c. Duduk seharian, bagaimanapun tidak baik untuk tubuh. Oleh karena itu, harus ada beberapa variasi dalam tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan.
d. Sebuah kursi yang baik sangat penting untuk operator yang bekerja dalam posisi duduk.
Pekerjaan duduk harus dirancang sehingga operator tidak harus meregang atau tidak perlu memutar untuk mencapai area kerja.
Jika pekerjaan tidak memerlukan banyak kekuatan fisik dan dapat dilakukan dalam ruang terbatas, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan dalam posisi duduk.
Berikut ini adalah beberapa panduan ergonomis untuk bekerja duduk: a. Pekerja harus mampu menjangkau seluruh area kerja tanpa peregangan atau
memutar. b. Posisi duduk yang baik berarti bahwa individu yang duduk lurus di depan dan dekat
dengan pekerjaan. c. Meja kerja dan kursi harus dirancang sehingga permukaan tempat kerja kira-kira
pada tingkat yang sama dengan siku. d. Bagian belakang harus lurus dan bahu rileks.
e. Jika memungkinkan, harus ada beberapa bentuk dukungan disesuaikan untuk lengan bawah siku atau tangan.
c. Operator Duduk-Berdiri
Prinsip untuk operator dengan posisi duduk-berdiri adalah : 1. Jarak mata ketika operator duduk dan berdiri sebaiknya sama.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengaturan tampilan visual ketika operator duduk dan berdiri sebaiknya memiliki tingkat keakuratan yang sama.
3. Jika saat operator berdiri dan duduk harus menggunakan alat kendali yang sama maka tempatkan alat tersebut dalam posisi yang meminimisasi gangguan dari
operator sendiri. 4. Sediakan penahan kaki saat operator duduk.
3.2. Keluhan Muskuloskeletal
3
Merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan hingga mengakibatkan
kerusakan disebut dengan musculoskeletal disorders MSDs atau cidera sistem muskuloskeletal Grandjean, 1993; Lemasters, 1996. Musculoskeletal disorders yang
terjadi merupakan proses, akibatnya tidak langsung kelihatan Serge Simoneau, dkk.1996. Kerusakan yang diakibatkan sangat berbahaya dan merugikan baik
perusahaan maupun karyawan yang mengalaminya. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan pada pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot
yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan yang diperlukan melampaui kebutuhan optimum otot.
3
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi.Surakarta..
Universitas Sumatera Utara
2. Aktivitas Berulang Aktivitas otot berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus
seperti pekerjaan mencangkul, angkat-angkut dan lain-lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian- bagian tubuh bergerak menjahi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi
pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja ini pada umumnya terjadi karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
3.3. Rapid Entire Body Assessment REBA