Jenis Agregat Penggunaan Pasir Sebagai Bahan Agregat

agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85 agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah: gradasi, kebersihan, kekerasan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya kelekatan terhadap aspal. Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.

2.9.1 Jenis Agregat

Agregat menurut asal kejadiannya dapat dibagi menjadi 3 jenis : 1. Batuan Beku igneous rock. Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar extrusive igneous rock dan batuan beku dalam intrusive igneous rock. 2. Batuan Sedimen. Berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya. 3. Batuan Metamorfik. Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. Agregat menurut proses pengolahannya dapat dibagi atas 3 jenis : 1. Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses pembentukannya. 2. Agregat melalui proses pengolahan. Digunung-gunung atau dibukit-bukit, dan sungai-sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan Universitas Sumatera Utara ukuran yang besar-besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan. 3. Agregat Buatan. Agregat yang merupakan mineral fillerpengisi partikel dengan ukuran 0,075 mm, diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen atau mesin pemecah batu. Agregat berdasarkan ukuran butirannya dapat dibagi atas 3 bagian menurut The Asphalt Institut, 1993, dalam Manual Series No. 2 MS-2 : 1. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan No. 8 2,36 mm 2. Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan No.8 2,36 mm. 3. Bahan Pengisi filler, adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75 lolos saringan no. 30 0,06 mm

2.9.2 Penggunaan Pasir Sebagai Bahan Agregat

Pasir adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 - 5 mm didapat dari hasil disintegrasi batu alam natural sand atau dapat juga pemecahanya artifical sand, dari kondisi pembentukan tempat terjadinya pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ke pantai Setyono, 2003. Pasir merupakan agregat halus yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran aspal beton. Agregat ini menempati kurang lebih 70 dari volume aspal, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kekuatannya. Persyaratan pasir menurut PUBI 1982 agar dapat digunakan sebagai bahan konstruksi adalah sebagai berikut : - Pasir harus bersih. Bila diuji dengan memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingakan tinggi seluruhnya endapan tidak kurang dari 70. - Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm Lumpur tidak lebih besar dari 5 berat. Universitas Sumatera Utara - Angka modulus halus butir terletak antara 2,2 sampai 3,2 bila diuji memakai rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16 mm, 0,315 mm, 0,63 mm, 1,25 mm, 2,5 mm, dan 10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15 berat. - Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu aspal. Kekekalan terhadap larutan MgSO4, fraksi yang hancur tidak lebih dari 10 berat. - Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif Setyawan, 2006. 2.10 Karakterisasi Polimer Emulsi Penstabil Tanah 2.10.1. Viskositas