Sebenarnya sinetron ini diangkat dari keresahan Deddy Mizwar sebagai penggagas seni. Ia merasa selama bulan ramadhan acara yang ditampilkan kebanyakan
lebih bersifat hura-hura dan saling ejek fisik. Sedangkan nasihat atau inti sari agama yang disampaikan tidak tercapai. Karena itu Deddy mengangkat sinetron ini untuk
menyalurkan segala keresahannya dan menjadikan sinetron ini sebagai salah satu tanggung jawab moral kepada masyarakat di Indonesia yang membutuhkan tontonan
yang mendidik.
3.4.2.2 Penokohan
Dalam hal penokohan, Wahyu berujar bahwa dirinya menggunakan pendekatan psikologis yang realistis untuk
membedah karakter psikologis setiap karakter atau tokoh hingga detail-detailnya dengan pendekatan realistis. Tokoh atau karakter yang
dimunculkan disesuaikan dengan kebutuhan cerita, karena setiap tokohkarakter harus mampu mendukung alur cerita atau plot. Tentunya karakter ini dapat semakin terasah
dengan bantuan sang sutradara. Dalam sinetron PPT, pembangunan karakter sangat sempurna bahkan boleh
dikatakan cukup revolusioner bila dibandingkan dengan berbagai sinetron kurang mendidik yang masih saja ditayangkan, dengan orang-orang Bollywood sebagai tokoh
utama konspiratornya. Sinteron-sinetron kita saat ini bukan saja rendah pembentukan karakternya tapi memang tidak diperhatikan. Namun dalam sinetron PPT tidak, dalam
sinema Para Pencari Tuhan, sutradaranya mampu membentuk karakter masing-masing orang bahkan dengan memperkuat karakter kepribadian orang itu. Deddy adalah jenis
sutradara yang tidak menjadikan aktornya tersiksa dalam karakter orang lain. Contoh
yang bisa dilihat, seperti karakter Udin, si Udin Nganga, kemungkinan dalam kesehariannya memang berkarakter asal bicara, cerewet dan kritis. Di tangan Deddy
Mizwar aktor Udin ini diperkuat, dari seluruh pemeran PPT karakter Udinlah yang terbaik, dia menjadi penterjemah pikiran Deddy Mizwar tentang pembumian Al-Qur’an,
penghubungan relasi-relasi antara mistifikasi agama dengan realitas kemasyarakatan. Karakter Udin adalah tendensi sekuler dalam masyarakat.
Sedikit dibawah Udin adalah karakter Asrul Dahlan yang berperan sebagai Asrul, karakter Asrul dengan logat Medannya yang khas diperkuat Deddy dengan sikap idealis.
Disini sesungguhnya Asrul dikurung oleh Idealismenya, Asrul adalah perwakilan terbaik dalam cerminan sikap Nabi Ayub dalam melihat kemiskinan, walaupun ia berteriak
dengan kemiskinannya, ia masih berpegang pada idealismenya, karakter ini dipasangkan pada Udin yang realistis kemudian bukan melahirkan kontra tapi sebuah gabungan di
mana Idealisme atau Realitas semuanya berujung pada satu kepentingan, `bagaimana gua bisa makan hari ini
. Duet Asrul dan Udin merupakan duet menarik yang menggambarkan kebimbangan kaum proletar. Mereka berupaya keras untuk bergantung
pada orang kaya tapi dalam hati mereka memusuhi. Ketidakberdayaan kaum proletar ini semakin dipaksa ke dalam susunan masyarakat yang sudah ada dimana memang secara
ekonomis kaum kapitalislah yang memegang kekuasaan dan pendorong supaya Udin dan Asrul ini dapat menerima takdir kemiskinan mereka secara fatalistis.
Adalah Ustadz Ferry yang diperankan secara parodikal oleh Akri. Deddy Mizwar tidak salah menarik Akri sebagai parodi Ustadz yang senang akan uang dan selebritas
sebuah tendensi dakwah jaman kita. Mungkin Deddy mengamati secara serius karakterisasi Akri ketika melawak dengan Patrio, dan harus diakui Deddy adalah orang
paling pintar dalam mengambil aktor dengan kesesuaian karakter, ini bisa dilihat dalam Nagabonar 2 bagaimana Karakter Lukman Sardi yang sopir bajaj tanpa banyak bicara
bisa terbangun sebagai bagian dari masyarakat marginal ibukota yang juga dirugikan oleh sejarah suatu saat Nagabonar tua melihat foto orang tua karakter Lukman Sardi yang
berseragam perwira AURI, pada jaman Orde Baru AURI mengalami korban sejarah akibat Gestapu, begitu juga saat Deddy memasukkan karakter Jaja Mihardja yang tanpa
bicara bisa mengundang tawa penonton, karakter Jaja sebagai seorang Gay Tua. Akri yang sering memparodikan dalam lawakannya sebagai orang Arab bisa
dijadikan oleh Deddy sebagai gambaran elite agama yang lidahnya ke Arab-Araban namun perilakunya tetap Indonesia asli. Lidah ke Arab-Araban dalam konteks
keberagamaan di Indonesia dalam ruang bahasa sudah bisa masuk ke dalam masyarakat elite, ini sama saja dengan lidah ke Perancis-Perancisan bagi orang Jerman dan Rusia
pada abad 17, dimana bahasa Perancis adalah bahasa Dewa sementara bahasa Jerman dan Rusia cukup buat bicara dengan kuda.
Kecemerlangan Deddy juga membawa karakter Akri ke dalam komoditifikasi Dakwah. Dakwah dalam pikiran Ustadz Ferry bukan lagi media perjuangan sebagai
pewaris Ilmu Nabi, tapi merupakan sebuah industri. Ini bisa terlihat bagaimana Ustadz kecewa pada isterinya yang lebih dipilih oleh industri sinetron daripada dirinya,
kekecewaan ini menunjukkan bahwa konsepsi dakwah Ustadz Ferry adalah industrialis bukan idealis.
Zascia Mecca yang memainkan karakter Ayya. Ini merupakan sebuah kecemerlangan Deddy yang secara diam-diam melihat Zascia sebagai etalase perempuan
berpenampilan muslim, tapi cukup sampai pada batasan etalase belum substansial
kemuslimannya. Ini diperlihatkan bagaimana Ayya menjadi wanita pendendam hanya karena dikatakan `bodoh oleh pacarnya. Karakterisasi Ayya ini merupakan sindiran pada
kaum muslimah bahwa dengan baju berpenampilan Muslim apa sudah bisa melakukan substansi keIslamannya. Atau sekedar
menjadi etalase. Pelawak Jarwo yang memainkan peran sebagai Pak Djalal, lelaki kaya yang sinis
menjadi semacam klise bahwa menjadi kaya adalah kurang baik dan cenderung kikir. Ini merupakan karakter biasa dimanapun, baik di Amerika maupun di Indonesia. Kekayaan
dalam sinema-sinema selalu digambarkan sebagai orang yang culas dan mencuri dari keringat orang lain. Hanya saja Jarwo disini selalu merasa menang ketika bisa menghina
orang lain dengan bandingan kekayaan. Puncak dari karakter sinetron Para Pencari Tuhan adalah Bang Jack sendiri yakni
Deddy Mizwar, dia lucu, cerdas, namun naif. Puncak kelucuannya saat dia berkhutbah di rumah Pak Djalal tapi tidak fokus pada apa yang dibicarakannya dan membuat malu
teman-temannya. Hal ini mengingatkan saya pada sinetron Bajaj Badjuri saat itu Si Said kedatangan pamannya dari Arab yang tidak bisa bahasa Indonesia, dia hanya bisa bahasa
Arab. Sang paman dan si Said diundang ke acara selamatan Mpok Minah. Saat paman si Said bicara pada Said dalam bahasa Arab, tetangga-tetangga si Said termasuk Pak RT,
Ucup, Emak, Badjuri, berkata Amien...Amien menganggap yang dikatakan pamannya si Said adalah doa. Ini merupakan sindiran bahwa orang kita tidak pernah paham
substansi sebuah makna. Apalagi makna beragama. Susunan masyarakat dalam sinetron Para Pencari Tuhan digambarkan dengan
apik oleh Deddy. Dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat susunan masyarakat ini tidak
terlalu terlihat relasi-relasinya, namun oleh Deddy di sinetron Para Pencari Tuhan diperlihatkan relasi-relasinya termasuk penindasan terselubung si kaya dengan si miskin
yang dengan baik digambarkan pada negosiasi kerja antara Pak Djalal dengan Asrul Dahlan dan saat Pak Djalal membayar uang dengan membuang uang bukan memberikan
baik-baik, inilah kekerasan struktural masyarakat. Dari semua penggambaran susunan struktural
masyarakat pesannya singkat, bahwa kita harus menerima susunan masyarakat tanpa harus mengkritisinya dan mungkin bila stres larinya ke doa-doa serta dzikir.
41
3.5 Profil Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Jenis Kelamin, Usia, dan
Pendidikan Gambaran umum dari segi jenis kelamin
Tabel 1.1 Jenis kelamin responden
Jenis kelamin Frekuensi F
Persentase relatif Persentase
kumulatif
Laki-laki 30
54,6 54,6
Perempuan 25
45. 100
41
Forum kompas, www.kompas.com
, edisi 23 Septemnber 2007
5 10
15 20
25 30
frekuensi persentase
laki-laki perempuan
Jumlah 55
100
Dari tabel di atas ternyata perbandingan jumlah lelaki dengan perempuan lebih banyak lelaki, yakni 30 orang 54,6 dan perempuan sebanyak 25 orang 45,5. Ini
berarti jumlah responden perempuan tidak mencapai 50 dari seluruh responden.
Gambaran umum identitas responden dari segi usia Tabel 1.2
Usia responden
Tingkatan usia Laki-laki
Perempuan Frekuensi F
Persentase relatif
20 tahun 5
2 7
12,74 20-25 tahun
5 7
12 21,84
26-35 tahun 6
5 11
20,02 36-45 tahun
7 5
12 21,84
2 4
6 8
10 12
laki-laki perempuan
frekuensi persen
20 tahun 20-25 tahun
26-35 tahun 36-45 tahun
46-55 tahun 56-65 tahun
46-55 tahun 4
5 9
16,38 56-65 tahun
3 1
4 7,28
Jumlah 30
25 55
100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memasuki kategori dewasa. Terdapat 7 orang 12,74 responden yang berusia kurang dari 20
tahun. Jika diperhatikan lebih seksama, maka yang terbanyak responden berusia 36-45 tahun yang berjumlah 12 orang 21,84 begitu juga dengan responden yang berusia 20-
25 tahun yang berjumlah dan berpersentase sama. Selebihnya dengan responden berusia 26-35 tahun yang berjumlah 11 orang 20,02, 46-55 tahun yang berjumlah 9 orang
16,38 dan yang terkecil yakni usia 56-65 tahun yang berjumlah 4 orang 7,28.
Gambaran umum berdasarkan pendidikan Tabel 1.3
Pendidikan responden
Tingkat pendidikan
Laki-laki Perempuan
Frekuensi Persentase
SD 5
3 8
14,56 SLTP
7 7
14 25,48
SLTA 8
8 16
29,12 Diploma
4 -
4 7,28
S1 dan S2 6
7 13
23,66 Total
30 25
55 100
Dari tabel di atas, dari segi pendidikan, responden majelis taklim Al-Amin terbilang beragam dabn cukup tinggi. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas
responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 16 orang atau 29,12. Sedangkan 14 orang atau 25,48 responden berpendidikan SLTP. Dan sisanya 8 orang atau 14,56
berpendidikan SD, 4 orang atau 7,28 berpendidikan Diploma, dan 13 orang atau 23,66 berpendidikan S1 dan S2.
2 4
6 8
10 12
14 16
laki-laki perempuan
frekuensi persentase
SD SLTP
SLTA Diploma
S1 danS2
Dari data demografi diatas kita dapat melihat bahwa dari segi jenis kelamin, baik lelaki maupun perempuan sama-sama menyenangi sinetron Sinema Para Pencari Tuhan,
sedangkan dari segi usia, penonton sinetron Para Pencari Tuhan cukup merata, dan dari segi pendidikan, bisa dikatakan, sinetron Para Pencari Tuhan merupakan sinetron yang
diminati dari berbagai latar pendidikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Identitas Responden Penonton Sinema Para Pencari Tuhan
Berikut ini akan dipaparkan mengenai identitas responden yang dibagi dalam empat hal yakni mengenai persentase frekuensi berapa kali menonton sinema Para
Pencari Tuhan, lamanya menonton televisi dalam sehari, kepuasan yang dicari dan kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan dilihat dari segi
pengetahuan, hiburan, pengalaman, dan relaksasi.
4.1.1 Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Lamanya Menonton Televisi Tabel 1.4
Lamanya Menonton Televisi dalam Sehari
Jam Laki-laki
Perempuan Frekuensi
Persentase 8 jam
1 -
1 1,82
6 jam 12
12 24
43,68 4 jam
16 13
29 52,78
2 jam 1
- 1
1,82 0 jam
- -
- -
Total 30
25 55
100
D ari
tabel
5 10
15 20
25 30
8 6
4 2
laki-laki perempuan
frekuensi persentase
52