BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dasar Kebijakan
Secara harfiah, ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari policy science Dror dalam Alie, 2006, sementara penulis-penulis terkenal lainnya seperti
William Dunn, Charles Jones, Lee Friedman dan lain-lain menggunakan istilah public policy dan public policy analysis. Namun perbedaan istilah dalam menterjemahkan
kata kebijaksanaan dan kebijakan ini tidaklah menjadi masalah selama kedua istilah ini diartikan sebagai suatu keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan
ditujukan kepada masyarakat umum Abidin, 2006. Suatu kebijakan dapat pula diartikan sebagai suatu perilaku yang tetap
berulang dimana di dalamnya terkandung usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam memecahkan permasalahan kepentingan umum Charles dalam Alie, 2006.
Dalam ilmu sosial terapan, kebijakan merupakan metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam memecahkan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun para sarjana kebijakan telah memberikan berbagai definisi yang cocok menurut telaahannya masing-masing,
namun secara umum pengertian kebijakan tersebut meliputi gagasan sebagai berikut Tangkilisan, 2003:
1. Tindakan bertujuan, yang diarahkan terhadap masalah atau tujuan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tindakan yang diambil oleh dinas-dinas pemerintah atau kolektivitas
yang bisa didefinisikan sebagai dinas pemerintah. 3.
Aturan yang merincikan siapa harus melakukan apa, kapan, mengapa dan bagaimana.
4. Perangkat yang memberikan insentif dan motivasi agar individu lakukan
perilaku pilihan kebijakan. 5.
Teori sebab akibat yang menghubungkan tindakan dinas untuk perilaku target yang perilaku target atasi.
Dari sebuah prespektif empiris, kebijakan mewujudkan dirinya dalam undang- undang, petunjuk, dan program sebagaimana juga di dalam rutinitas dan praktek
organisasi publik Tangkilisan, 2003. Sementara itu Pal dalam Wahyono 2003 mengungkapkan bahwa kebijakan adalah suatu arahan yang menjadi petunjuk baik
bagi para pelaksana suatu kegiatan maupun untuk mengawas pelaksanaan. Bentuk kebijakan itu sendiri seperti pengumuan formal dan informal dari pengambil
kebijakan, keputusan tertulis dan tidak tertulis, peraturan formal, rencana umum dan tindakan.
2.1.1 Implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan, maka ada dua
pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut Dwijowijoto, 2003. Secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Implementasi Kebijakan Publik Sumber: Dwijowijoto, 2003
Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering
diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah,
Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain Dwijowijoto, 2003. Jika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan
kepemimpinan untuk pelaksanaan dan melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut. Kebijakan Publik
Penjelas
PublikMasyarakatBeneficiaries Kebijakan Publik
Program Intervensi
Proyek Intervensi
Kegiatan Intervensi
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Efektifitas suatu kebijakan
Suatu kebijakan dapat dikatakan efektif bila tujuan terebut dapat tercapai, dan keefektifan dapat ditinjau dari segi produk dan segi proses yang terjadi dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut Dunn, 1998. Menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, efektifitas suatu penerapan implementasi kebijakan ditentukan oleh 6
enam kondisi yang antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Adanya perundang-undangan atau instruksi pemerintah yang memberikan tanggung jawab tentang suatu kebijakan yang jelas dan konsisten.
2. Melalui undang-undang tersebut, dimungkinkan adanya penggunaan
suatu teori yang tepat sehingga dapat mengetahui faktor-faktor utama dalam kaitan sebab akibat yang mempengaruhi tujuan dari implementasi
kebijakan yang hendak dicapai dan memberikan wewenang dan kendali strategis bagi pelaksana atas kelompok-kelompok sasaran untuk
memberikan hasil yang diharapkan. 3.
Perundang-undangan itu dapat membentuk proses implementasi yang baik dan dipercaya dapat memberikan hasil yang baik karena adanya
keterlibatan dari pelaksana dan kelompok sasaran. 4.
Pemimpin badaninstitusi pelaksana memiliki kapasitas kecakapan manajerial dan politis, rasa pengabdian dan tanggung jawab pada upaya
pencapaian sasaran yang digariskan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
5. Kebijakan tersebut mendapat dukungan dari pihak legislatif dan eksekutif,
sedangkan pihak yudikatif bersifat netral. 6.
Tingkat prioritas sasaran yang hendak dicapai dari kebijakan tersebut tidak berubah meskipun munculnya kebijakan publik yang saling
bertentangan atau dengan terjadinya perubahan kondisi sosial ekonomi yang mengurangi kekuatan teori keterkaitan sebab akibat yang
mendukung peraturan atau kekuatan dukungan politis.
Keberhasilan suatu kebijakan juga dipengaruhi oleh sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan suatu kebijakan serta peran yang mampu dimainkan
oleh perencana secara profesional Goggin dalam Chatanese, 1996. Eduards dalam Isworo 1996 mengemukakan bahwa syarat-syarat penting efektifitas suatu
kebijakan adalah sebagai berikut: 1.
Komunikasi harus dijalin antar pelaksana kebijakan. Pelaksana kebijakan tidak hanya dari pihak pemerintah tetapi juga masyarakat selaku sasaran
kebijakan itu sendiri. Komunikasi ini dapat dijalin melalui sosialisasi, antar kedua belah pihak sehingga permasalahan yang timbul akan dapat
diminimalisir sekecil mungkin. Komunikasi ini juga berfungsi untuk dapat menumbuhkan kesamaan persepsi dan pandangan terhadap
kebijakan yang ada sehingga kebijakan dapat dijalankan dengan baik. 2.
Sumber daya manusia, kualitas dan kuantitas pelaksana harus sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat melaksanakan wewenang dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pelaksana harus benar-
Universitas Sumatera Utara
benar mampu dan sanggup melaksanakan kebijakan yang telah dibebankan kepadanya. Pelaksana yang tidak mampu hanya akan
menimbulkan permasalahan dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
3. Disposisi, berupa sikap dan komitmen para pelaksana di lapangan dalam
menjalankan kebijakan yang telah ditentukan. Komitmen pelaksana di lapangan harus benar-benar dalam melaksanakan kebijakan terbut demi
kepentingan yang lebih tinggi, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi. Tanpa suatu komitmen yang benar, suatu kebijakan tentu tidak
dapat dilaksanakan dengan baik. 4.
Struktur birokrasi, struktur birokrasi harus mampu mewadahi proses kerja organisasi bersangkutan dengan pengaruh lingkungan. Birokrasi harus
benar-benar mendukung dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaannya, kebijakan tidak boleh dihadapkan
kepada suatu proses birokrasi yang berbelit-belit karena ini hanya akan menghambat implementasi dari kebijakan tersebut.
2.2 Pengertian Rumah Susun