40
7.
BRPT
Barito Pacific Tbk 8.
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk Budi Acid Jaya Tbk 9.
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk 10.
CTBN
Citra Tubindo Tbk 11.
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara Tbk 12.
EKAD
Ekadharma International Tbk 13.
ESTI
Ever Shine Textile Industry Tbk 14.
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk 15.
GDYR
Goodyear Indonesia Tbk 16.
GJTL
Gajah Tunggal Tbk 17.
HMSP
HM Sampoerna Tbk 18.
IGAR
Champion Pacific Indonesia Tbk 19.
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk 20.
INAF
Indofarma Tbk 21.
INAI
Indal Aluminium Industry Tbk 22.
INCI
Intanwijaya Internasional Tbk 23.
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk 24.
INDR
Indorama Synthetics Tbk 25.
INDS
Indospring Tbk 26.
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 27.
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 28.
KAEF
Kimia Farma Persero Tbk 29.
PRAS
Prima Alloy Steel Universal Tbk 30.
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk
3.6. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara tertentu diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang diolah lebih lanjut untuk pemenuhan  kebutuhan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh
dari publikasi Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui www.idx.co.id
sesuai dengan periode pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
41
3.7. Metode Pengumpulan Data
Peneliti melakukan dua metode dalam pengumpulan data. Pertama, melalui studi pustaka dengan mengumpulkan buku-buku referensi yang berkaitan dengan
penelitian dan dokumentasi penelitian terdahulu. Kedua, melalui media internet dengan cara mengunduh data yang diperlukan dalam bentuk laporan keuangan
tahunan perusahaan yang telah diaudit melalui website BEI maupun website lain yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan terbuka.
3.8. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 17. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis maka peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik
Model regeresi linier berganda multiple regression dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE Best Linear Unbiased
Estimator. BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsik klasik. Sedikitnya terdapat lima uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu model regresi tersebut, yaitu :
1.  Uji normalitas 2.  Uji autokorelasi
3.  Uji multi kolinieritas
Universitas Sumatera Utara
42
4.  Uji Heteroskedastisitas 5.  Uji linearitas
Penelitian ini hanya akan menggunakan empat jenis asumsi klasik dari lima asumsi diatas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas independent dan variabel terikat dependent mempunyai distribusi
normal atau tidak. Menurut Suliyanto 2005:63 “uji normalitas adalah pengujian untuk mengetahui residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak”.
Data yang berdistribusi normal mempunyai pola distribusi seperti kurva berbentuk bel. Kurva berbentuk bel mempunyai dua karakteristik pokok, yaitu
1kurva berkonsentrasi di posisi tengah dan menurun di dua sisi; dan 2kurva berbentuk bel ini bersifat simetris.
Karakteristik distribusi normal suatu data ialah : 1.  Kurva mempunyai puncak tunggal dengan berbentuk seperti bel
2.  Rata-rata terletak ditengah-tengah kurva normal 3.  Karena bentuknya simetris, maka median dan mode dari suatu distribusi data
terletak juga ditengah; dengan demikian untuk kurva normal, maka rata-rata, median dan mode mempunyai nilai yang sama.
Universitas Sumatera Utara
43
4.  Dua sisi distribusi normal memanjang tanpa batas dan tidak pernah menyentuh garis horizontal.
Untuk mengetahui normalitas data dapat diuji dengan menggunakan histogram, normal Plot, Skewness dan Kurtosis  atau dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Cara pertama yang dilakukan untuk menafsir normalitas data adalah dengan membuat hipotesis seperti berikut:
•  H : Data berdistribusi normal
•  H
a
: Data tidak berdistribusi normal Langkah kedua menentukan kriteria uji hipotesis seperti berikut:
•  Jika sig  0.05 H0 ditolak, H1 diterima •  Jika sig  0.05 H0 diterima, H1 ditolak
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji  Heteroskedastisitas  digunakan  untuk  mengetahui  ada  atau  tidaknya penyimpangan  asumsi  klasik  heteroskedastisitas,  yaitu  adanya  ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi Duwi Priyatno, 2008:42. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
baik yaitu adanya homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada  beberapa  cara  untuk  mendeteksi  ada  tidaknya  heteroskedastisitas  yaitu
melihat  scatter  plot  nilai  prediksi  dependen  ZPRED  dengan  residual  SRESID,
Universitas Sumatera Utara
44
uji  Gletjer,  uji  Park  dan  uji  White.  Menurut  Ghozali  2005:16  Deteksi  pada grafik scatter plot dapat digunakan dengan dasar analisis sebagai berikut:
1.  Jika  ada  pola  tertentu,  seperti  titik-titik  yang  ada  membentuk  pola  tertentu yang  teratur  bergelombang,  melebar  kemudian  menyempit,  maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2.  Jika  tidak  ada  pola  yang  jelas,  seperti  titik  menyebar  di  atas  dan  di  bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  digunakan  untuk  mengetahui  ada  atau  tidaknya  penyimpangan dalam asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada
suatu  pengamatan  dengan  pengamatan  lain  pada  model  regresi  Duwi  Priyatno, 2008:47.  Prasyarat  yang  harus  dipenuhi  dalam  regeresi  adalah  tidak  adanya
autokorelasi.  Ada  beberapa  cara  untuk  mendeteksi  gejala  autokorelasi  yaitu  uji Durbin-Watson DW test, uji Langrage Multiplier LM test, uji statistik Q dan
Run Test. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
1.  Bila  nilai  Durbin-Watson  DW  terletak  antara  batas  atas  atau  Upper  Bound DU  dan  4-DU,  maka  koefisien  autokorelasi  sama  dengan  nol,  berarti  tidak
ada autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
45
2.  Bila  nilai  Durbin-Watson  DW  lebih  rendah  daripada  batas  bawah  atau Lower  Bound  DL  maka  koefisien  autokorelasi  lebih  besar  daripada  nol,
berarti ada autokorelasi positif 3.  Bila  nilai  Durbin-Watson  DW  lebih  besar  daripada  4-DL  maka  koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif 4.  Bila  nilai  Durbin-Watson  DW  terletak  antara  batas  atas  DU  dan  batas
bawah  DL  atau  DW  terletak  di  batas  antara  4-DU  dan  4-DL,  maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4. Uji Multikolinearitas
Uji  multikolinearitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  model  regeresi  ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regeresi yang baik seharusnya tidak
terjadi  korelasi  di  antara  variabel  bebas,  karena  jika  hal  terseut  terjadi  maka varaiabel-variabel  tersebut  tidak  ortogonal  atau  terjadi  kemiripan.  Untuk
melakukan pengujian apakah terdapat multikolinearitas atau tidak, dapat diketahui dengan  menggunakan  nilai  tolerance  dan  lawannya  Variance  Inflation  Factor
VIF.  Nilai  cutoff  yang  umum  dipakai  untuk  menunjukkan  adanya multikolinearitas  adalah  nilai  tolerance  0.01  atau  sama  dengan  VIF    10.  Ada
dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu sebagai berikut: 1.  Membuang salah satu variabel
2.  Menggunakan metode lanjut, seperti Regresi Bayessian dan Regresi Ridge.
Universitas Sumatera Utara
46
3.8.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian  hipotesis  dalam  penelitian  ini  menggunakan  analisis  regresi. Hipotesis  pertama  H1,  hipotesis  kedua  H2  dan  hipotesis  ketiga  H3  dianalisis
dengan  regresi  linear  untuk  melihat  pengaruh  masing-masing  variabel  yaitu perputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total aset secara terpisah
terhadap Return On Assets yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b
1
X
1
Y = a + b
2
X
2
Y = a + b
3
X
3
Hipotesis  keempat  H4  dianalisis  dengan  menggunakan  regresi  berganda untuk  melihat  pengaruh  varibel  perputaran  modal  kerja,  perputaran  aset  tetap  dan
perputaran  total  aset  secara  bersama-sama  terhadap  Return  On  Assets  yang  dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a +b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ e Y
= Profitabilitas Return On Assets a
= konstanta b
= koefisien regresi X
1
= Perputran Modal Kerja Working Capital Turnover
Universitas Sumatera Utara
47
X
2
= Perputaran Aset Tetap Fixed Assets Turnover X
3
= Perputaran Total Aset Total Assets Turnover e
= error
a. Uji Koefisien Determinasi
Nilai yang digunakan untuk melihat uji koefisien determinasi adalah nilai adjusted  R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut Ghozali 2005:105 “Adjusted
R
2
dianggap lebih baik dari R
2
karena nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model”. b.
Uji Simultan Uji F Statistik
Pengujian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  seberapa  besar  variabel  bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
H = 0, artinya perputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total
aset secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return On Assets, H
a
≠ 0, artinya perputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total aset secara simultan berpengaruh terhadap Return On Assets.
Universitas Sumatera Utara
48
c. Uji parsial Uji t statistik
Pengujian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  seberapa  besar  variabel  bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.
H = 0, artinya peputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total
aset secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On Assets, H
a
≠ 0, artinya perputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total aset secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Return On Assets.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t- dengan tingkat pengujian alpha 5.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian