Temuan klinis Uji diagnostik laboratorium

2.2.5 Temuan klinis

P. aeruginosa merupakan suatu patogen nosokomial. Menurut Centers for Disease Control and Prevention CDC, rata-rata infeksi P. aeruginosa di RS Amerika Serikat adalah 0,4 4 per 1000 pasien . Bakteri ini merupakan penyebab infeksi nosokomial keempat dengan persen dari keseluruhan RS 10,1 Todar, 2008. Di Intensive Care Unit ICU RS. Fatmawati, Indonesia P.aeruginosa merupakan 26,5 bakteri yang dijumpai Radji, Fauziah dan Aribinuko, 2011. Selain itu, di Indonesia Rumah Sakit Jakarta dan sekitarnya dari tahun 2004-2010, 12-19 bakteri P.aeruginosa didapat dari hasil kultur bakteri kelompok gram negatif Moehario et al., 2012. P. aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar sehingga menimbulkan pus hijau kebiruan, pada pungsi lumbal bisa terjadi meningitis dan penggunaan kateter dan instrument lain atau dalam larutan untuk irigasi dapat menimbulkan infeksi saluran kemih. Pneumonia nekrotik terjadi karena keterlibatan saluran napas terutamanya akibat respirator yang terkontaminasi Brooks, Butel dan Morse, 2007. Pada organ mata, bakteri ini merupakan salah satu penyebab keratitis dan etiologi kepada opthalmia neonatal Todar, 2008. Pada perenang bakteri ini sering ditemukan pada otitis eksterna ringan dan pada pasien diabetes dapat menjadi invasif bersifat maligna Brooks, Butel dan Morse, 2007.

2.2.6 Uji diagnostik laboratorium

Untuk uji diagnostik laboratorium, spesimen diambil dari lesi kulit, pus, urin, darah, cairan spinal, sputum, dan bahan lainnya diindikasikan sesuai dengan jenis infeksinya. Pada sediaan apus bakteri batang gram negatif sering dilihat. Tidak ada karekteristik morfologi spesifik yang dapat membedakan pseudomonas di spesimen dari bakteri enterik atau batang gram negatif lainnya Brooks, Butel dan Morse, 2007. Untuk membedakan spesimen, di oleskan pada agar darah dan medium diferensial yang biasanya digunakan untuk menumbuhkan bakteri batang gram negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan mudah pada sebagian besar medium ini, tetapi pertumbuhan pseudomonas lebih lambat daripada bakteri enterik. P. aeruginosa mudah dibedakan dari bakteri yang memfermentasi laktosa karena tidak menfermentasikan laktosa Brooks, Butel, dan Morse, 2007.

2.2.7 Pengobatan

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan

1 53 101

UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI MADU (APIS MELLIFERA) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA SECARA IN VITRO

1 6 1

UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

1 13 23

EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

0 6 19

Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.2014

3 153 47

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Avokad Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogenes, Pseudomonas aeruginosa Dan Esherichia coli Secara In Vitro

0 0 9

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Avokad Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogenes, Pseudomonas aeruginosa Dan Esherichia coli Secara In Vitro

0 0 2

Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otitis Media Supuratif Kronis - Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 1 20

Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 1 12