Televisi Sebagai Media Dakwah

4. Media massa sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, yang bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu dalam upaya memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan keluarga masyarakat dan keluarga secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. 30 Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat universal bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam kehidupan, seperti mendifusikan informasi to inform, mendidik to educate, menghibur to entertain, dan mempengaruhi to influence. Namun kita juga dapat melihat kenyataan, walaupun semua fungsi universal tersebut sudah dipenuhi, ada fungsi lain yang seringkali mungkin tidak disadari terabaikan atau terlecehkan. Dalam hal ini fungsi khas budaya Indonesia yang memberikan dasar dan landasan kultural atau “benteng budaya” belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, apabila kita ingin melihat seberapa jauh kontribusi stasiun televisi yang ada dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang dicita-citakan, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya atau masyarakat madani, jawatannya akan sangat tergantung pada seberapa jauh orientasi dan tujuan penyelenggaraan televisi tersebut sebagai sarana massa.

2.4.3 Televisi Sebagai Media Dakwah

30 N. Syamsuddin Ch. Haesy, Tehnik Manajemen Penyiaran dan Penerangan Agama dalam Media Massa, Makalah Seminar IAIN Jakarta, 15 Mei 1993, h. 1-2 Munculnya media TV dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Khusus bagi TV sendiri, memang harus diakui mempunyai banyak keunggulan ketimbang media massa lainnya. Dedy Djamluddin dalam tulisannya, “Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi ”, menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengenai keunggulan televisi. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio visual. Kedua, dilihat dari sisi kualitas peristiwa televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada masyarakat. Ketiga, disisi khalayak televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang media massa lainnya yang mungkin hanya menjangkau pemirsa ratusan ribu. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek media massa lainnya khususnya bagi pembentukkan perilaku proposial dan antionak. 31 Media berarti segala bentuk yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien. 32 Saat ini hampir di setiap stasiun penyiaran televisi di Indonesia memiliki program acara dakwah Islam baik yang sifatnya rutin atau tidak rutin, meski porsinya cukup jauh dari pada tayangan-tayangan komersial lainnya, namun paling tidak hal ini cukup memuaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan khalayak terhadap televisi yang berfungsi sebagai media informasi dan pendidikan. Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik 31 Dedy Djamaluddin Malik, Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi: Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui TV , Bandung: Pusdai Press, 2000, Cet. Ke-1, hal.87 32 Abd. Karim Zaedan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah II, Jakarta: Media Dakwah, 1984, cet. Ke-2, hal.225 dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan televisi seorang pemirsa dapat mengikuti dakwah seakan ia berada langsung dihadapan da’i, seakan ia dapat mengadakan komunikasi langsung dengannya untuk menarik dakwah langsung melalui televisi apalagi jika da’i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang sederhana dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat. 33 Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik. Televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization AS 1982, menyebutkan bahwa televisi mempunyai kredibilitas 53 , surat kabar 22 , majalah 28 , dan radio 6 . 34 Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas negara kita 88 pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket acara dengan nuansa Islami sebagai penghormatan dan sebagai penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informative, dan hiburan. 2.5 Sinetron atau Sinema Elektronik Alat televisi pertama kali diperjualbelikan pada akhir tahun.1920-an, meski tidak banyak didiskusikan sebelumnya. Pemindai mekanis televisi pertama terbuat dari sebuah “kotak topi”. Baird menghargai perlunya publisitas apalagi karena ia sangat bergantung 33 Darmawansastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Duta Wacana University Press,1994, hal.89 34 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, Jakarta: Pelita 13 Desember 1991 pada dukungan dana orang lain, akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas bagi televisi di kedua sisi lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun. Pada 30 September 1929 untuk pertama kalinya Baird meluncurkan layanan televisi percobaan. Presiden the British Broadcaster of Trade, yang memberikan persetujuannya menyatakan pada para penonton viewers bahwa ia mengharapkan di masa depan ilmu terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru, tidak hanya bagi Inggris dan kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia. 35 Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi elektronik, khususnya media televisi di dunia telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi swasta di Indonesia dengan berbagai macam mata acara yang menarik terus- menerus diikuti perkembangannya oleh pemirsa, siaran langsung sepak bola di negara Italia dan Inggris misalnya dapat dilihat dalam waktu yang dapat bersamaan di RCTI. Pemirsa televisi dihadapkan pada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara televisi yang berbeda. Salah satunya adalah sinetron atau sinema elektronik. Menjamurnya paket sinetron bukan hal luar biasa. Kehadiran sintetron merupakan satu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari. Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Tetapi para kru televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan beban moral yang harus diterima. 35 Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006 h. 215 Berbicara mengenai isi pesan dalam sinetron dalam sebuah paket sinetron televisi, bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi, ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan kehidupan nyata dari masyarakat sehari-hari. Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan, yaitu: 1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial dalam masyarakat. 2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif. Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron di televisi harus dapat mewujudkan dan mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkungan budaya pemirsa yang heterogen. 36 Dilihat dari segi dakwah, sinetron memiliki potensi besar sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak. 36 Drs. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta; PT RINEKA CIPTA, 1996 h.129-133

BAB III DATA-DATA PENELITIAN

3.1 Latar Belakang Berdirinya PT Demigis Citrasinema 3.1.1 Sejarah Singkat PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan pada awal tahun 1997 oleh Deddy Mizwar, yang bertindak selaku komisaris, direktur utama, sekaligus produser. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi tayangan film dan sinetron serta iklan. Pada awal berdiri, Citra Sinema mengkaryakan 7 tujuh orang karyawan tetap, kemudian berkembang menjadi 25 orang sampai sekarang. Produksi pertama Citra Sinema adalah sinetron serial komedi “Mat Angin” 1997, TPI, berlanjut dengan judul-judul populer lainnya, di antaranya serial “Lorong Waktu”, “Kiamat Sudah Dekat”, “Ketika”, “Demi Masa”, “Bingkisan untuk Presiden”, dan banyak lagi lainnya. Citra Sinema dikenal dengan produksi film dan sinetron bernuansa relijius yang dibumbui humor cerdas. Citra Sinema mendapat banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia, Festival Sinetron Indonesia, Festival Film Bandung, dan dari berbagai event serta lembaga-lembaga yang bersimpati. 37

3.1.2 Manajemen

Manajemen di dalam PT Demi Gisela Citra Sinema tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Direktur UtamaProduser, yang dibantu oleh General Manager, Sekretaris, Finance Department, Production Department, dan Creative Department. Sebagai sebuah perusahaan kecil-menengah, beberapa bidang tugas dirangkap oleh satu orang, misalnya General Manager yang merangkap tugas 37 Dokumen privat dari rumah produksi Demi Gisela Citrasinema, diambil pada tanggal 23 Maret 2008 37