Densitas Titik Leleh
Titik Didih Suhu Penguraian
1.19-1.31 gcm 180-240
3 o
228 C
o
180 C
o
C
Sumber : Ogur, 2005.
2.5 Asam Akrilat
Asam akrilat acrylic acid atau prop-2-enoic acid mempunyai nama lain acroleic acid, Ethylenecarboxylic acid, Propene acid, Propenoic acid dan vinylformic
acid. Rumus molekulnya CH
2
=CHCOOH dan rumus kimianya C
3
H
4
O
2
. Asam akrilat dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan kloroform dan
diproduksi dari propena dengan proses penyulingan. Massa molar asam akrilat adalah 72,06 gmol dengan densitas: 1,051 gmL, titik leburnya 12 °C 285 K, 54 °F, titik
didihnya 139 °C 412 K, 282 °F, indeks biasnya 1,485 25 , konstanta dissosiasinya
5,50 x 10
-5
, viskositasnya 1,1 cP pada suhu 25 Asam akrilat merupakan senyawa vinil karboksilat, berbau tajam dan
menyengat, merupakan asam lemah tetapi lebih korosif dibanding asam asetat, sehingga perlu penanganan yang hati-hati, dan harus dihindari kontak langsung
dengan kulit. Sama dengan monomer lainnya, asam akrilat dapat berpolimerisasi dalam keadaan tak terhambat sehingga penyimpanannya harus dihindari dari banyak
monomer pada temperatur tertentu. Juga harus dihindari terjadinya polimerisasi prematur sehingga dalam penyimpanan dan pendistribusiannya harus dalam keadaan
terhambat Billmeyer, 1983. C. Kirk Othmer, 2001.
2.6 Proses Degradasi Polimer
Degradasi polimer pada dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena ikatan rantai utama makromolekul. Pada polimer linier, reaksi tersebut
Universitas Sumatera Utara
mengurangi masa molekul atau panjang rantainya. Sesuai dengan penyebabnya, kerusakan atau degradasi polimer ada beberapa macam. Kerusakan termal panas,
fotodegradasi cahaya, radiasi energi tinggi, kimia, biologi biodegradasi dan mekanis. Dalam artian peningkatanberat ukuran molekul ikat silang dapat dianggap
lawan degradasi Allen, 1983. Pada kerusakkan termal termokimia ada peluang aditif, katalis atau
pengotor, turut bereaksi meskipun dari segi istilah seakan-akan tidak ada senyawa lain yang tidak terlibat. Fotodegradasi polimer lazim melibatkan kromofor yang
menyerap daerah UV di bawah 400 nanometer. Radiasi energi tinggi misalnya sinar X, gamma, atau partikel, tidak khas serapan. Segenap bagian molekul dapat kena
dampak, apabila didukung oleh factor oksigen, aditif, kristalin, atau pelarut tertentu.
http:id.wikipedia.orgwikimaleat anhidrida. 2.7. Benzoil Peroksida
Senyawa ini merupakan tipe inisiator yang paling umum digunakan. Rumus dan struktur kimia benzoil peroksida seperti gambar berikut :
Gambar 2.4. Rumus dan struktur kimia benzoil peroksida
Senyawa ini tidak stabil terhadap panas dan terurai menjadi radikal-radikal pada suhu tertentu dan laju yang tergantung pada strukturnya, mengalami homolisis
termal untuk membentuk radikal-radikal benzoiloksi. Radikal benzoil yang mungkin menjalani berbagai reaksi selain beradisi ke monomer, termasuk rekombinasi,
dekomposisi ke radikal fenil dan karbon dioksida dan kombinasi radikal. Reaksi- reaksi sekunder karena adanya effek molekul-molekul pelarut yang mengikat efek
sangkar akibatnya konsentrasi inisiator berkurang Iis Sopyan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Reaksi hidrolisis benzoil peroksida.
Di antara berbagai jenis inisiator, peroksida ROOR dan hidroperoksida ROOH merupakan jenis yang paling banyak dipakai. Mereka tidak stabil terhadap
panas dan terurai menjadi radikal-radikal pada suatu suhu dan laju yang bergantung pada strukturnya. Peroksida yang paling umum dipakai adalah benzoil peroksida
yang mengalami homolisis termal untuk membentuk radikal-radikal benzoiloksi. Benzoil peroksida waktu paruhnya 30 menit pada 100
o
C mempunyai keuntungan yaitu radikal benzoiloksi yang cukup stabil sehingga cenderung bereaksi
dengan molekul-molekul monomer yang lebih reaktif sebelum mengeliminasi karbon dioksida, dengan demikian mengurangi pemborosan inisiator Stevens,M.P.,2001.
2.8 Lateks Pekat Karet Alam.