Analisis Postur Kerja Analisis Analisis Kenyamanan yang Dirasakan Karyawan Perancangan Kursi Usulan

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Postur Kerja

Postur kerja karyawan aktual dinilai dnegan metode REBA dan menunjukkan skor 6 dengan level tindakan 2 yang artinya perbaikan perlu dilakukan. Hal ini disebabkan oleh kondisi kursi yang tidak ergonomis ditinjau dari dimensi tinggi kursi yang tidak dapat disesuaikan terhadap areal kerja loyang oven dan tidak adanya backrest. Kedua kondisi tersebut memicu penyortir untuk mengambil sikap tubuh yang berisiko.

6.2. Analisis

Standar Nordic Quitionaire Hasil pengolahan data terhadap standar nordic quitionaire menunjukkan bahwa pinggang yang paling banyak dirasakan agak sakit oleh karyawan. Jumlah karyawan yang mengalami keluhan tersebut adalah sebanyak 44 dari jumlah total karyawan diikuti oleh bagian pantat dengan jumlah karyawan sebanyak 38,46 ≈ 39 dan bokong sebanyak 35,90 ≈ 36 karyawan. Hal ini dapat terjadi karena karyawan bekerja selama 8 jamhari dengan tidak difasilitasi kursi yang ergonomis.

6.3. Analisis Kenyamanan yang Dirasakan Karyawan

Dari data kenyamanan yang terkumpul tampak bahwa sebanyak 25 orang karyawan merasakan cukup tidak nyaman bahkan tidak nyaman bekerja menggunakan kursi yang digunakan saat ini. Hal tersebut menguatkan teori bahwa Universitas Sumatera Utara ketidaknyamanan merupakan indikator awal musculoskeletal disorders Serge Simonau, 1996.

6.4. Perancangan Kursi Usulan

Perancangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan antropometri, yaitu perancangan dengan prinsip user-centered. Latar belakang masalah menunjukkan bahwa kursi aktual tidak ergonomis karena tidak ada backrest dan tinggi kursi yang tidak bisa disesuaikan dengan tinggi areal kerja loyang oven. Dengan demikian, dilakukan desain ulang dengan tinggi kursi adjustable agar kursi bisa dinaikturunkan sesuai kebutuhan, penambahan footrest, penambahan backrest, serta kedalaman dan lebar kursi yang disesuaikan dengan dimensi tubuh penyortir. Dimensi tubuh yang digunakan dalam perancangan yaitu : 1. Tinggi popliteal sebagai dasar perancangan tinggi kursi dari lantai. 2. Tinggi bahu duduk sebagai dasar perancangan tinggi backrest. 3. Lebar bahu sebagai dasar perancangan lebar backrest. 4. Pantat popliteal sebagai dasar perancangan kedalaman kursi. Prinsip dari penetapan data antropometri yang telah diuraikan dalam BAB V. Dengan demikian, maka dihasilkanlah desain ulang kursi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6.1. dan Gambar 6.2. Universitas Sumatera Utara a b c d Gambar 6.1. Rancangan Kursi Usulan a Sandaran Kursi b Sandaran Kaki footrest, c Lebar Kursi dan d Tinggi Kursi Adjustable Sesuai dengan penetapan data antropometri, diperoleh bahwa tinggi kursi dirancang adjustable agar penyortir dapat meraih areal kerjanya loyang oven dengan nyaman dan dapat mengurangi intensitas karyawan membungkuk. Gambar 6.2. menunjukkan kursi hasil desain ulang dengan tinggi adjustable. Universitas Sumatera Utara a b a b c c c Gambar 6.2. Kursi Adjustable a Kursi Tampak Depan b Kursi Tampak Samping c Kursi Tampak Aksonometri Universitas Sumatera Utara

6.5. Analisis Kursi Rancangan Ulang