BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis  media  supuratif  kronis  OMSK  dahulu  disebut  otitis  media perforate  OMP  atau  dikenali  sebagai  congek  di  Indonesia.  OMSK  ialah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang  keluar  dari  telinga  tengah  terus  menerus  persisten  atau  hilang  timbul
rekuren.  Sekret  mungkin  encer  atau  kental,  bening  atau  berupa  nanah. Angka  kejadian  OMSK  tinggi  di  negara  berkembang  disebabkan  sosio-
ekonomi  yang  rendah,  nutrisi  buruk  dan  kurangnya  pengetahuan  tentang kesehatan.  OMSK  dapat  diklasifikasi  kepada  dua  jenis  tipe,  yaitu  tipe
tubotimpanal  tipe  jinak  dan  tipe  atikoantral  tipe  ganas.  Perbedaan  tipe klinik  OMSK  dibuat  berdasarkan  perbedaan  anatomi  yaitu  pars  tensa  atau
pars plasida membran timpani Djafar, 2001; Dhingra, 2007 .
2.1.1 Etiologi
OMSK  jinak  bermula  sejak  usia  anak.  Tipe  ini  merupakan  lanjutan  dari penyakit  otitis  media  akut  yang  diikuti  dengan  demam  ruam  dan
menyebabkan  perforasi  yang  letaknya  sentral.  Perforasi  ini  menetap  dan memudahkan terjadinya infeksi berulang dari telinga luar.  Otorrhea menjadi
persisten akibat mukosa telinga tengah yang terpapar kepada lingkungan luar yang penuh dengan aero allergen sehingga terjadinya sensitisasi. Infeksi bisa
terjadi  secara  ascending  melalui  tuba  eustachia.  Infeksi  tonsil,  adenoid  dan sinus  bisa  menimbulkan  otorrhea  yang  persisten  atau  rekuren  Dhingra,
2007.
Penyebab  yang  lain  adalah  perubahan  tekanan  udara  tiba-tiba,  alergi, infeksi  dan  sumbatan  akibat  penumpukan  sekret,  tampon  atau  tumor
Djafar, 2001.
2.1.2 Patofisiologi
OMSK dimulakan dengan suatu infeksi akut. Patofisiologi OMSK bermula dengan  proses  irritasi  dan  inflamasi  pada  mukosa  telinga  tengah.  Respon
inflamasi  menimbulkan  edema  pada  mukosa.  Inflamasi yang  berkelanjutan akan  menyebabkan  ulserasi  pada  mukosa  dan  kerusakan  pada  sel  epitel.
Penjamu  akan  menghasilkan  suatu  jaringan  granulasi  respon  terhadap inflamasi  yang  bisa  membentuk  polip  pada  permukaan  rongga  telinga
tengah.  Siklus  infalamasi,  ulserasi,  infeksi  dan  pembentukan  jaringan granulasi  akan  menghancurkan  tulang  sehingga  menimbulkan  komplikasi
Parry, 2011.
2.1.3 Gejala klinis
Gejala  klinis  pada  tipe  tubotimpani  pertama  adalah  sekret  telinga otorrhea dengan ciri mukoid, mukopurulen yang menetap atau intermittent.
Sekret  ini  sering  muncul  pada  keadaan  infeksi  saluran  pernafasan  atas  atau masuknya  air  ke  dalam  telinga.  Kedua,  terdapat  tuli  tipe  konduktif  yang
bervariasi  dan  jarang  melebihi  50  dB.  Kadang-kadang  pasien  bisa mendengarkan  lebih  baik  pada  keadaan  telinga  penuh  dengan  sekret
berbanding telinga bersih. Keadaan ini bisa berlanjut sehingga terjadinya pula tuli  sensorineural.  Ketiga,  adanya  perforasi  yang  letaknya  sentral  dimana
posisinya  bisa  anterior,  posterior,  inferior  kepada  letak  malleus.  Keempat, mukosa  telinga  tengah  dapat  dilihat  apabila  perforasi  membrane  timpani
besar.  Mukosa  ini  terlihat  merah,  edem  dan  membengkak  pada  keadaan inflamasi Dhingra 2007.
Pada  tipe  atikoantral,  sekret  telinga  hanya  sedikit  dan  berbau.  Selain  itu, terdapatnya  tuli  terutamanya  tuli  konduktif  dan  bisa  ditambah  adanya  tuli
sensorineural.  Perdarahan  dapat  dijumpai  pada  tipe  ini  akibat  granulasi  atau polip saat membersihkan telinga. Perforasi yang bisa dilihat adalah attic atau
posterosuperior  tipe  marginal.  Selain  itu,  terdapat  kantong  retraksi  yang merupakan  suatu  invaginasi  pada  membrane  timpani  yang  dilihat  pada  attic
atau posterosuperior pars tensa. Kolesteatoma pada tipe ini dapat dilihat pada kantong retraksi Dhingra 2007.
2.1.4 Pengobatan