DAFTAR ISI
Abstrak Abstract
Kata Pengantar i
Daftara Isi iii
Daftar Tabel v
BAB I PENDAHULUAN
1 1.1 Latar Belakang Masalah
1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
5 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
7 1.4 Tinjauan Kepustakaan
8 1.5 Metodologi Penelitian
10 1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional
11 1.5.2 Populasi dan Sampel
13 1.5.2.1 Populasi
13 1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel
13 1.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
13 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data
14 1.6 Teknik Analisis Data
15 1..6.1 Uji Validitas
15 1..6.2 Uji Reliabilitas
16 1.7 Sistematika Penulisan
17
BAB II KERANGKA TEORITIS 18
2.1 Motif dan Gratifikasi Media 18
2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media 18
2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media 21
2.2 Teori Uses and Gratifications 23
2.3 Media Televisi 27
2.3.1 Fungsi Televisi 28
2.3.2 Televisi Sebagai Media Dakwah 32
2.4 Sinema Elektronik 34
BAB III DATA-DATA PENELITIAN 37
3.1 Sejarah Perkembangan Citrasinema 37
3.1.1 Sejarah Singkat 37
3.1.2 Manajemen 37
3.2 Visi dan Misi Citrasinema 38
3.3 Strukturisasi Anggota Citrasinema 40
3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan 41
3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan 41
3.4.2 Alur dan Penokohan 42
3.4.2.1 Alur 42
3.4.2.2 Penokohan 43
3.5 Profil Penonton Sinema Para Pencari Tuhan 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52
4.1 Deskripsi Data 52
4.1.1 Identitas Responden 52
4.1.2 Kepuasan yang didapat 54
4.1.3 Kepuasan yang dicari 56
4.1.4 Uji validitas dan Realibilitas 57
4.1.5 Uji hipotesis 57
4.2 Analisis Data 60
4.2.1 Identitas responden 60
4.2.2 Motivasi menonton responden 60
4.2.3 Kepuasan yang didapat 61
BAB V PENUTUP 62
5.1 Kesimpulan 62
5.2 Saran 63
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48
Tabel 1.2 Usia Responden 49
Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50
Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52
Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT 53
Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54
Tabel 1.7 Motivasi menonton 56
Tabel 1.8 validitas instrumen 57
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau
majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media
itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa
terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa.
1
Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media
massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah
membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri kepada media massa demi pemuasan kebutuhan.
Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah
kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke pelosok pedalaman.
Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang
bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak,
1
Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, Cetakan ke-2. h.1
1
memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif.
2
Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai
sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI Majelis Ulama
Indonesia atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan
masyarakat yang makin berubah. Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih
banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama
mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri.
3
Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah
terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi.
Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita.
Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun
yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup
2
Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung: Mizan, 1997 h. 252- 253.
3
A. Muis, Komunikasi Islam. Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000 h.135
ideology. Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada
manusia kemampuan akal seperti itu.
4
Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah.
Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema
elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan
menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung
visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat
mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih
daripada sekedar pesan-pesan verbal semata. Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan
pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh
nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan
metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad
4
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam jilid 2 Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, Bogor; Pustaka Thariqul Izzah, 2003 h.111
baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan
suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan. Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah
menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki
peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima.
Nilai Overall 4.9
Ceritanya? 4.4
Perantokoh dalam cerita? 4.4
Keaslian cerita 4.4
Kualitas akting pemain 4.3
Musik pendukung 4.3
Apakah rutin mengikuti 4.1
Apakah menikmatinya 4.6
Perbandingannya dengan sinetron
lain dengan
sutradara yang sama 4.6
Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu
diketahui disini, benarkah mereka termotivasi menonton sinetron Para Pencari Tuhan?
Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications.
Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di
Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang hendak diteliti, pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah penonton sinema Para Pencari Tuhan,
sedangkan objek penelitian adalah motivasi dan kepuasan yang dicari dan didapat penonton. Penonton dibatasi pada majelis taklim al-Amin yang berdomisili di RT 005
RW 06 kelurahan Mekarsari, Depok. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron
Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok? Dari masalah penelitian yang peneliti uraikan, maka dapat ditarik sebuah
hipotesis. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.
5
Hipotesis-hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap
kepuasan penonton sinetron para Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok.
H1: Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton
5
W. Gulo. Metodologi Penelitian Jakarta: Grasindo, 2002 cetakan ke-2. h. 56-57
sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok Ho adalah pernyataan yang tidak memihak pada hipotesis yang diambil, artinya
hipotesis nol bertolak pada asas praduga tak bersalah. H1 adalah hipotesis alternatif jika hipotesis nol tidak dapat dibuktikan atau
tertolak, hipotesis ini disebut sebagai hipotesis operasional. Hipotesis alternatif dapat dibuat sebanyak mungkin untuk mendapat variabel yang valid.
6
1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Secara umum
1. Untuk mencari pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kepuasan yang didapat penonton setelah menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Secara khusus
Untuk mengetahui betul atau tidaknya konsumsi media massa dipengaruhi oleh motif
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu Komunikasi terutama dalam bidang kajian Komunikasi Massa untuk teori Uses and
Gratifications yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada
umumnya, dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini adalah televisi
6
Ibid. h.71
Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi tentang motif-motif yang mendorong penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok dalam mengakses
acara tersebut. 2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas
mengenai sinetron yang seperti apa yang lebih bisa memuaskan pengguna media televisi. Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukkan dalam bidang
dakwah melalui sinetron.
1.4 Tinjauan Kepustakaan
Dari penelitian skripsi sebelumnya yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur” karya Nyoman Dewi
PP, didapatkan hasil bahwa ada kaitan antara motivasi dengan pemenuhan kebutuhan, namun sayangnya tidak dijelaskan dengan terperinci motif apa yang memotivasi perilaku
responden, penelitian sebelumnya hanya memberikan data-data tentang kepuasan yang didapat dan kepuasan yang dicari responden, namun variabel motif itu sendiri tidak
dijelaskan pengaruhnya terhadap kepuasan yang didapat. Maka dari penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mencari motif apa yang sesungguhnya benar-benar
memotivasi responden, ataukah hubungan motivasi dan kepuasan yang didapat penonton hanya didasarkan pada faktor kebiasaan menonton televisi atau memang ada faktor
lainnya, seperti mutu cerita, penokohan, atau alurnya. Penelitian lain menunjukkan beberapa pola demografik yang menyatakan kaum
wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman; “orang-orang lebih muda menonton televisi untuk menghabiskan waktu, kelompok usia menegah menonton televisi
untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk mencari informasi.
Dari penelitian itu Lichtenstein dan Rosenfeld menyimpulkan bahwa keputusan menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua – bagian:
yakni, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita
membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten; kita
cenderung memiliki citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang dipersepsi.
7
Dalam sebuah laporan yang lengkap dari penelitian yang sama, Levy 1978 menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita
televisi juga menguji persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas yang
“disucihamakan” dan diselamatkan oleh pembaca berita selebritis. Banyak pemirsa, katanya “yang secara aktif” memilih di antara siaran-siaran berita yang tengah bersaing ,
“mengatur jadwal mereka agar berada didekat pesawat televisi pada jam berita, dan memberikan perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut.
8
Tidak hanya audiens televisi, bahkan audiens radio pun berlaku sama. Para pendengar radio dengan cepat memanfaatkan medium radio untuk memantapkan suasana
7
Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi Bandung; PT Remaja Rosdakarya,1998 jilid 2 pengantar Deddy Mulyana. h.212
8
Werner J. Severin – James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa
, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2001 h.356
hati, menghabiskan hari, mendapatkan teman, melegakan diri secara sosial dan mendapatkan hiburan dan informasi.
9
Para peneliti lain bahkan membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil sebagian berdasar spekulatif dan literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan
psikologis media massa “kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori”:
1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman. 2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.
3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status.
4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya.
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.
10
1.5 Metodologi Penelitian
Pendekatan atau metodologi yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei
menggunakan alat kuesioner dalam mengukur tingkat motivasi dan kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari. Proses dimulai dengan
mengumpulkan data pada responden tentang bagaimana kepuasan mereka terhadap sinetron Para Pencari Tuhan.
Motivasi dan kepuasan responden diukur dengan menggunakan skala Likert, dengan tingkatan 1. Sangat setuju, 2. Setuju, 3. Ragu-ragu, 4. Tidak setuju, 5.
9
James Lull, Media Komunikasi dan Kebudayaan. Penerjemah A. Setiawan Abadi. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 1997 h.107-108
10
Werner J. Severin. Ibid. h. 357
Sangat tidak setuju. Setiap tingkatan memiliki nilai tersendiri, yakni, jika responden menjawab sangat setuju maka di beri nilai lima, jika menjawab setuju, maka di beri
empat, jika menjawab ragu-ragu maka di beri tiga, dan seterusnya.
1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional
Konsep kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan terbagi menjadi dua, yaitu motif atau biasa disebut dengan Gratification Sought dan kepuasan yang diperoleh
atau Gratification Obtained. Kepuasan terhadap sinetron Para Pencari Tuhan diukur berdasarkan kesenjangan discrepancy antara gratification sought dan gratification
obtained. Dengan kata lain kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil
discrepancy -nya, semakin memuaskan media tersebut.
Menurut pendiri teori ini Katz, Blumer, dan Gurevitch, teori ini terbagi atas beberapa komponen dasar, 1 Sumber sosial dan psikologis, 2 Kebutuhan yang
melahirkan, 3 Harapan-harapan, 4 Media massa atau sumber-sumber yang lain, 5 Perbedaan pola terpaan media, 6 Pemenuhan kebutuhan.
11
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meniliti komponen dua dan enam, yakni kebutuhan yang melahirkan dan
pemenuhan kebutuhan.
Model Expectancy-Values Dari Philip
Palmgreen
12
11
www.digilib.petra.ac.idjiunkpes1ikom2006 . Desember 2006, Universitas Kristen Indonesia, disadur
dari buku Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi.Remaja Rosdakarya, Bandung.
12
Rachmat Kriyantono,S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group Cet ke-2, Juni 2007. h.208
Kepercayaan- Kepercayaan
beliefs Pencarian
Kepuasan GS
Perolehan kepuasan
yang diterima
GO
Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna media
ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain, pengguna akan memilih atau tidak memilih suatu media tertentu dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu,
yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhi. Gratification obtained
adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan
media, yang dimaksud dengan gratification obtained kepuasan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sejumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah menonton sinetron
Para Pencari Tuhan. Kepuasan ini diukur berdasarkan motif awal gratification sought yang mendasari individu dalam menonton sinetron Para Pencari Tuhan.
Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut: 1. motif informasi; penonton dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka:
a. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah b. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan
2. motif indentitas pribadi; penonton dikatakan memiliki motif identitas pribadi apabila mereka:
a. Dapat memperoleh nilai lebih sebagai masyarakat yang beragama b. Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam sinetron
3. motif integrasi dan interaksi sosial; penonton dikatakan memiliki motif intergrasi dan interaksi sosial apabila mereka;
Evaluasi- evaluasi
Konsumsi
a. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain disekitarnya
b. Keinginan untuk dekat dengan orang lain 4. motif hiburan; penonton dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka;
a. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan b. Bisa bersantai dan mengisi waktu luang
Dari opersionalisasi konsep di atas, peneliti kemudian membuat definisi operasionalnya yang terdiri atas, pengaruh, motivasi, dan kepuasan. Ketiga hal tersebut
dapat dijabarkan menurut tabel dibawah ini:
Konsep Definisi Nominal
Definisi Operasional Pengaruh
Pengaruh adalah taraf tercapainya tujuan dan
sasaran yang berkaitan dengan penggunaan suatu
daya, dana, sarana, dan prasarana dalam prosesnya.
Pengaruh adalah derajat perubahan yang terjadi
selama mengikuti tontonan di media yang dapat dilihat
dari sikap dan perbuatan.
Motivasi Penonton Motivasi adalah kekuatan
dorongan dari dalam yang ada pada diri seseorang
untuk bertindak dengan cara-cara tertentu
Motivasi adalah
derajat kesungguhan
mengikuti tontonan yang timbul dari
sikap dan
perbuatan seseorang
Kepuasan Penonton Perasaan-perasaan
positif seorang
penonton mengenai
apa yang
Dengan lima
tingkatan motif, pada tataran kognitif,
afektif, integratif
sosial,
ditontonnya integratif personal,pelepasan
ketegangan.
Ketiga definisi operasional di atas disesuaikan dengan teori uses and gratifications model
. Dalam penjabaran hasil penelitiannya tiap-tiap variabel akan diwakilkan dalam bentuk angka-angka.
1.5.2 Populasi dan Sampel 1.5.2.1 Populasi Penelitian
populasi penelitian ini adalah seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin yang berjumlah 120
orang.
1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive, setelah itu dilakukan pengukuran sampel, baru kemudian diambil jumlah sampel yang
dibutuhkan dalam penelitian. Untuk pengukuruan sampel, menggunakan rumus Taro Yamane, rumus ini digunakan untuk populasi diatas seratus atau lebih. Presisi yang
ditetapkan adalah 10 dengan tingkat kepercayaan 90, sehingga dihasilkan sampel sebesar 55 orang.
13
1.5.3 Lokasi dan waktu penelitian
Tempat penelitian ini berada di wilayah kelurahan Mekarsari, Depok, tepatnya pada majelis taklim al-Amin. Alasan mengambil majelis tersebut sebagai tempat penelitian adalah guna mencari keseragaman karakteristik, yakni reseponden bergerak
dalam wadah yang sama serta menyukai sinetron Para Pencari Tuhan diukur dari segala tingkatan usia, jenis kelamin, maupun pendidikan. Dari segi waktu, waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitan ini adalah selama tiga bulan, terhitung dari bulan 19
Desember 2007 hingga 16 Maret 2008.
1.5.4 Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Wawancara
13
Rachmat Kriyantono, S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi.Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Cet ke-2, Juni 2007. h.160
Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, dalam hal ini peneliti mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan
pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.
14
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai penulis skenario sinetron Para Pencari Tuhan.
b. Dokumentasi Instrumen pengumpulan data yang juga sering digunakan dalam metode survey
adalah dokumen. Peneliti menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi dalam menginterpretasi data hasil survey. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik
atau dokumen privat.
15
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan adalah dokumen publik, yakni skenario sinetron Para Pencari Tuhan.
c. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga
angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Ada beberapa jenis angket atau kuesioner: angket terbuka dan tertutup. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup dipilih, semata-mata untuk
meminimalisir kesalahan dari jawaban responden.
1.6 Teknik Analisis Data
14
ibid. h.98
15
ibid.h.114
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dua variabel, biasanya terdapat diantara dua variabel yang keduanya diukur pada skala
ordinal, interval atau ratio. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus moment product correlation, uji atas kedua variabel dilakukan untuk menegaskan pengaruh yang
ada antara kedua variabel tersebut adalah merupakan pengaruh yang signifikan dan bukan hanya secara kebetulan saja.
Untuk menguji tingkat signifikansinya dilakukan dengan menggunakan rumus pearson correlation untuk analisis sampel tidak berpasangan. Adapun pertimbangan
peneliti menggunakan rumus statistik karena pearson correlation adalah berfungsi untuk menguji perbandingan, uji korelasional, dan uji estimasi secara statistik. Selain itu,
pearson correlation digunakan untuk data yang berskala interval atau ratio. Sedangkan dalam penelitian ini datanya berskala interval. Sebelum tahap pengujian dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas data. 1.6.1. Uji Validitas Instrumen
Berkaitan dengan pengujian validitas. Arikunto 1995:63 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang
hendak diukur ketepatan.
16
16
Drs. Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Bandung Cet ke-2, September 2005. h. 97
Pada pengujian validitas dalam penelitian ini, peneliti bertumpu pada validitas internal. Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling utama
karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh, maka semua konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Oleh karena itu, peneliti harus
memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitan yang telah dilakukannya.
17
1.6.2 Uji Realibilitas
alat ukur yang disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan
berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan tidak berubah-ubah, dapat diandalkan, dan tetap ajeg.
18
1.7 Sistematikan Penulisan
Skripsi yang akan ditulis terdiri dari lima bab, dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab atau bagian:
BAB I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, metodologi penelitian,
sistematika penulisan
BAB II Landasan teoritis