Tinjauan Pembentuk Dasar Sungai Sedimentasi Dinding Sungai

106 kondisi sebenarnya dan untuk memperkuat deskripsi penelitian, maka disertakan foto-foto lapangan.

1. Tinjauan Pembentuk Dasar Sungai Sedimentasi

Dari sisi eko hidraulik, fungsi sedimentasi pada Gambar 20 di bawah, adalah untuk meretensi menahan air, sehingga pada musim kering kandungan air pada pori-pori sedimen tersebut dapat mempertahankan kehidupan biota air tawar, sedangkan pada musim hujan dapat menahan air banjir. Sedimen yang terjadi dapat dibiarkan, sepanjang kapasitas sungai tidak berkurang terlalu banyak. Gambar 20. Sedimentasi sungai dan rerumputan penahan retensi aliran air Disepanjang sungai Karang Duwet dan sungai Bukur Ireng seperti pada Gambar 21 di bawah ini, banyak terdapat batu-batu besar yang dapat berfungsi untuk menahan erosi dasar sungai akibat gerusan air banjir. 107 Batu-batuan besar boulders pada dasar sungai juga akan memperlambat laju aliran. batu-batuan tersebut memiliki angka kekasaran menurut Manning dan Strickler Martono, 2005; 64 sebesar 0,04-0,070. Apabila dibandingkan dengan permukaan beton yang memiliki angka kekasaran 0,012-0,018, maka dipandang dari segi eko engineering, sungai Karang Duwet dan sungai Bukur Ireng masih dapat dikatakan cukup memadai. Sebaliknya pada sungai Bentar, pada ruas jembatan sampai bendung Sorotan sepanjang 300 m, pembentuk dasar sungainya tidak terdapat batu- batuan, sehingga terlihat morfologi sungainya lebih lebar yaitu diatas 10m. hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan sungai tersebut tidak cukup bagus dan mudah terjadi lonsor pada dinding sungainya. Gambar 21. Batu-batuan besar pada sungai Karang Duwet berfungsi sebagai penahan retensi air banjir. 108

2. Dinding Sungai

Dinding sungai atau lebih dikenal sebagai talud, merupakan komponen penahan longsor dan bajir sungai. Di kawasan sungai Bentar, sungai Bukur Ireng dan sungai Karang Duwet, disamping untuk keperluan penahan banjir dan longsor, karena pada daerah sepanjang sungai Bentar, Karang duwet dan sungai Bukur ireng tersebut banyak terdapat mata air, maka konstruksi talud dibuat dari batu kosong yang ditopang dengan kolom dan balok beton bertulang. Dengan konstruksi tersebut diharapkan talud akan tetap menjaga mata air tidak tertutup Gambar 22. Kelemahan dari talud dengan konstruksi batu kosong yang diprkuat dengan balok dan kolom, adalah batu-batu kosong tersebut mudah goyah, dan batunya lepas dan jatuh ke sungai. Untuk menjaga agar konstruksinya tetap stabil, maka sebelum pemasangan batu kosong, terlebih dahulu diberikan sand bags kantong-kantong pasir yang berfungsi untuk menstabilkan lapisan tanah adalah dengan memberikan dinding penyangga berupa sand bag kantong pasir. Ditinjau dari segi estetika karena pada daerah kawasan Pengging tersebut merupakan daerah wisata, maka sedapat mungkin memiliki nilai kenyamanan dalam pandangan, maka pemnbangunan talud dengan kostruksi dari batu kosong yang disangga dengan kolom dan balok dari beton bertulang, ditambah dengan tumbuhnya rerumputan disela-sela batu-batuan tersebut cukup indah untuk dipandang. 109 Ditinjau dari kemampuan meretensi laju aliran, maka pasangan batu–batu kosong yang disangga dengan kolom dan balok beton bertulang tersebut memiliki angka kekasaran Strickler Martono, 2005; 64 sebesar kurang lebih 0,030-0,050 dan masih cukup bagus bila dibandingkan dengan jika talud tersebut dilaksanakan dengan pembetonan 0,012-0,018. Kemampuan meretensi banjir dengan talud batu kosong selain kekasaran permukaan, yaitu adanya air yang terserap ke dalam bantaran sungai melalui celah-celah batu, sehingga memungkinkan air dapat terkurangi sampai permukaan tanah bantaran sungai menjadi jenuh air. Gambar 22. Konstruksi talud batu kosong dengan penyangga kolom dan balok beton bertulang, merupakan kosep eko hidraulik yang baik. 110

3. Pengelolaan Mata Air