Implementasi Kebijakan Bantuan Pembangunan Rusunawa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi Di Kota Medan, Studi Kasus Rusunawa USU, UMA Dan IAIN Sumatera Utara

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN PEMBANGUNAN

RUSUNAWA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

DI KOTA MEDAN

STUDI KASUS: RUSUNAWA USU, UMA DAN IAIN-SU

TESIS

OLEH

RAFLIS TANJUNG

087020035/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN PEMBANGUNAN

RUSUNAWA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

DI KOTA MEDAN

STUDI KASUS: RUSUNAWA USU, UMA DAN IAIN-SU

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Teknik Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAFLIS TANJUNG

087020035/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN PEMBANGUNAN

RUSUNAWA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

DI KOTA MEDAN

STUDI KASUS: RUSUNAWA USU, UMA DAN IAIN-SU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2011


(4)

Judul Penelitian : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN PEMBANGUNAN RUSUNAWA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA MEDAN

STUDI KASUS: RUSUNAWA USU, UMA DAN IAIN-SU

Nama : RAFLIS TANJUNG

NIM : 087020035

Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) Ketua

(Wahyuni Zahrah, ST, MS) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc)

Dekan,

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal: 10 Februari 2011

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Anggota Komisi Penguji : 1. Wahyuni Zahrah, ST, MS

2. Imam Faisal Pane, ST, MT 3. Amy Marisa, ST, M.Sc 4. Ir. Novrial, M.Eng


(6)

ABSTRAK

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Bantuan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi Nomor ! Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama, maka mahasiswa dapat bernafas lega sedikit guna meringankan biaya pendidikan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan dalam proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang ada di kota Medan.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel. Metode kualitatif digunakan ketika menganalisa implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi. Metode penelitian ini adalah metode yang bersifat ex facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian selesai berlangsungnya. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa kurang efektif. Kurangnya komunikasi antara pemberi bantuan dan pihak lembaga pendidikan tinggi sebagai penerima bantuan baik pada proses pengajuan maupun proses pembangunannya. Pemberi bantuan kurang memperhatikan kebutuhan pihak lembaga pendidikan tinggi seperti spesifikasi teknis yang diinginkan atau dibutuhkan oleh rusunawa perguruan tinggi yang tidak bisa disamaratakan antara satu perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya. Di lain pihak, perguruan tinggi tidak sanggup menyediakan sarana penunjang seperti meubeler untuk rusunawa. Pada dasarnya hal-hal di atas terjadi karena komunikasi antara pelaksana kebijakan masih kurang baik. Kedua pihak seharusnya mengadakan koordinasi secara berkala untuk mengetahui kewajiban dan hak masing-masing. Di sisi lain, penilaian efektifitas berdasarkan sumber daya manusia, disposisi dan struktur birokrasi tidak mengalami hambatan, kedua pelaksana kebijakan telah melaksanakan ketiga hal tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kata kunci: efektifitas, implementasi kebijakan, bantuan pembangunan, rusunawa mahasiswa.


(7)

ABSTRACT

With the issuance of Law N0.16/1985 on Aprtment, the Draft of General Guidelines for Preparation and Submission of Proposal for Rusunawa (Rental Economical Apartment) Development Assistance at University No. 1/2006 and Regulation of State Minister of Public Housing No. 9/PERMEN/M/2008 on Guidelines for Rusunawa Development Assistance at Institution of Higher Education and Institution of Boarding Education, students can minimize the cost of their education. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the policy related to the implementation of the process of Rusunawa Development Assistance for the university students in the city of Medan.

This study employed quantitative and qualitative approaches. Quantitative method focused on the variables as the object of study and the variables must be defined in the form of the operational process of each variable. Qualitative method was used to analyze the implementation of the policy of Rusunawa Development Assistance at Institution of Higher Education. This research method is ex-facto in nature which means the data were collected after all of the activities have already been implemented. The researcher can see the result of phenomena and tests the causal relationship of the available data.

The result of this study showed that Rusunawa Development Assistance for university students was less effective. On one hand, there was no adequate communication between the assistance provider and the Institution of Higher Education as the assistance recipients either in terms of proposal or development processes. The assistance provider did not pay attention to the needs of the Institution of Higher Education such as technical specification wanted or needed by the University Rusunawa which cannot be generalized from one university to another. On the other hand, the university concerned could afford to provide the supporting facilities such as the furniture for the Rusunawa. The above things basically happened because of the inadequate communication between the policies implementers. Both parties should have periodically coordinated to each other to find out their respective rights and responsibilities. Yet, the evaluation of effectiveness was based on that there was no hindrance human in terms of human resources, disposition and bureaucratic structure, and according to the existing regulation, both policy implementers have done the three things well.

Keywords: Effectiveness, Policy Implementation, Development Assistance, Student Rusunawa


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul Implementasi Kebijakan Bantuan Pembangunan Rusunawa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi Di Kota Medan, Studi Kasus Rusunawa USU, UMA Dan IAIN Sumatera Utara ini dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Namun demikian penulis sadar bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc dan Ibu WahyuniZahrah, ST, MS selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materiil sehingga penulis dapat menjalankan proses perkuliahan dengan lancar.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MS ME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Magister Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara, Bapak dan Ibu Dosen pengampu mata kuliah pada Program Magister Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara, Sherlly Maulana, ST. selaku Panitia Pembangunan


(9)

Rusunawa Mahasiswa UMA, Pengelola Rusunawa Mahasiswa USU, UMA dan IAIN Sumatera Utara, istri tercinta Nina Nurlaili Nasution atas dukungan yang diberikan selama melaksanakan studi serta kedua anak tersayang, Muhammad Thoriq dan Muhammad Firjatullah, seluruh staf administrasi pada Program Magister Teknik Arsitektur USU serta seluruh rekan mahasiswa Program Magister Teknik Arsitektur USU.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi semua pihak.

Medan, Februari 2011


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 28 Oktober 1972 di Bukittinggi, Sumatera Barat dari pasangan Nasir dan Nurma, anak ke 6 dari 7 bersaudara. Penulis menghabiskan masa kecil hingga sekolah menengah di Sumatera Barat, tepatnya di kota Bukittinggi.

Penulis menjalani masa sekolah dasar di SD Inpres 3/77 Bansa dan lulus tahun 1986 Selepas itu, penulis menyelesaikan masa sekolah menengah pertama pada SMP Negeri Kamang Mudik yang diselesaikan pada tahun 1989 dan sekolah menengah atas pada SMA Negeri Tilkam, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang diselesaikan pada tahun 1992. Memperoleh pendidikan arsitektur di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara Medan sejak tahun 1992 sampai 1998.

Sejak di bangku kuliah, Raflis telah mengikuti berbagai macam proyek pekerjaan. Pada tahun 1993, dia menjadi freelance drafter pada PT. Resupra yang mengerjakan proyek pengendalian banjir pada Medan Urban Development Project (MUDP). Selain itu, dia juga mendesain beberapa bangunan rumah maupun rumah toko sejak tahun 1993 sampai 1996. Selain itu, Raflis menjabat sebagai Ketua Pertama HIMMA Arsitektur USU pada tahun 1995 sampai 1997.

Sejak tahun 2006 hingga sekarang, penulis memiliki penyedia jasa konsultansi bidang konstruksi yang banyak mengerjakan pekerjaan di lingkungan pemerintah maupun swasta, di dalam dan luar kota Medan serta mengembangkan usaha developer perumahan di kota Medan.

Menikah pada tahun 2003 dengan Nina Nurlaili Nasution (36) dan dikaruniai dua orang putra, Muhammad Thoriq (7) dan Muhammad Firjatullah (6).


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.5.1 Ruang lingkup wilayah ... 3

1.5.2 Ruang lingkup materi ... 4

1.5.2.1 Identifikasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa lembaga pendidikan tinggi ... 5

1.5.2.2 Implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa lembaga pendidikan tinggi... . 6

1.5.2.3 Analisis implementasi kebijakan pada proses bantuan pembangunan rusunawa lembaga pendidikan tinggi... ... 7


(12)

1.6 Kerangka Pemikiran ... 7

1.7 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...

11

2.1 Pengertian Dasar Kebijakan ... 11

2.1.1 Implementasi kebijakan ... 12

2.1.2 Efektifitas suatu kebijakan ... 14

2.2 Pengertian Rumah Susun ... 16

2.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bagi Mahasiswa ... 21

2.3.1 Ruang lingkup bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa ... 23

2.3.2 Persyaratan pengajuan dan penyususnan usulan bantuan pembangunan rusunawa ... 24

2.3.3 Mekanisme bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa ... 28

2.3.4 Pelaksanaan pembangunan dan penyerahan bantuan ... 31

2.3.5 Pendanaan ... 32

2.3.6 Monitoring, evaluasi dan pelaporan ... 32

2.3.7 Pembinaan ... 33

2.4 Sintesa Teori ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1 Pendekatan Penelitian ... 39

3.2 Kebutuhan Data Penelitian ... 40

3.3 Kriteria Pengumpulan Data ... 41


(13)

3.5 Batasan Penelitian ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

4.1 Analisa Terhadap Penerapan Kebijakan Secara Praktek Dilapangan... ... 51

4.1.1 Analisa proses pengajuan proposal penyelenggaraan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa ... 51

4.1.2 Analisa proses pembangunan rusunawa ... 72

4.2 Analisa Terhadap Efektifitas Kebijakan ... 82

4.2.1 Komunikasi antara pelaksana kebijakan ... 83

4.2.2 Sumber daya manusia ... 83

4.2.3 Disposisi ... 84

4.2.4 Struktur Birokrasi ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... . 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

2.1 Tabel Sintesa Teori... 34 3.1 Tabel Responden yang Diwawancarai... 44 4.1 Evaluasi Proses Permohonan Bantuan Pembangunan Rusunawa

Mahasiswa... 68 4.2 Kesesuaian Pembangunan Fisik dan Pemanfaatan Ruang

Rusunawa Mahasiswa... ... 76 4.3 Analisa Terhadap Efektifitas Kebijakan... 85


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

1.1 Skema Kerangka Berfikir... 8 2.1 Implementasi Kebijakan Publik... 13 2.2 Diagram Mekanisme Bantuan Pembangunan Rusunawa pada

Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan

Berasrama... 29 3.1 Kerangka Analisis Penelitian... 47


(16)

ABSTRAK

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Bantuan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi Nomor ! Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama, maka mahasiswa dapat bernafas lega sedikit guna meringankan biaya pendidikan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan dalam proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang ada di kota Medan.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel. Metode kualitatif digunakan ketika menganalisa implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi. Metode penelitian ini adalah metode yang bersifat ex facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian selesai berlangsungnya. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa kurang efektif. Kurangnya komunikasi antara pemberi bantuan dan pihak lembaga pendidikan tinggi sebagai penerima bantuan baik pada proses pengajuan maupun proses pembangunannya. Pemberi bantuan kurang memperhatikan kebutuhan pihak lembaga pendidikan tinggi seperti spesifikasi teknis yang diinginkan atau dibutuhkan oleh rusunawa perguruan tinggi yang tidak bisa disamaratakan antara satu perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya. Di lain pihak, perguruan tinggi tidak sanggup menyediakan sarana penunjang seperti meubeler untuk rusunawa. Pada dasarnya hal-hal di atas terjadi karena komunikasi antara pelaksana kebijakan masih kurang baik. Kedua pihak seharusnya mengadakan koordinasi secara berkala untuk mengetahui kewajiban dan hak masing-masing. Di sisi lain, penilaian efektifitas berdasarkan sumber daya manusia, disposisi dan struktur birokrasi tidak mengalami hambatan, kedua pelaksana kebijakan telah melaksanakan ketiga hal tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kata kunci: efektifitas, implementasi kebijakan, bantuan pembangunan, rusunawa mahasiswa.


(17)

ABSTRACT

With the issuance of Law N0.16/1985 on Aprtment, the Draft of General Guidelines for Preparation and Submission of Proposal for Rusunawa (Rental Economical Apartment) Development Assistance at University No. 1/2006 and Regulation of State Minister of Public Housing No. 9/PERMEN/M/2008 on Guidelines for Rusunawa Development Assistance at Institution of Higher Education and Institution of Boarding Education, students can minimize the cost of their education. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the policy related to the implementation of the process of Rusunawa Development Assistance for the university students in the city of Medan.

This study employed quantitative and qualitative approaches. Quantitative method focused on the variables as the object of study and the variables must be defined in the form of the operational process of each variable. Qualitative method was used to analyze the implementation of the policy of Rusunawa Development Assistance at Institution of Higher Education. This research method is ex-facto in nature which means the data were collected after all of the activities have already been implemented. The researcher can see the result of phenomena and tests the causal relationship of the available data.

The result of this study showed that Rusunawa Development Assistance for university students was less effective. On one hand, there was no adequate communication between the assistance provider and the Institution of Higher Education as the assistance recipients either in terms of proposal or development processes. The assistance provider did not pay attention to the needs of the Institution of Higher Education such as technical specification wanted or needed by the University Rusunawa which cannot be generalized from one university to another. On the other hand, the university concerned could afford to provide the supporting facilities such as the furniture for the Rusunawa. The above things basically happened because of the inadequate communication between the policies implementers. Both parties should have periodically coordinated to each other to find out their respective rights and responsibilities. Yet, the evaluation of effectiveness was based on that there was no hindrance human in terms of human resources, disposition and bureaucratic structure, and according to the existing regulation, both policy implementers have done the three things well.

Keywords: Effectiveness, Policy Implementation, Development Assistance, Student Rusunawa


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi terbesar dari suatu bangsa, bangsa mana yang mengabaikannya akan menuai bencana di masa datang, apalagi di era persaingan bebas seperti sekarang ini. Fasilitas hidup mahasiswa sebenarnya secara teoritis ada beberapa cara untuk meringankan beban perguruan tinggi dan mahasiswa. Misalnya: pemerintah membuat rencana jangka panjang untuk meningkatkan subsidi ke perguruan tinggi. Tentunya tidak realistis secara drastis meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari APBN dan APBD sebagaimana yang tercantum dalam amandemen UUD 1945, namun sangat mungkin untuk secara bertahap mengucurkan dana lebih banyak ke sektor ini seiring dengan pemberantasan korupsi di birokrasi pemerintahan. Biaya pendidikan makin mahal. Bahkan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sekalipun, yang dulu menjadi andalan pendidikan yang murah dan bermutu. Lebih-lebih lagi di beberapa PTN yang diubah statusnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), mereka harus mencari sumber pembiayaan alternatif. Selain hasil kerja sama dengan industri, tentu saja biaya pendidikan dari mahasiswa akan dinaikkan seiring dengan berkurangnya subsidi dari pemerintah.

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa


(19)

(Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama, maka mahasiswa dapatlah bernafas lega sedikit guna meringkankan biaya pendidikan. Bantuan pembangunan rusunawa adalah bantuan pembangunan fisik maupun pembangunan baru Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), maupun rehabilitasi asrama/hunian yang telah ada dan dibiayai oleh Pemerintah melalui APBN pada Kementrian Negara Perumahan Rakyat dan pada Kementrian terkait lainnya. Bantuan Pembangunan Rusunawa dimaksudkan untuk memberikan fasilitas bantuan fisik bangunan Rusunawa sehingga mendorong lembaga pendidikan tinggi dan/atau lembaga pendidikan berasrama untuk memenuhi kebutuhan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri dan hunian bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan dan bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan dalam mengajukan usulan bantuan pembangunan Rusunawa.

Beberapa perguruan tinggi di kota Medan telah menerima bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa sejak dikeluarkannya kebijakan tentang bantuan pembangunan rusunawa bagi lembaga pendidikan tinggi. Namun pada kenyataannya, beberapa bangunan rusunawa yang telah selesai dibangun tidak dimanfaatkan dengan optimal. Hal ini menjadi dasar pemikiran bagi penulis untuk mencermati proses pemberian bantuan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sejauh mana efektifitas implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi di lapangan.


(20)

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan dalam proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang ada di Kota Medan. Dari studi ini nantinya dapat menjadi masukan kepada lembaga perguruan tinggi dalam menentukan kebijakan dalam pemanfaatan dan pengendalian rusunawa mahasiswa yang ada.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberi kegunaan dan manfaat yang antara lain:

1. Bagi lembaga perguruan tinggi sebagai obyek penelitian dapat lebih mengetahui peran dan fungsinya sebagai salah satu aktor yang turut aktif dalam mensukseskan penyelenggaraan penghunian rusunawa mahasiswa, sehingga rusunawa tersebut dapat lebih berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dan lembaga perguruan tinggi.

2. Bagi pemerintah nantinya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyempurnakan kebijakan sehingga penerapannya dapat berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh pihak perguruan tinggi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) rusunawa mahasiswa yaitu Rusunawa Universitas Sumatera Utara (USU)


(21)

yang terletak di Kampus USU Jalan Dr. Mansyur, Rusunawa Universitas Medan Area (UMA) yang terletak Kampus UMA di Jalan Kolam Medan Estate dan Rusunawa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara di Kampus IAIN Sumatera Utara Jalan Willem Iskandar Medan Estate. Masing-masing rusunawa mahasiswa ini terletak di lingkungan kampus, sehingga mudah dicapai oleh mahasiswa sebagai penghuni rusunawa.

1.5.2 Ruang lingkup materi

Keinginan untuk menyediakan hunian dan asrama yang terjangkau bagi para mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai hal. Begitu juga halnya dengan perumahan yang berupa rumah susun sederhana sewa (rusunawa) mahasiswa. Dalam penelitian ini, hal-hal yang menjadi fokus penelitian adalah yang berkaitan dengan kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama bukan evaluasi purnahuni. Hal ini antara lain adalah tentang kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintahan Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang bantuan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama, dan Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Bantuan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi Nomor 1 Tahun 2006, serta implementasi dari kebijakan tersebut.


(22)

1.5.2.1Identifikasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang bantuan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama dan Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Bantuan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi Nomor 1 Tahun 2006. Dalam mengidentifikasi kebijakan ini, peneliti mendapatkan informasi dan data yang diperlukan melalui unit pengelola rusunawa mahasiswa. Hal-hal yang ingin diketahui dari kebijakan ini tentu saja berkaitan dengan kebijakan yang berhubungan dengan bantuan pembangunan rusunawa tersebut. Pada bagian ini, peneliti ingin mengidentifikasi tentang kebijakan yang berkenaan dengan: 1) prosedur permohonan bantuan pembangunan rusunawa; 2) persyaratan lembaga pemohon bantuan pembangunan rusunawa; 3) ruang lingkup pemberian bantuan pembangunan rusunawa. Identifikasi yang dilakukan terhadap kebijakan di atas tentu saja akan menghasilkan variabel-variabel dari masing-masing bagian. Variabel-variabel ini kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan karena peneliti mencoba memberikan gambaran secara deskriptif tentang kebijakan yang ada berkaitan dengan proses bantuan pembangunan rusunawa bagi lembaga perguruan tinggi. Gambaran yang diberikan nantinya harus dapat


(23)

menjelaskan tentang bagaimana seharusnya proses kebijakan tersebut dilaksanakan di lapangan.

1.5.2.2Implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi

Setelah mengidentifikasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama, peneliti mencoba mengidentifikasikan efektifitas implementasi dari kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pihak lembaga perguruan tinggi. Identifikasi terhadap implementasi kebijakan ini dilaksanakan dengan teknik wawancara kepada pihak pengelola rusunawa mahasiswa dan lembaga perguruan tinggi. Hal ini berkaitan dengan: (1) prosedur permohonan bantuan pembangunan rusunawa; (2) persyaratan lembaga pemohon bantuan pembangunan rusunawa; (3) ruang lingkup pemberian bantuan pembangunan rusunawa. Faktor ini akan diidentifikasi karena faktor inilah yang menjadi dasar bagi pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama. Identifikasi ini tentu saja akan menghasilkan variabel-variabel yang berhubungan dengan proses pemberian bantuan.

Metode analisa deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara implementasi yang dilaksanakan dengan proses pemberian bantuan, sejauh mana kebijakan ini berpengaruh terhadap proses pemberian bantuan dan apakah proses pemberian bantuan ini mencapai sasaran seperti yang diinginkan oleh kebijakan tersebut.


(24)

1.5.2.3 Analisis implementasi kebijakan pada proses bantuan pembangunan rusunawa lembaga pendidikan tinggi

Setelah didapatkan hasil analisa dari sasaran yang diinginkan, kemudian peneliti melakukan analisis terhadap proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif karena peneliti ingin memberikan gambaran bagaimana sebenarnya implementasi proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa dengan membandingkan pelaksanaan pembangunan rusunawa di ketiga lembaga pendidikan tinggi tersebut. Dengan demikian dari implementasi kebijakan tersebut akan diberikan suatu kesimpulan dan rekomendasi terutama dalam hal proses pemberian bantuan rusunawa lembaga pendidikan tinggai agar dapat memberikan solusi bagi pemanfaatan rusunawa mahasiswa.

1.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran studi ini didasarkan kepada suatu harapan agar bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa lebih fokus terhadap permasalahan pengadaan perumahan bagi mahasiswa. Keinginan ini disebabkan karena adanya masalah-masalah yang terjadi di lapangan yang mengakibatkan tidak efektifnya pemberian bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa di lembaga pendidikan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1.


(25)

LATAR BELAKANG

UU No. 16 Tahun1985 tentang Rumah Susun

Rancangan Pedoman Umum Penyusunan Dan Pengajuan Usulan Pembangunan Rusunawa Pada Perguruan Tinggi Nomor 1 Tahun 2006

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama

PERUMUSAN MASALAH

Sejauh mana efektifitas implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi di lapangan.

DASAR TEORI

1. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain (Dwijowijoto, 2003).

2. Syarat-syarat penting efektifitas suatu kebijakan (Eduards dalam Isworo,1996)

TUJUAN

Untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan dalam proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang ada di Kota

Medan

MANFAAT

Memberikan masukan kepada pihak universitas dan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pemberian bantuan pembangunan rusunawa

mahasiswa khususnya bagi lembaga pendidikan tinggi.


(26)

Latar belakang yang mengawali penelitian ini adalah kebijakan Pemerintah yang berhubungan dengan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) yang berbentuk undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Dalam penelitian ini yang menjadi dasar penelitian adalah Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008 tentang Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama dan Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi Nomor 1 Tahun 2006.

Setelah pengumpulan kebijakan yang melatarbelakangi penelitian, dirumuskanlah masalah yang ditimbulkan oleh keluarnya kebijakan tersebut, yaitu sejauh mana efektifitas implementasi kebijakan bantuan pembangunan mahasiswa pada lembaga pendidikan tinggi di lapangan, dalam hal ini lembaga pendidikan tinggi yang telah menerima bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa sesuai dengan kebijakan Pemerintah tersebut di atas.

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan teori-teori yang berkaitan dengan implementasi kebijakan publik serta hal-hal yang berkenaan dengan syarat-syarat penting efektifitas suatu kebijakan. Kemudian ditetapkan tujuan dari penelitian yang dilakukan yakni untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan dalam proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang ada di kota Medan, sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan kepada pihak universitas dan Pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pemberian


(27)

bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa khususnya bagi lembaga pendidikan tinggi.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari: BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan tesis.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang pengertian dasar kebijakan, implementasi kebijakan, efektifitas suatu kebijakan, pengertian rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

BAB III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang langkah-langkah penelitian mulai dari pengumpulan data hingga kepada pengolahan data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil analisa implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan identifikasi implementasi kebijakan pada proses bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi.

BAB V Penutup


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dasar Kebijakan

Secara harfiah, ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari policy science (Dror dalam Alie, 2006), sementara penulis-penulis terkenal lainnya seperti William Dunn, Charles Jones, Lee Friedman dan lain-lain menggunakan istilah public policy dan public policy analysis. Namun perbedaan istilah dalam menterjemahkan kata kebijaksanaan dan kebijakan ini tidaklah menjadi masalah selama kedua istilah ini diartikan sebagai suatu keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum (Abidin, 2006).

Suatu kebijakan dapat pula diartikan sebagai suatu perilaku yang tetap berulang dimana di dalamnya terkandung usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam memecahkan permasalahan kepentingan umum (Charles dalam Alie, 2006). Dalam ilmu sosial terapan, kebijakan merupakan metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun para sarjana kebijakan telah memberikan berbagai definisi yang cocok menurut telaahannya masing-masing, namun secara umum pengertian kebijakan tersebut meliputi gagasan sebagai berikut (Tangkilisan, 2003):


(29)

2. Tindakan yang diambil oleh dinas-dinas pemerintah atau kolektivitas yang bisa didefinisikan sebagai dinas pemerintah.

3. Aturan yang merincikan siapa harus melakukan apa, kapan, mengapa dan bagaimana.

4. Perangkat yang memberikan insentif dan motivasi agar individu lakukan perilaku pilihan kebijakan.

5. Teori sebab akibat yang menghubungkan tindakan dinas untuk perilaku target yang perilaku target atasi.

Dari sebuah prespektif empiris, kebijakan mewujudkan dirinya dalam undang-undang, petunjuk, dan program sebagaimana juga di dalam rutinitas dan praktek organisasi publik (Tangkilisan, 2003). Sementara itu Pal dalam Wahyono (2003) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah suatu arahan yang menjadi petunjuk baik bagi para pelaksana suatu kegiatan maupun untuk mengawas pelaksanaan. Bentuk kebijakan itu sendiri seperti pengumuan formal dan informal dari pengambil kebijakan, keputusan tertulis dan tidak tertulis, peraturan formal, rencana umum dan tindakan.

2.1.1 Implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan, maka ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk


(30)

program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Dwijowijoto, 2003). Secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Implementasi Kebijakan Publik Sumber: Dwijowijoto, 2003

Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain (Dwijowijoto, 2003). Jika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk pelaksanaan dan melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut.

Kebijakan Publik Penjelas

Publik/Masyarakat/Beneficiaries Kebijakan Publik

Program Intervensi

Proyek Intervensi


(31)

2.1.2 Efektifitas suatu kebijakan

Suatu kebijakan dapat dikatakan efektif bila tujuan terebut dapat tercapai, dan keefektifan dapat ditinjau dari segi produk dan segi proses yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut (Dunn, 1998). Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), efektifitas suatu penerapan (implementasi) kebijakan ditentukan oleh 6 (enam) kondisi yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Adanya perundang-undangan atau instruksi pemerintah yang memberikan tanggung jawab tentang suatu kebijakan yang jelas dan konsisten.

2. Melalui undang-undang tersebut, dimungkinkan adanya penggunaan suatu teori yang tepat sehingga dapat mengetahui faktor-faktor utama dalam kaitan sebab akibat yang mempengaruhi tujuan dari implementasi kebijakan yang hendak dicapai dan memberikan wewenang dan kendali strategis bagi pelaksana atas kelompok-kelompok sasaran untuk memberikan hasil yang diharapkan.

3. Perundang-undangan itu dapat membentuk proses implementasi yang baik dan dipercaya dapat memberikan hasil yang baik karena adanya keterlibatan dari pelaksana dan kelompok sasaran.

4. Pemimpin badan/institusi pelaksana memiliki kapasitas kecakapan manajerial dan politis, rasa pengabdian dan tanggung jawab pada upaya pencapaian sasaran yang digariskan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(32)

5. Kebijakan tersebut mendapat dukungan dari pihak legislatif dan eksekutif, sedangkan pihak yudikatif bersifat netral.

6. Tingkat prioritas sasaran yang hendak dicapai dari kebijakan tersebut tidak berubah meskipun munculnya kebijakan publik yang saling bertentangan atau dengan terjadinya perubahan kondisi sosial ekonomi yang mengurangi kekuatan teori keterkaitan sebab akibat yang mendukung peraturan atau kekuatan dukungan politis.

Keberhasilan suatu kebijakan juga dipengaruhi oleh sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan suatu kebijakan serta peran yang mampu dimainkan oleh perencana secara profesional (Goggin dalam Chatanese, 1996). Eduards dalam Isworo (1996) mengemukakan bahwa syarat-syarat penting efektifitas suatu kebijakan adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi harus dijalin antar pelaksana kebijakan. Pelaksana kebijakan tidak hanya dari pihak pemerintah tetapi juga masyarakat selaku sasaran kebijakan itu sendiri. Komunikasi ini dapat dijalin melalui sosialisasi, antar kedua belah pihak sehingga permasalahan yang timbul akan dapat diminimalisir sekecil mungkin. Komunikasi ini juga berfungsi untuk dapat menumbuhkan kesamaan persepsi dan pandangan terhadap kebijakan yang ada sehingga kebijakan dapat dijalankan dengan baik. 2. Sumber daya manusia, kualitas dan kuantitas pelaksana harus sesuai

dengan kemampuannya sehingga dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pelaksana harus


(33)

benar-benar mampu dan sanggup melaksanakan kebijakan yang telah dibebankan kepadanya. Pelaksana yang tidak mampu hanya akan menimbulkan permasalahan dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

3. Disposisi, berupa sikap dan komitmen para pelaksana di lapangan dalam menjalankan kebijakan yang telah ditentukan. Komitmen pelaksana di lapangan harus benar-benar dalam melaksanakan kebijakan terbut demi kepentingan yang lebih tinggi, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi. Tanpa suatu komitmen yang benar, suatu kebijakan tentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

4. Struktur birokrasi, struktur birokrasi harus mampu mewadahi proses kerja organisasi bersangkutan dengan pengaruh lingkungan. Birokrasi harus benar-benar mendukung dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaannya, kebijakan tidak boleh dihadapkan kepada suatu proses birokrasi yang berbelit-belit karena ini hanya akan menghambat implementasi dari kebijakan tersebut.

2.2 Pengertian Rumah Susun

Pembangunan rumah dan perumahan senantiasa memerlukan lahan sebagai basisnya. Tidak mungkin kita membangun rumah dan perumahan tanpa adanya lahan yang tersedia. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan kota, keberadaan lahan ini menjadi permasalahan yang sangat serius. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya lahan yang tersedia dan semakin mahalnya harga lahan tersebut baik secara kuantitas


(34)

maupun kualitas. Keterbatasan lahan ini menyebabkan pemerintah harus mencari solusi untuk penyediaan pembangunan perumahan di perkotaan.

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (UU No. 16 Tahun 1985). Seperti juga rumah susun, rusunawa juga merupakan salah satu bentuk rumah yang dibangun secara vertikal. Rumah susun sederhana sewa atau yang lebih dikenal dengan nama rusunawa merupakan rumah susun yang kepemilikannya menggunakan sistem sewa. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan rusunawa adalah masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan. Masyarakat berpenghasilan rendah ini cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan lingkungan/kawasan kumuh di perkotaan.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun memberi gambaran tujuan pembangunan rumah susun yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfatannya;

2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang;


(35)

3. Pemerintah melakukan pengaturan dan pembinaan rumah susun;

4. Pemerintah dapat menyerahkan kepada pemerintah daerah untuk melaksanaka sebagian urusan pengaturan dan pembinaan rumah susun.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah:

1. Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitas secara keseluruhan merupakan tempat pemukiman;

2. Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan;

3. Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi-bagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan yang masing-masing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama dan tanah bersama;

4. Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.


(36)

Rumah susun harus memenuhi syarat-syarat minimum seperti rumah biasa yakni dapat menjadi tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi dan memberikan suasana harmonis. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kampung kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No. 4/1988). Hamzah (2000) menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun adalah:

1. Persyaratan teknis untuk ruangan

Semua ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaa dalam jumlah yang cukup.

2. Persyaratan untuk struktur, komponan dan bahan-bahan bangunan

Harus memenuhi persyaratan konstruksi dan standar yang berlau yaitu harus tahan dengan beban mati, bergerak, gempa, hujan, angin, dan lain-lain.

3. Kelengkapan rumah susun

Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air, saluran pembuangan sampah, jaringan telepon/alat komunikasi, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat


(37)

kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm, pintu kedap asap, generator listrik dan lain-lain.

4. Satuan rumah susun

a. Mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya;

b. Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tidur, mandi, buang hajat, mencuci, menjemur, memasak, makan, menerima tamu dan lain-lain. 5. Bagian bersama dan benda bersama

a. Bagian bersama berupa ruang umum, ruang tunggu, lift atau selasar harus memenuhi syarat sehingga dapat memberi kemudahan bagi penghuni;

b. Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas dan kapasitas yang memenuhi syarat sehingga dapat menjamin keamanan dan kenikmatan bagi penghuni.

6. Lokasi rumah susun

a. Harus sesuai peruntukan dan keserasian dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah;

b. Harus memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuang air hujan dan limbah;


(38)

d. Harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik. 7. Kepadatan dan tata letak bangunan

Harus mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya.

8. Prasarana lingkungan

Harus dilengkapi dengan prasarana jalan, tempat parkir, jaringan telepon, tempat pembuangan sampah.

9. Fasilitas lingkungan

Harus dilengkapi dengan ruang atau bangunan untuk berkumpul, tempat bermain anak-anak, dan kontak sosial, ruang untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk kesehatan, pendidikan, peribadatan dan lain-lain.

2.3 Kebijakan Pemerintah tentang Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bagi Mahasiswa

Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama, rumah susun sederhana sewa yang selanjutnya disebut rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran


(39)

Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.

Bantuan Pembangunan Rusunawa dimaksudkan untuk memfasilitasi bantuan fisik bangunan Rusunawa sehingga mendorong lembaga pendidikan tinggi dan/atau lembaga pendidikan berasrama untuk memenuhi kebutuhan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri dan hunian bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan dan bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah, pemerintah daerah dan penyelenggara pendidikan dalam mengajukan usulan bantuan pembangunan Rusunawa.

Menurut UU Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun Bab IV, rumah susun dibangun sesuai dengan tingkat keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan rendah, serta dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang itu serta swadaya masyarakat. Sebagai golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, mahasiswa/siswa/santri serta pendidik dan tenaga kependidikan memerlukan adanya tempat tinggal layak dengan harga sewa terjangkau.

Dalam pemanfaatannya, rusunawa terbagi atas 2 (dua) jenis pemanfaatan yaitu sebagai asrama dan sebagai hunian. Asrama adalah rusunawa yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri, sedangkan hunian adalah rusunawa yang diperuntukkan bagi tenaga pendidik dan/atau kependidikan.

Untuk memperoleh Bantuan Pembangunan Rusunawa yang dikeluarkan oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat, lembaga pemohon dalam hal ini lembaga


(40)

pendidikan tinggi perlu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kementrian tersebut. Pada tahap awal, lembaga pendidikan tinggi mengajukan usulan kepada Kementrian Negara Perumahan Rakyat disertai dengan segala kelengkapan yang dibutuhkan. Usulan bantuan pembangunan rusunawa dalah permohonan atau proposal bantuan untuk pembangunan rusunawa yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 9/PERMEN/M/2008). Setelah pihak lembaga pendidikan tinggi mengajukan proposal, dilaksanakan tahap selanjutnya yaitu verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen usulan bantuan pembangunan rusunawa.

2.3.1 Ruang lingkup bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa

Ruang lingkup pengaturan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 9 tahun 2008 ini meliputi:

1. Bentuk bantuan pembangunan rusunawa:

a. Penyediaan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri.

b. Penyediaan hunian bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan. c. Peningkatan kualitas asrama bagi mahasiswa/siswa/santri dan hunian

bagi pendidik dan/atau tenaga pendidik.

2. Kriteria penerima bantuan pembangunan rusunawa: a. Kriteria umum

b. Kriteria akademik


(41)

a. Pembangunan baru; berupa asrama bagi mahasiswa/siswa/santri khususnya untuk tahun ajaran pertama serta hunian bagi pendidik dan/atau tenaga pendidik untuk jangka waktu menghuni selama 5 tahun.

b. Rehabilitasi; berupa perbaikan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri dan perbaikan hunian bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan. 4. Mekanisme bantuan pembangunan rusunawa: pengajuan usulan bantuan,

verifikasi, penetapan bantuan, pelaksanaan pembangunan, penyerahan bantuan.

5. Pendanaan

6. Monitoring, evaluasi dan pelaporan 7. Pembinaan

2.3.2 Persyaratan pengajuan dan penyusunan usulan bantuan pembangunan rusunawa

Bantuan pembangunan rusunawa harus memenuhi 2 (dua) persyaratan yaitu non teknis dan teknis. Persyaratan non teknis terdiri dari:

1. Persyaratan administrasi.

a. Surat permohonan yang terdiri dari surat permohonan bantuan pembangunan baru rusunawa dari lembaga pendidikan tinggi negeri ditandatangai oleh Rektor atau lembaga pendidikan tinggi swasta ditandatangani Rektor dan ketua yayasan; surat permohonan bantuan


(42)

pembangunan baru rusunawa dari lembaga pendidikan berasrama ditandatangani oleh ketua lembaga/ketua yayasan;

2. Surat permohonan ditujukan kepada Menteri Negara Perumahan Rakyat. a. Surat dukungan yang terdiri dari surat dukungan dari pemerintah

daerah (provinsi, kabupaten/kota) yang ditandatangani oleh kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) dan Dinas Teknis yang membidangi perumahan; surat dukungan dari Kementrian Pendidikan Nasional atau Kementrian Agama yang ditandatangani oleh pejabat eselon 1; surat dukungan menjadi lampiran dalam surat dukungan bantuan pembangunan rusunawa dan ditujukan kepada Deputi Bidang Perumahan Formal Kementrian Negara Perumahan Rakyat.

b. Surat pernyataan dari lembaga pendidikan tinggi atau lembaga pendidikan berasrama yang terdiri dari surat pernyataan kepemilikan dan penguasaan lahan; surat pernyataan menyediakan dan menyerahkan lahan dalam kondisi siap bangun; surat pernyataan bersedia memberikan jaminan tidak mengalihfungsikan bangunan; surat pernyataan bersedia menerima dan mengelola rusunawa; surat penetapan lokasi sesuai dengan master plan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota; surat Pernyataan belum pernah menerima bantuan


(43)

pembangunan rusunawa yang berasal dari APBN; surat pernyataan bersedia melakukan penghijauan pada lingkungan lokasi rusunawa; c. Surat kesanggupan penyertaan dari lembaga pendidikan tinggi atau

lembaga pendidikan berasrama yang berisikan bersedia untuk menyiapkan lahan siap bangun; bersedia untuk melakukan pengajuan permohonan dan biaya perijinan (IMB); bersedia untuk menyiapkan detail design engineering design (DED) atau menggunakan desain prototipe dari Kementrian Negara Perumahan Rakyat; bersedia untuk penyambungan listrik, air minum dan jaringan komunikasi serta biaya penyambungannya; bersedia menyiapkan dukungan prasarana, sarana dan utilitas.

3. Kesiapan pengelolaan meliputi usulan badan pengelola, struktur badan pengelola, rencana biaya pengelolaan.

Untuk persyaratan teknis, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pihak lembaga pendidikan tinggi atau berasrama dalam pengajuan bantuan pembangunan rusunawa ini, antara lain:

1. Lokasi

a. Lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kotadengan disertai surat keterangan dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) atau dinas terkait;


(44)

b. Lokasi sesuai dengan master plan lembaga pendidikan tinggi dan master plan komplek pada lembaga pendidikan berasrama yang diperuntukkan bagi asrama/hunian;

c. Lokasi siap bangun yaitu bebas/kosong dari tanaman ataupun bangunan;

d. Lokasi memiliki lebar jalan sekurang-kurangnya 6 m;

e. Lokasi memperhitungkan daya tampung dan daya dukung lingkungan. 2. Lahan

a. Lahan yang digunakan untuk pembangunan rusunawa harus jelas status hukum kepemilikan dan jenis hak atas tanahnya yang dibuktikan dengan sertifikat atas tanah serta status penguasaannya; b. Kondisi lahan merupakan tanah siap bangun dan sudah kosong dari

bangunan dan tanaman serta telah didukung oleh kesiapan PSU lainnya;

c. Kemiringan tanah yang ditunjukkan dengan peta kontur tanah;

d. Apabila masuh diperlukan pekerjaan tambahan lainnya yang berhubungan dengan pematangan tanah dan perataan tanah yang diakibatkan oleh kondisi fisik tanah sebagaimana dimaksud diatas merupakan penyertaan dari lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama dan/atau pemerintah daerah.

e. Lahan yang diperlukan untuk membangun rusunawa sekurang-kurangnya 3000 m² dengan lebar sekurang-sekurang-kurangnya 15 m.


(45)

3. Rancang bangun, jika tidak menggunakan detail design engineering (DED) yang telah disiapkan oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat, maka pihak lembaga pendidikan tinggi harus membuat surat pernyataan kesanggupan menyiapkan rancang bangun yang meliputi:

a. Rancang bangun arsitektur b. Rancang bangun struktur

c. Rancang bangun mekanikal dan elektrikal

2.3.3 Mekanisme bantuan pembangunan rusunawa

Pengajuan usulan bantuan pembangunan rusunawa dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama kepada Menteri Negara Perumahan Rakyat dengan tembusan kepada Deputi Bidang Perumahan Formal Kementrian Negara Perumahan Rakyat. Pengajuan. Usulan bantuan pembangunan rusunawa diajukan selambat-lambatnya bulan Maret pada tahun anggaran berjalan. Mekanisme bantuan pembangunan rusunawa ditunjukkan pada gambar 2.2.


(46)

Gambar 2.2 Diagram Mekanisme Bantuan Pembangunan Rusunawa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama

Sumber: Peraturan Menteri Negara Petumahan Rakyat No. 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun

Sederhana Sewa pada Lembaga Pedidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama


(47)

Dari gambar 2.2, usulan permintaan bantuan pembangunan rusunawa diajukan oleh lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama yang akan membangun rusunawa. Sebelum mengajukan usulan permintaan kepada Kementrian Negara Perumahan Rakyat sebagai instansi pemberi bantuan, ada 2 (dua ) tahap yang perlu dilakukan oleh lembaga pendidikan yaitu memperoleh surat rekomendasi dari kementrian terkait, Kementrian Pendidikan Nasional untul lembaga perguruan tinggi dan Kementrian Agama untuk lembaga pendidikan tinggi agama dan lembaga pendidikan berasrama yang bernafaskan agama misalnya pesantren. Setelah memperoleh rekomendasi, lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama perlu mendapatkan surat dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Setelah melengkapi persyaratan, lembaga pengaju usulan permintaan bantuan pembangunan rusunawa mengajukan proposal kepada Kementrian Negara Perumahan Rakyat. Di instansi ini, usulan yang masuk ditangani oleh Deputi Perumahan Formal. Usulan-usulan dimasukkan dalam suatu daftar panjang, yang merupakan kompilasi data usulan. Kemudian kompilasi data usulan ini diverifikasi kelengkapan administrasinya oleh tim verifikasi yang dibentuk oleh kementrian. Usulan yang lolos verifikasi administrasi dimasukkan dalam suatu daftar pendek. Setelah itu diadakan penilaian terhadap calon lokasi yang diajukan oleh lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama.

Hasil penilaian verifikasi administrasi usulan bantuan pembangunan rusunawa diajukan kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai calon penerima bantuan pembangunan rusunawa. Penetapan calon penerima bantuan ini ditindaklanjuti oleh


(48)

tim verifikasi dengan melakukan verifikasi lapangan. Hasil penilaian verifikasi lapangan diajukan kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai penerima bantuan pembangunan rusunawa. Menteri dapat menetapkan penerima bantuan di luar dari ketentuan tersebut setelah mendapat pertimbangan dari Deputi Perumahan Formal.

2.3.4 Pelaksanaan pembangunan dan penyerahan bantuan

Pelaksanaan pembangunan rusunawa yang telah memperoleh persetujuan bantuan pembanguna rusunawa yang telah ditetapkan dilakukan oleh Pusat Pengembangan Perumahan. Pusat Pengembangan Perumahan ini berkoordinasi dengan:

1. Sekretariat Kementrian Negara Perumahan Rakyat 2. Kedeputian Bidang Perumahan Formal

3. Lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama 4. Pemerintah daerah

Rusunawa yang telah selesai dibangun diserahkan oleh Pusat Pengembangan Perumahan kepada Menteri melalui Sekretaris Kementrian Negara Perumahan Rakyat. Bantuan pembangunan rusunawa yang telah selesai pelaksanaan pembangunannya akan diserahkan kepada lembaga pendidikan tinggi atau lembaga pendidikan berasrama sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Milik Negara. Selama belum dapat dilakukan pelaksanaan


(49)

penyerahan bantuan pembangunan rusunawa, maka perlu ditetapkan serah terima pengelolaan sementara oleh Sekretaris Kementrian Negara Perumahan Rakyat atas nama Menteri kepada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama. Pelaksanaan serah terima pengelolaan sementara perlu dilakukan pengelolaan sesuai dengan fungsinya.

2.3.5 Pendanaan

Sumber pendanaan untuk pembangunan rusunawa didapat dari beberapa sumber anggaran yaitu dana rupiah murni yang berasal dari Pemerintah Pusat (APBN) pada Kementrian Negara Perumahan Rakyat dan Kementrian terkait lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah (APBD) yang penggunaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan dana pinjaman luar negeri dan dana lainnya yang sah.

Pengalokasian dana bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama berdasarkan bantuan pembangunan rusunawa yang telah ditetapkan dan disetujui oleh menteri. Lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama yang menerima bantuan pembangunan rusunawa harus menyediakan dana pendamping untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan rusunawa.

2.3.6 Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Monitoring dimaksudkan untuk pemantauan pemanfaatan bantuan pembangunan rusunawa. Monitoring ini dilakukan oleh Deputi Bidang Perumahan Formal Kementrian Negara Perumahan Rakyat dan dapat melibatkan Kementrian


(50)

pendidikan Nasional, Kementrian Agama, Pemeritah Daerah dan pihak penerima bantuan.

Evaluasi dilakukan untuk melakukan efektifitas pemanfaatan bantuan pembangunan rusunawa. Sama seperti monitoring, evaluasi juga dilaksanakan oleh Deputi Bidang Perumahan Formal Kementrian Negara Perumahan Rakyat dan dapat melibatkan Kementrian pendidikan Nasional, Kementrian Agama, Pemeritah Daerah dan pihak penerima bantuan.

Pelaporan disusun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pemanfaatan bantuan pembangunan rusunawa dan disampaikan kepada Menteri.

2.3.7 Pembinaan

Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan di dalam pelaksanaan program bantuan pembangunan rusunawa di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama. Pelaksanaan pembinaan dilakukan oleh :Kementrian Negara Perumahan Rakyat, Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama serta Pemerintah Daerah dalam bentuk pengaturan, pendampingan dan sosialisasi dan pelatihan/penyuluhan yang sesuai dengan tugas dan wewenang.

2.4 Sintesa Teori

Dari hasil kajian literatur ini akan ditentukan variabel penelitian. Variabel penelitian ini nantinya akan berfungsi sebagai acuan peneliti dalam menentukan


(51)

metode dan pembuatan kuesioner penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel Sintesa Teori

TEORI SUMBER/

SUBYEK VARIABEL

VARIABEL TERPILIH

ALASAN PEMILIHAN

VARIABEL

Kebijakan Abidin, 2006 Keputusan

Pemerintah Charles dalam Alie, 2006 Perilaku Pemerintah Masalah kepentingan umum Tangkilisan, 2003 Tindakan Pemerintah Aturan Insentif Motivasi Pal dalam Wahono, 2003 Arah/petunjuk pelaksanaan Implementasi Kebijakan Dwijowijoto, 2003 Cara Kebijakan Tujuan Cara Kebijakan Tujuan Implementasi kebijakan di lapangan Efektifitas Kebijakan Mazmanian & Sabatier, 1983

Undang-undang

Undang-undang Pelaksana Masyarakat Partisipasi Komunikasi Mencakup hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas kebijakan Konsistensi Wewenangan Partisipasi Pelaksana Sasaran Dukungan legislatif & eksekutif Goggins dalam Chatanese, 1996 Partisipasi masyarakat dan perencana Eduards dalam Isworo, 1996 Komunikasi SDM Disposisi Struktur Birokrasi


(52)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

TEORI SUMBER/

SUBYEK VARIABEL

VARIABEL TERPILIH ALASAN PEMILIHAN VARIABEL Kebijakan Bantuan Pembangunan Rusunawa Lembaga Pendidikan Tinggi

UU No. 16 Tahun 1986 Persyaratan penghunian Warga berpenghasilan rendah, termasuk mahasiswa/pelajar Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi No. 1 Tahun 2006 Prosedur Bantuan Pembangunan Pedoman penyusunan dan pengajuan usulan pembangunan rusunawa pada perguruan tinggi Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 9 Tahun 2008 Prosedur Bantuan Pembangunan Usulan dari lembaga pendidikan tinggi Rekomendasi instansi terkait Dukungan Pemda Kompilasi data usulan

Usulan calon lokasi Penetapan calon lokasi Penetapan penerima bantuan Program bantuan pembangunan rusunawa Pelaksanaan pembangunan rusunawa Serah terima sementara pengelolaan rusunawa Pengelolaan rusunawa


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Nazir (2005), metode penelitian adalah suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melakukan suatu penelitian.

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,


(54)

menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.

Menurut Strauss dan Corbin (1990), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktifitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman dpara peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.

Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan/atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan/atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus


(55)

penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan.

Lexy J. Moleong (2005) mengungkapkan bahwa pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan secara bersamaan. Peneliti kuantitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistik dilakukan untuk menemukan hubungan antara dua atau lebih variabel. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk itu, ia lalu mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif tersebut menggunakannya secara bersama-sama, namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama. Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanyalah sebagai pelengkap saja. Pendapat ini sama dengan yang dikatakan oleh Glaser dan Strauss (1980), yaitu bahwa dalam banyak hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan

kuantitaif menguji kualitatif, melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan, apabila dibandingkan, masing-masing dapat digunakan untuk menyusun teori.

Kedua jenis penelitian ini bersifat saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Jika pendekatan kuantitatif menghasilkan data angka tetapi belum memadai untuk interpretasi, maka salah satunya cara adalah dengan memadukannya dengan


(56)

penelitian kualitatif dengan cara menambah data wawancara. Dan juga sebaliknya, jika dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti tidak puas dengan data wawancara yang ada, maka bisa didukung dengan dukungan data kuantitatif, dan seterusnya.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan melihat fenomena pemberian bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa di ketiga lembaga pendidikan tinggi. Melalui studi dengan menggunakan pendekatan ini akan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa. Adapun sasaran penelitian adalah untuk mengidentifikasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa dan mengidentifikasi efektifitas implementasi kebijakan pemberian bantuan rusunawa mahasiswa di Kota Medan serta menganalisis proses pemberian bantuan tersebut.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan pendekatan ini disebabkan oleh karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana implementasi proses pemberian bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa. Implementasi kebijakan yang ingin diteliti ini dianalisis berdasarkan kajian teori yang ada. Van Zanten (1994) menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mencari kedudukan permasalahan dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah ditentukan.


(57)

3.2 Kebutuhan Data Penelitian

Dalam mendapatkan hasil dari penelitian ini terlebih dahulu harus ada data penelitian yang dimaksud. Data ini berguna sebagai bahan analisa terhadap fenomena yang terjadi, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas tentang obyek penelitian. Untuk itu perlu kiranya data tentang populasi yang ingin diteliti, baik itu berupa data primer maupun data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah merupakan data yang banyak diperoleh dari sumber/obyek penelitian langsung baik itu bersifat wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara berbicara langsung kepada obyek/responden dengan tetap mengacu kepada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilaksanakan kepada pengelola rusunawa dan pihak lembaga pendidikan tinggi yang menangani masalah rusunawa mahasiswa.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak terkait yang berwenang dalam mengimplementasikan kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi. Dalam hal ini pihak yang dimaksud adalah pihak Kementrian Negara Perumahan Rakyat sebagai lembaga yang memberikan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi. Data yang didapatkan adalah data tentang kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga pendidikan tinggi. Data


(58)

sekunder ini dipergunakan untuk mendukung peneliti untuk mendapatkan data primer sehingga data primer dan sekunder yang didapatkan dapat saling bersinergi untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Data sekunder ini juga memiliki keuntungan bagi peneliti karena tidak lagi mencari data penelitian di lapangan, mengumpulkan responden, melatihnya menentukan sampel dan mengumpulkan data di lapangan yang banyak menyita waktu dan energi (Singarimbun, 2006).

3.3 Kriteria Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik sampling dalam pengambilan data. Menurut Sugiyono (2007), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara untuk mendapatkan sampel yang representatif (Riduwan, 2009). Dalam penelitian ini akan ditetapkan sampel yang akan dijadikan responden. Responden yang akan dipilih dalam penelitian ini terdiri dari pihak perguruan tinggi yang mengajukan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa.

Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan metode pengambilan sampling, yaitu sampling probabilitas. Data-data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan teknik sampling probabilitas. Sampling probabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama kepada setiap populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Riduwan, 2009).

Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, di Kota Medan terdapat beberapa lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta. Beberapa dari


(59)

lembaga pendidikan tinggi ini menyediakan tempat tinggal bagi mahasiswanya berupa rusunawa mahasiswa.

Dengan adanya bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi, beberapa lembaga pendidikan tinggi di Kota Medan memanfaatkan bantuan tersebut, antara lain Universitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di Jalan Dr. Mansyur, Universitas Medan Area (UMA) yang terletak di Jalan Kolam Medan Estate, dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara yang terletak di Jalan Willem Iskandar Pasar 5 Medan Estate.

Di Kota Medan terdapat beberapa perguruan tinggi yang memperoleh bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa. Seleksi lokasi penelitian wilayah studi ini didasarkan pada kriteria umum penerima bantuan pembangunan rusunawa pada perguruan tinggi formal menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 9/PERMEN/M/2008 yaitu:

1. Perguruan Tinggi Negeri (PTN); 2. Perguruan Tinggi Swasta (PTS);

3. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN); 4. Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS); 5. Perguruan Tinggi Agama Lainnya.

Peneliti mengambil 3 (tiga) wilayah studi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) diwakili oleh Universitas Sumatera Utara;


(60)

3. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) diwakili oleh IAIN Sumatera Utara.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi/Pengamatan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan guna mengetahui kodisi visual yang sebenarnya dari wilayah penelitian. Observasi dilaksanakan terhadap 3 (tiga) perguruan tinggi di kota Medan yang telah menerima bantunan pembangunan rusunawa mahasiswa yaitu Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Medan Area (UMA) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara. Peneliti mendatangi masing-masing obyek penelitian guna mendapatkan gambaran langsung yang sebenarnya.

2. Wawancara/Interview

Cara pengumpulan data seperti ini dilakukan dengan mewawancarai atau tanya jawab langsung antara peneliti dan responden. Materi wawancara tetap mengacu kepada alat pandu berupa panduan tertulis wawancara (interview guide). Wawancara yang dilakukan disini merupakan wawancara yang terstruktur sehingga variabel yang ingin diketahui dapat diketahui dengan jelas. Hal ini untuk menghindari data yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh tujuan penelitian.


(61)

Wawancara dilakukan terhadap pihak perguruan tinggi terutama yang menangani proses bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa mulai dari proses pengajuan proposal hingga pengawasan pembangunan rusunawa dan serah terima dari Kementrian Negara Perumahan Rakyat kepada pihak perguruan tinggi. Responden yang diwawancarai pada masing-masing perguruan tinggi seperti terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar Responden yang Diwawancarai

No Nama Jabatan Perguruan Tinggi

1 Sherlly Maulana, ST. Wakil Dekan Fakultas Teknik

(Tim Pengawas Pembangunan Rusunawa UMA)

Universitas Medan Area

2 Zulkifli B., SE. Kepala Perencanaan IAIN SU

(Tim Pendamping

Pembangunan Rusunawa IAIN SU)

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara

3 Suhardi Kepala Perlengkapan dan

Pengadaan USU (Tim Pengawas Pembangunan Rusunawa USU)

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Olahan Penulis

3.4 Metode Analisis

Untuk mengorganisasikan, mengelompokkan dan mengurutkan data menjadi suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan maka dibuatlah suatu kerangka analisis. Pengelolaan data ini untuk memudahkan peneliti dalam memberikan informasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kerangka analisis terdiri dari 3 (tiga) variabel penting di dalamnya (gambar 3.1). Variabel ini adalah:


(62)

1. Input, merupakan variabel dari sasaran yang diinginkan. Variabel yang terdapat dalam input ini adalah merupakan variabel yang didapatkan dari sintesa teori. Variabel ini adalah variabel-variabel yang terpilih. Dalam penelitian ini, input yang dimaksud adalah kebijakan yang menyangkut masalah bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi, meliputi:

a. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

b. Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Pembangunan Rusunawa pada Perguruan Tinggi No. 1 Tahun 2006;

c. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No

9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama.

2. Proses, merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh output data. Proses ini digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan variabel yang digunakan. Proses yang digunakan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang


(63)

tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju.

Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristi berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sedangkan pada evaluasi, skala likert digunakan untuk:

a. Menilai keberhasilan suatu kebijakan atau program

b. Menilai manfaat pelaksanaan suatu kebijakan atau program

c. Mengetahui kepuasan stakeholder terhadap pelaksanaan suatu kebijakan atau program, dan lain-lain.

3. Output, merupakan hasil akhir dari analisis terhadap data yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dari output ini dianalisa sehingga menjadi kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil penelitian.


(1)

Masing-masing pelaksana kebijakan memiliki komitmen dalam mengimplementasikan kebijakan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan memenuhi seluruh tahapan proses pemberian bantuan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

4. Struktur birokrasi

Dalam melaksanakan kebijakan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa, Kementrian Negara Perumahan Rakyat menyusun struktur birokrasi yang tidak berbelit-belit. Proses permohonan bantuan, pembangunan hingga serah terima bangunan rusunawa dilaksanakan melalui birokrasi yang sistematis.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap efektifitas implementasi kebijakan bantuan pembangunan rusunawa pada lembaga pendidikan tinggi di kota Medan, setelah menelaah proses pengajuan proposal, pembangunan fisik hingga serah terima, didapatkan kesimpulan bahwa implementasi kebijakan tersebut belumlah efektif. Sosialisasi yang kurang aktif dari pihak Kementrian Negara Perumahan Rakyat kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia, untuk memperjelas persyaratan dan jenis bantuan yang diberikan sehingga ada kesan bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa dari Pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan pihak penerima bantuan seperti spesifikasi teknis yang diinginkan atau dibutuhkan oleh rusunawa perguruan tinggi yang tidak bisa disamaratakan antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yang lain.

Selain itu proses penghunian rusunawa terhambat karena tertundanya serah terima bangunan padahal secara fisik rusunawa telah siap huni, dalam hal ini Rusunawa UMA dan IAIN. Menurut hasil wawancara dengan pihak UMA, hal ini disebabkan spesifikasi teknis bangunan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga universitas tidak dapat menyediakan meubeler rusunawa. Bangunan yang seharusnya sudah dapat dimanfaatkan menjadi terbengkalai dan sedikit demi sedikit mengalami kerusakan.

Pada dasarnya hal-hal di atas terjadi karena komunikasi antara pelaksana kebijakan masih kurang baik. Kedua pihak seharusnya mengadakan koordinasi secara berkala untuk


(3)

mengetahui kewajiban dan hak masing-masing. Di sisi lain, penilaian efektifitas berdasarkan sumber daya manusia, disposisi dan struktur birokrasi tidak mengalami hambatan, kedua pelaksana kebijakan telah melaksanakan ketiga hal tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5.2 Saran

Sebelum suatu kebijakan dibuat dan diimplementasikan sebaiknya Pemerintah terlebih dahulu melaksanakan sosialisasi kepada perguruan tinggi sebagai kelompok sasaran, baik dari teknis dan non teknis karena setiap lokasi memiliki karakteristik yang tidak sama, terutama antara propinsi yang berbeda. Hal ini sangat perlu agar pihak perguruan tinggi manapun paham tentang manfaat yang dapat diperoleh dan resiko yang harus ditanggung dari ketentuan yang ada yang akan dilaksanakan. Kesepahaman ini tentu saja akan mengurangi resiko benturan yang terjadi antara Pemerintah dan perguruan tinggi, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar tanpa suatu hambatan yang berarti.

Bagi perguruan tinggi, kebijakan bantuan pembangunan rusunawa harus bisa memberikan gambaran tentang kewajiban dan hak apa saja yang dimiliki oleh perguruan tinggi secara keseluruhan sehingga perguruan tinggi dapat mempersiapkan hal-hal yang tidak dicakup dalam bantuan pembangunan rusunawa mahasiswa. Dengan demikian, pihak perguruan tinggi tidak menyerahkan sepenuhnya kewajiban kepada pihak Pemerintah dalam hal pembangunan rusunawa mahasiswa. Pihak perguruan tinggi harus lebih terlibat dalam pengawasan pembangunan sehingga rusunawa yang terbangun sesuai dengan kebutuhan, dapat diserahterimakan dan dipergunakan sebagaimana mestinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal (2006), Kebijakan Publik. Jakarta: Suara Bebas.

Alie, Asmawi (2006), “Identifikasi Kebijakan dalam Pembiayaan Pemeliharaan Jalan

Kabupaten Dalam Kota Sungailiat di Kabupaten Bangka” Tugas Akhir tidak

diterbitkan, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Amin, Muhammad (2010), “Implementasi Kebijakan pada Proses Penghunian Rusunawa di Kota Tanjung Balai Propinsi Sumatera Utara” Tesis tidak diterbitkan, Program pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota , Universitas Diponegoro, Semarang.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2007), Kebijakan dan Rencana Strategis

Pembangunan Rumah Susun di KawasanPerkotaan 2007-2011, Jakarta: Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional

Bogdan dan Taylor (1992), Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatam Fenomenologis terhadap Ilmu-ilmu Sosial, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Budihardjo, Eko (1997), Tata Ruang Perkotaan, Bandung: Alumni.

Chatanese, Anthony J. & Snyder, James C (1996), Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dunn, William (1998), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dwijowijoto, R.N (2003), Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Glaser, B.G. and A.L Strauss (1980), The Discovery of Grounded Theory, New York: Aldinie de Gruyster Inc.

Hamzah, I Wayan Suandra & B.A. Manalu (2000), Dasar-Dasar Hukum Perumahan. Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Hardjono, Mukhtar Rosyid (2005), “Evaluasi Implementasi KebijakanPengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Kendal” Tugas Akhir tidak diterbitkan,


(5)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Perumahan Rakyat dengan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Nomor 15/SKB/M/2006, Nomor 176/MPN/LL/2006, Nomor 1 Tahun 2006 tentang Program Pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pada Perguruan Tinggi.

Isworo, W.I (1996), Beberapa Pendekatan dalam Analisis dan Implementasi Kebijakan, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada.

Mazmanian, Daniel A and Paul A. Sabatier (1983), Implementation and Public Policy, Scott Foresman and Company, USA.

Moleong, J. Lexy, (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosadakarya. Nazir, Moh (1998), Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) pada Lembaga Pendidikam Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Rancangan Pedoman Umum Penyusunan dan Pengajuan Usulan Pembangunan Rusunawa Pada Perguruan Tinggi; Deputi Menteri Negara Perumahan Rakyat Bidang Perumahan Formal.

Santoso, Jo., et (2002), Sistem Perumahan Sosial di Indonesia, Jakarta: Center for Urban Studies Universitas Indonusa Esa Unggul dan Ikatan Ahli Perencana Indonesia. Simmie, JM 1(974), Citizen in Conflict-The Sociology of Town Planning, Hutchinson

Educational Ltd, London.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed) (2007), Metode Penelitian Survai, Jakarta LP3ES.

Strauss, Anselm dan Corbon, Juliet (1997), Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Surabaya, Bina Indonesia.


(6)

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S (2003), Evaluasi Kebijakan Publik, Yogyakarta: Balairung. Undang-Undang no.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.

Van Zanten, Wim (1994), Statistika untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wahono, Hadi (2003), Institusi dan Kebijakan Publik, Diktat Materi Kuliah. Semarang: MTPWK UNDIP

Wibawa, Samodra el al (1994). Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Wihardi, Willy (2010), “Tipologi Kesediaan Masyarakat Kelurahan Cigugur Tengah

Kota Cimahi Untuk Tinggal di Rumah Susun”. Tesis tidak diterbitkan, Program

pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota , Universitas Diponegoro, Semarang.