerintah merencanakan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menggantikan Undang-Undang Perbankan yang lama, status bank-bank milik negara diubah menjadi persero melalui Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Bank Negara Indonesia 1946 berubah menajdi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk. Struktur organisasi PT.Bank Negara Indonesia Persero Tbk mempunyai struktur organisasi dengan pimpinan tertingginya yaitu Direktur Utama yang dibawahi oleh beberapa bagian antara lain Direktur Korporasi yang terdiri dari Divisi Koperasi dan Divisi Tekhnologi Informasi, Direktur Ritel yang terdiri dari Divisi Pemasaran Ritel dan Divisi Pengelolaan Bisnis Kartu, Direktur Internasional yang terdiri dari Divisi Hubungan Investor dan Kesektariatan, Divisi Internasional, Direktur Treasuri yang terdiri dari Divisi Treasuri dan Divisi Investasi dan Jasa Keuangan, Direktur Pengendalian Risiko yang terdiri dari Divisi Pengendalian Keuangan dan Divisi Pengendalian Risiko, Satuan Pengawasan Risiko, dan Direktur Kepatuhan yang terdiri dari Divisi perencanaan Strategis dan Divisi Hukum dan Divisi Umum. Kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari adalah: 1. Pinjaman yaitu kredit investasi, kredit multi guna kredit, kredit modal kerja, kredit ekspor-impor, kredit umum konsumtif plus, kredit kelayakan usaha, cash collateral credit, kredit kepemilikan rumah KKR, kredit umum konsumtif KUK, kredit tenaga kerja Indonesia, kredit modal kerja usaha kecil menengah KMK-UKM, dll. Universitas Sumatera Utara 2. Tabungan, yaitu giro, deposit on call DOC, deposit berjangka, sertiplus, tabungan plus taplus, tabungan utama, tagungan haji Indonesia, dollar plus. 3. Layanan investasi, yaitu jasa kustodi, commercial paper, repo atau reserve repo, agen pembayaran, sinking fund, jasa penanggung wali amanat, settlement bank, security agent, escrow agent, facility agent dan arranger sindikasi. 4. Layanan umum, yaitu dollar plus, jasa pengiriman uang, delegasi kredit, transplus, inkaso, collection, safe deposit box, surat keterangan bank SKB, oarasi bank, surat kredit berdasarkan dalam negeri SKBDN, uang kertas asing, dana pensiun lembaga keuangan DPLK, cek multi guna, simpanan terbuka dan tertutup, ekspor-impor, ongkos naik haji ONH, foreign exchange forex, dan traveller’s-cheque. Visi PT. Bank Negara Indonesia memaksimalkan keinginan-keinginan seluruh pihak yang berkepentingan terhadap PT. Bank Negara Indonesia yang meliputi: 1. kepuasan pemegang saham 2. kepuasan nasabah 3. kepuasaan nasabah, manejemen, dan karyawan. 4. kepuasan masyarakat 5. kepuasan pemerintah Misi PT. Bank Negara Indonesia menjadi bank yang kokoh dan terkemuka di Indonesia, dengan menawarkan produk dan jasa perbankan yang lengkap, Universitas Sumatera Utara terpadu, dan berkualitas baik untuk nasabah individu maupun lembaga didalam dan luar negeri. Lima pilar budaya kerja PT. Bank Negara Indonesia, meliputi: 1. PT. Bank Negara Indonesia adalah Bank Umum Milik Negara, berstatus perusahaan perseroan. 2. PT. Bank Negara Indonesia berorientasikan kepada pasar dan pembangunan nasional. 3. PT. Bank Negara Indonesia secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha lainnya. 4. PT. Bank Negara Indonesia mengakui peranan dan menghargai kepentingan setiap pegawai. 5. PT. Bank Negara Indonesia mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan tugas dan kewajiban profesional. B. Penerapan The Five C’s of Credit 5C dalam Analisis Pemberian Kredit Untuk Mengurangi Risiko Kredit Bermasalah di PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahapan- tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang Universitas Sumatera Utara mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kredit dan Pihak Appraisal penilai barang jaminan pada tanggal 22 November 2011 di PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan, prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut: 1. Pengajuan Proposal Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Proses penyaluran kredit dimulai dari masuknya permohonan kredit ke bank, yang biasa berawal dari hasil perbincangan calon debitur dengan pihak bank melalui pengajuan tertulis. Pengajuan tertulis berisikan informasi perusahaan yang diberikan kepada bank. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang: a. Untuk Debitur Badan Hukum Proposal memuat : a Latar Belakang atau riwayat perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya. Universitas Sumatera Utara b Maksud dan tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru perluasan serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah untuk modal kerja atau investasi. c Besarnya kredit dan jangka waktu. d Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya. e Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti : 1. Akta Pendirian Perusahaan dan Akta-akta perubahannya. 2. Bukti Kartu Tanda Penduduk pengurus. 3. Tanda Daftar Perusahaan. 4. Nomor Pokok Wajib Pajak. 5. Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir. 6. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan apabila jaminan berupa tanah, Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor apabila Universitas Sumatera Utara jaminan berupa kendaraan bermotor, Fakturkuitansi pembelian mesin apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat. b. Untuk Debitur perorangan proposal memuat : a Riwayat hidup dari calon Debitur. b Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. c Besarnya kredit dan jangka waktu. d Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya. e Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti : 1. Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga Calon Debitur, Kartu Tanda Penduduk SuamiIstri calon debitur, 2. Nomor Pokok Wajib Pajak, 3. Keterangan penghasilan calon debitur. 4. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan apabila jaminan berupa tanah, Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor apabila Universitas Sumatera Utara jaminan berupa kendaraan bermotor, Fakturkuitansi pembelian mesin apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat. 2. Penyelidikan Berkas Pinjaman Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. Dalam penyelidikan berkas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian akta Notaris, tanda daftar perusahaan, kartu tanda penduduk dan surat-surat jaminan seperti sertifikat tanah, bukti pemilikan kendaraan bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini dengan menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporkan keuangan dengan berbagai risiko keuangan yang ada. 3. Penilaian Kelayakan Kredit. Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan penerapan the five c’s of credit 5C namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah : a Dari segi Character watak, maka penilaiannya meliputi wataksifat dan riwayat hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan bisnisusahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan bank, dimana disini hubungan dengan PT. Bank BNI atau hubungan dengan bank lain. Karakter ini merupakan faktor kunci walaupun calon debitur tersebut mampu menyelesaikan utangnya, namun kalau tidak mempunyai itikad baik, tentu akan timbul berbagai kesulitan bagi bank PT. Bank BNI dikemudian hari. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah dapat diperoleh melalui upaya: 1. Meneliti riwayat hidup calon debitur 2. Meneliti reputasi calon nasabah tersebutdi lingkungan usahanya 3. Melakukan bank to bank information 4. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon debitur berada 5. Mencari informasi apakah calon debitur suka berjudi Universitas Sumatera Utara 6. Mencari informasi apakah calon debitur memiliki hobi berfoya- foya Selain itu, perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya. Adapun nilai value yang perlu diamati adalah: 1. Social Value 2. Theoritical Value 3. Entherical Value 4. Economical Value 5. Religious Value 6. Political Value Seseorang nasabah yang mempunyai value yang berimbang dalam diri pribadinya dan cenderung mempunyai itikadkarakter yang baik. b Dari segi Capacity kemampuan, penilaiannya meliputi pengalaman dari calon debitur dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya. Kemampuan calon debitur untuk membayar, dimana diteliti mengenai pendidikan dan pengalaman usahanya, reputasi perusahaan, riwayat usaha, keahliannya dalam bidang usaha tersebut sehingga bank mempunyai keyakinan bahwa suatu usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang- orang yang tepat. Analis kredit akan melihat bagaimana kemampuan calon debitur dalam menghasilkan laba, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi kewajiban kredit. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahuimengukur kemampuan Universitas Sumatera Utara calon debitur dalam mengembalikan atau melunasi utang-utangnya ability to pay secara tepat waktu, dari usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalu berbagai penelitian sebagai berikut: 1. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. 2. Pendekatan finasial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan yang menghendaki keahlian tekhnologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit, biro konsultan, dan lain-lain. 3. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon debitur mempunyai kepribadian untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank. 4. Pendekatan material, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manejemen dalam memimpin perusahaan. 5. Pendekatan Tekhnis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon debitur memperoleh faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan, mesin-mesin, administrasi dan Universitas Sumatera Utara keuangan, industrial relation, sampai padakemampuan merebut pasar. c Dari segi Capital modal, penilaiannya keuangan perusahaan dengan meneliti besar kecilnya modal dan bagaimana pendistribusian modal, apakah ada modal yang cukup untuk menggerakkan sumber daya secara efektif, apakah pengaturan modal kerja baik, sehingga perusahaan berjalan lancar, berapa besar modal kerja, perlu pula dinilai sumber dan struktur permodalan, tingkat pertumbuhan laba, di mana semua ini dapat dilihat pada dari neraca laporan rugi dan laba 3 tahun terakhir. d Dari segi Collateral jaminan, penilaian meliputi barang jaminan yang diserahkan calon debitur kepada bank sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Adapun hasil wawancara dengan pihak legal BNI, apprisal penilai barang jaminan bahwa kriteria barang jaminan yang harus diserahkan oleh calon debitur adalah: - Memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah nilai fasilitas kredit. - Mempunyai nilai ekonomis yang lebih panjang jangka waktunya dibanding dengan jangka waktu fasilitas kredit yang diberikan. - Secara fisik tidak mudah rusak. - Dapat diperjualbelikan secara bebas dan relatif mudah dengan biaya yang relatif kecil. - Dapat diasuransikan. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara dengan Pihak Appraisal penilai barang jaminan di PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan mengenai kriteria barang jaminan dari segi hukumyuridis, adalah sebagai berikut: 51 1 Benar-benar milik calon debitur atau orangpihak ketiga yang bersedia menjaminkan kepada PT. Bank BNI. 2 Tidak dalam kondisi dijaminkan kepada pihak lain, tidak dalam sengketa, atau disita dalam suatu kasus perkara di pengadilan. 3 Memiliki bukti kepemilikan yang sah dan masih berlaku serta telah mempunyai kekuatan hukum. 4 Dapat dilakukan pengikatan secara nyata dengan menggunakan lembaga jaminan sesuai ketentuan yang berlaku. 5 Tidak terhutang pajak. Hasil wawancara dengan Informan atau Konsultan Penilai mengenai dua aspek penilaian nilai barang jaminanagunan. 52 1 nilai jaminan kredit harus lebih besar dari nilai pasar. nilai pasar adalah harga jual sebuah barang jika barang tersebut dijual besarnya harga jual tergantung nilai pasar yang berlaku untuk barang tersebut. 2 nila jaminan kredit harus lebih besar dari nilai likuidasinya. Artinya nilai barang jaminan tersebut harus lebih besar dari estimasi harga yang dapt dicapai apabila barang jaminan atau 51 Hasil Wawancara dengan Appraisal penilai barang jaminan PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan tanggal 22 November 2011 52 Hasil Wawancara dengan Informan atau Konsultan Penilai tanggal 15 Desember 2011 Universitas Sumatera Utara property tersebut harus dijual dalam batas waktu tertentu yang singkat. Kesimpulannya nilai barang jaminan itu harus lebih tinggi dari nilai kredit baik menurut nilai harga pasar maupun nilai likuidasi. e Condition Of Economy keadaan ekonomi, menilai keadaan usaha dari calon debitur, serta keadaan pasar dan kebijakan pemerintah pada masa kredit berlangsung. Kondisi ekonomi secara umum dan khusus menyangkut fleksibilitas sektor usaha calon debitur dalam menghadapi perubahan di masa yang akan datang perlu diteliti. Dengan maksud agar bank dapat memperkecil resiko yang mungkin timbul oleh situasi ekonomi. Aspek-aspek yang diperhatikan bank dalam mengevaluasi suatu proposal kredit antara lain peraturan pemerintah, kondisi sosial politik, pengaruh fluktuasi kurs terhadap bisnis dan kredit nasabah, perkembangan teknologi, persaingan baik persaingan diantara sesama pemain industri yang sama maupun persaingan antara industri seperti munculnya produk subtitusi. Bank harus mengetahui strategi yang akan diimplementasikan calon debitur untuk menghadapi persaingan tersebut. Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Kredit di PT. Bank BNI Cabang Medan. Faktor yang ada dalam analisis the five c’s of credit 5C merupakan faktor-faktor penting dalam menjamin mutu kredit. Setiap permohonan kredit yang telah melewati tahap penilaian analisis Universitas Sumatera Utara the five c’s of credit 5C, maka kredit yang berjalan akan menjadi kredit yang faktor risikonya minim. Hal ini dapat berarti bahwa penerapan the five c’s of credit 5C yang baik membantu dalam menghasilkan kredit dengan mutu yang baik dengan faktor risikonya yang rendah. 53 4. Wawancara Pertama Dalam tahap ini dilakukan penyidikan kepada calon debitur dengan cara berhadapan langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Dalam wawancara ini dilakukan dengan serileks mungkin sehingga mendapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan Bank. Pertanyaan yang diajukan dilakukan dengan wawancara terstruktur, tidak terstruktur. 5. Peninjauan Ke Lokasi On the Spot Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek kredit. Kemudian hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Pada saat melakukan peninjauan ke lapangan tidak dilakukan pemberitahuan terlebih 53 Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Kredit PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan tanggal 22 November 2011 Universitas Sumatera Utara dahulu kepada calon debitur agar apa yang dilihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa obyek yang dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal. 6. Wawancara Kedua Hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara satu dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan- kekurangan pada saat dilakukan peninjauan ke lokasi di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokkan dengan pada saat peninjauan ke lokasi apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran. 7. Keputusan Kredit Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan dokumen keabsahan dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan kredit maka langkah selanjutnya adalah keputusan kredit. Keputusan kredit adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka, dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit akan mencakup : 1. Akad kredit yang akan ditandatangani 2. Jumlah uang yang diterima 3. Jangka waktu kredit 4. Dan biaya-biaya yang harus dibayar Universitas Sumatera Utara Keputusan kredit biasanya untuk jumlah tertentu merupakan keputusan tim. Begitu pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing. 8. Pengikatan Penandatanganan Akad Kredit dan Pengikatan jaminan atau Perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Dapat dikatakan, pada saat inilah hubungan perkreditan dimulai. Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad kredit kemudian mengikat jaminan kredit dengan hak tanggungan atau fidusia tergantung dari jenis jaminan yang dijaminkan. Dengan menandatangani perjanjian kredit dan jaminan, bank dan calon debitur menyepakati berbagai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kredit yang akan diberikan bank. Atau menandatangani perjanjian lain yang dianggap perlu. Penandatanganan akad kredit dilakukan antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui Notaris. Ada dua perjanjian yang akan ditandatangani yakni; a perjanjian kredit yang berisi aspek yang berkaitan dengan kredit, misalnya jumlah, mata uang, suku bunga, jangka waktu, persyaratan penarikan dana, pembayaran bunga dan pokok, dan sebagainya, b perjanjian jaminan yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari suatu kredit, misalnya, pemberian kuasa kepada bank untuk menjual mobil apabila terjadi kredit bermasalah, pemasangan hak tanggungan untuk jaminan tanahbangunan, pengalihan hak tagihan, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 9. Realisasi Kredit Setelah penandatanganan akad kredit maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan pada PT. Bank BNI Cabang Medan. Dengan demikian penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan tujuan kredit. Pencairan dana kredit tergantung dari kesepakatan bank dengan calon debitur, biasanya dilakukan secara sekaligus atau bertahap. C. Hambatan-Hambatan yang Menyebabkan The Five C’s Of Credit 5C Tidak Dapat Dilakukan Secara Optimal Pada dasarnya penerapan the five c’s of credit 5C merupakan faktor penting dalam setiap keputusan atas permohonan kredit, jadi setiap permohonan kredit harus melalui tahap penilaian kredit yang berupa analisis the five c’s of credit 5C. Namun mengingat kondisi ekonomi dan moneter menimbulkan dilema bagi bank. Disatu pihak terdapat desakan yang makin mengeras untuk menyalurkan dana bank kepada masyarakat, dilain pihak tanpa desakan apapun bank memang harus menempatkan dananya dalam aktiva yang menghasilkan bunga, jika tidak bank akan mengalami kerugian karena tetap harus membayar biaya bunga kepada para nasabah penyimpan dana. Penempatan dalam aktiva yang menghasilkan earning assets sebenarnya banyak macamnya akan tetapi Universitas Sumatera Utara bankir tetap mengalami tekanan untuk menyalurkan dalam bentuk fasilitas kredit kepada para debitur. Dilema yang memaksa manajemen bank memberikan fasilitas kredit secara tidak konsisten dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah : 54 1. Independensi Manajemen Bank. Sebagai profesional manager bank seharusnya dapat memutuskan kebijaksanaan perkreditan secara independen sesuai dengan intuisi bisnisnya. Namun kenyataannya dilapangan para manager bank harus memperhatikan kehendak pemilik atau pemegang saham mayoritas baik itu bank swasta atau pejabat pemerintah sebagai representasi dari negara bagi bank milik negara BUMN. Bukan saja harus memperhatikan kehendak yang dinyatakan dalam rapat umum pemegang saham akan tetapi juga kehendak atau policy yang ditetapkan secara privat. 2. Persaingan Yang Ketat. Sejak deregulasi ekonomi tahun 1988 jumlah Bank Umum di Indonesia bertambah dengan menjadi lebih dari 300 bank. Belum termasuk bank asing yang sejak tahun 1970 makin kokoh memainkan peranannya diberbagai kota. Ini mengakibatkan persaingan antar bank yang amat ketat sehingga nasabah yang baik prime customers lebih sulit dicari oleh bank. Posisi tawar bank menjadi melemah sehingga terpaksa memberikan 54 Gunarto Suhardi, Risiko Kriminalisasi Kredit Perbankan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakartaa, 2006, hal 23. Universitas Sumatera Utara kemudahan bagi calon debitur. Sering pula syarat-syarat administrasi bahkan yang bersifat yuridis terpaksa dikesampingkan atau ditunda dan debitur diperkenankan untuk menarik dana kredit walaupun syarat administratif belum selesai. 3. Kredit Program Kredit program pada umumnya massal dan bersifat politis, seringkali memberikan beban lebih berat kepada bank khususnya bank BUMN. Dalam kondisi demikian mana mungkin bank mengadakan analisis perdebitur disamping terlalu banyak jumlahnya juga mereka tidak paham tentang pencatatan keuangan sehingga data-data untuk analisa sukar didapat. Bila terhadap mereka diterapkan standar analisa maka secara tehnis banyak yang tidak memenuhi syarat memperoleh kredit. 4. Loyalitas Nasabah. Loyalitas atau kesetiaan nasabah menjadi lebih penting lagi bila dikaitkan dengan biaya. Biaya untuk mempertahankan nasabah yang loyal lebih murah mengatasi hal ini adalah dengan memahami ekspektasi nasabah. Sekalipun ekspektasi nasabah sulit untuk dipenuhi namun pemahaman ini akan mempermudah bank dalam usaha menciptakan sekaligus mempertahankan nasabah yang loyal. Hambatan-hambatan dalam analisis pemberian kredit pada PT. Bank BNI Persero Tbk Cabang Medan yang menyebabkan penerapan the five c’s of credit 5C dalam analisis pemberian kredit tidak dapat dilaksanakan secara optimal: 55 55 Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Kredit, Appraisal dan Legal PT. Bank BNI Persero Cabang Medan Universitas Sumatera Utara 1. Penilaian terhadap watak character debitur Untuk menilai watak character seorang calon debitur dibutuhkan waktu yang cukup lama, karena menyangkut pada penilaian moral, itikad baik sesorang yang bersifat abstrak, dimana menilai watak dan kepribadian seseorang membutuhkan kejelian dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan isting atau naluri. Penilaian terhadap watak merupakan aspek the five c’s of credit yang paling penting namun harus diakui bahwa untuk mengetahui karakter, bukanlah pekerjaan mudah. Sebaliknya justru merupakan pekerjaan yang paling sulit. Karena orang dapat berubah, mungkin pada saat tertentu kita menilai orang tertentu dengan baik sekali, tetapi di lain waktu dia bisa berubah menjadi tidak baik, setidaknya begitulah penilaian terhadap karakter ini karena seiring dengan waktu dan intensitas hubungan, banyak hal-hal baru yang tergali yang sebelumnya tidak disadari atau diketahui sama sekali. Itulah kendala atau salah satu hambatan dalam penerapan analisis the five c’s of credit ini yang dapat terjadi di bank PT.BNI Persero Tbk Cabang Medan. 2. Pelaksanaan penilaian the five c’s of credit tidak tepat dan ketat. Rendahnya kemampuan dan ketajaman pihak bank melakukan penerapan the five c’s of credit 5C secara profesional dalam kelayakan permintaan kredit yang diajukan debitu. Hal ini dikarenakan ada sebagian pihak bank sendiri yang tidak mampu menyusun suatu analisis kelayakan suatu usaha karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, sebab tidak semua Universitas Sumatera Utara bankir paham atau ahli dalam segala bidang, khususnya dalam hal penilaian aset jaminan. 3. Batasan jangka waktu yang diberikan oleh manajemen bank dalam penerapan the five c’s of credit 5C. Penerapan the five c’s of credit 5C yang dilakukan terhadap permohonan kredit sangat banyak dan dengan berbagai pemasalahan yang cukup kompleks, antara lain: kepada siapa kredit diberikan, untuk tujuan apa kredit diberikan obyek kredit, apakah calon debitur akan membayar bunga, hutang pokok, dan kewajiban lainnya, berapa jumlah plafon atau limit kredit yang layak diberikan, apakah kredit diberikan cukup aman dengan risiko yang kecil dan sebagainya sementara waktu yang diberikan terbatas, sehingga mengakibatkan penerapan the five c’s of credit ini menjadi kurang optimal. Berkaitan dengan jangka waktu dalam penerapan the five c’s of credit terbatas, maka sering terjadi dalam suatu analisis meliputi penilaian lima aspek 5C atau the five c’s of credit ini, suatu keputusan dibuat berdasarkan data yang tidak lengkap incomplete credit information maka hal ini merupakan salah satu penyebab dari kegagalan pemberian kredit.

D. Cara Mengatasi Hambatan-Hambatan yang Terjadi dalam Penerapan The Five C’s Of Credit 5C