Struktur antigen dan toksin Biofilm bakteri

2.2.3 Struktur antigen dan toksin

Struktur dari permukaan sel yang menjulur pili fimbria membantu pelekatan pada sel epitel inang. Sifat endotoksik P. aeruginosa karena lipopolisakarida yang ada dalam berbagai immunotype. Jenis-jenis bakteri P. aeruginosa dapat dibedakan berdasarkan kerentanannya terhadap piosin bakteriosin dan immunotype lipopolisakarida. Kebanyakan bakteri P. aeruginosa yang diambil dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstraselullar, termasuk elastase, protease, dan hemolisin fosfolipase C dan glikolipid Brooks, Butel dan Morse, 2007. Banyak strain P. aeruginosa yang menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat letal untuk binatang jika disuntikkan dalam bentuk murni dengan menghasilkan eksotoksin A. Mekanisme Toksin tersebut serupa seperti mekanisme toksin difteri yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ,walaupun struktur kedua toksin tersebut tidak sama. Beberapa serum manusia menunjukkan sifat antitoksin terhadap eksotoksin A termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat P. aeruginosa Brooks, Butel dan Morse, 2007. Pada OMSK, bakteri ini menggunakan pili untuk menempel pada sel epitel yang nekrosis atau berpenyakit pada telinga tengah. Setelah itu, organisme ini akan menghasilkan proteases, lipopolysaccharide dan enzim lainnya untuk mencegah serangan dari sistem imun tubuh. Hasil sekresi enzim bakteri dan inflamasi akan menambah kerusakan, nekrosis dan akhirnya erosi pada tulang menimbulkan komplikasi Parry, 2011.

2.2.4 Biofilm bakteri

Biofilm adalah kumpulan bakteri interaktif yang dibungkus dalam matriks eksopolisakarida dan melekat pada permukaan yang keras atau melekat satu sama lain. Keadaan ini berbeda dengan planktonik atau pertumbuhan bakteri yang hidup bebas karena tidak ada interaksi mikroorganisme. Lapisan berlendir dibentuk biofilm pada permukaan keras dan terjadi di seluruh alam. Satu spesies bakteri atau lebih dapat terlibat dan berkumpul bersama untuk membentuk biofilm Brooks, Butel dan Morse, 2007. Pada infeksi manusia yang bersifat persisten dan sulit ditangani biofilm memainkan peran yang penting sebagai contoh pada penderita kistik fibrosis yang diinfeksi P aeruginosa pada jalan nafas. Pembentukan biofilm pertama adalah kolonisasi permukaan. Kolonisasi bermula apabila bakteri berada di atas permukaan dimana bakteri dapat menggunakan flagel untuk bergerak. Pili dapat digunakan beberapa bakteri untuk menarik diri bersama-sama menjadi satu kelompok dan bakteri lainnya bergantung pada pembelahan sel untuk memulai pembentukan koloni. Secara berterusan bakteri menyekresikan suatu sinyal antara sel Quorum sensing Brooks, Butel dan Morse, 2007. Dua sistem Quorum sensing yang dikenali dengan nama las dan rhl. Sinyal ini disekresi dalam kadar rendah yang merupakan suatu molekul dalam kadar rendah misalnya sinyal N-acyl homoserine lactone AHL Karatuna dan Yagci, 2010. Semakin banyak jumlah bakteri,semakin banyak pula konsentrasi sinyal tersebut. Apabila ambang rangsang tercapai, bakteri akan memberi respon dan mengubah aktivasi gen sehingga mengubah perilakunya Brooks, Butel dan Morse, 2007. Pada bakteri P. aeruginosa dihasilkan alginate. Gen-gen diaktivasi dapat memengaruhi jalur metabolik dimana bakteri di dalam matriks cenderung mengalami penurunan metabolisme dan produksi faktor virulensi. Matriks eksopolisakarida dapat melindungi bakteri dari mekanisme imun penjamu. Beberapa antimikroba menunjukkan sawar difusi untuk matriks, sedangkan antimikroba yang lain dapat berikatan dengannya. Resistensi terhadap beberapa antimikroba oleh beberapa bakteri dalam biofilm dengan yang tumbuh dan hidup bebas dalam bahan medium. Hal inilah yang membantu menjelaskan mengapa infeksi yang disebabkan oleh biofilm sulit diobati Brooks, Butel dan Morse, 2007.

2.2.5 Temuan klinis

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas fluorescens dari beberapa Rizosfer terhadap Penyakit Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lapangan

1 53 101

UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI MADU (APIS MELLIFERA) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA SECARA IN VITRO

1 6 1

UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

1 13 23

EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

0 6 19

Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.2014

3 153 47

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Avokad Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogenes, Pseudomonas aeruginosa Dan Esherichia coli Secara In Vitro

0 0 9

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Avokad Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogenes, Pseudomonas aeruginosa Dan Esherichia coli Secara In Vitro

0 0 2

Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otitis Media Supuratif Kronis - Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 1 20

Uji Efek Antibakteri Jintan Hitam Dan Madu Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Pada Otitis Media Supuratif Kronis Secara In Vitro

0 1 12