Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa. 1 Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri kepada media massa demi pemuasan kebutuhan. Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke pelosok pedalaman. Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak, 1 Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, Cetakan ke-2. h.1 1 memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif. 2 Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI Majelis Ulama Indonesia atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan masyarakat yang makin berubah. Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri. 3 Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi. Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita. Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup 2 Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung: Mizan, 1997 h. 252- 253. 3 A. Muis, Komunikasi Islam. Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000 h.135 ideology. Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan akal seperti itu. 4 Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah. Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih daripada sekedar pesan-pesan verbal semata. Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad 4 Ahmad Mahmud, Dakwah Islam jilid 2 Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, Bogor; Pustaka Thariqul Izzah, 2003 h.111 baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan. Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima. Nilai Overall 4.9 Ceritanya? 4.4 Perantokoh dalam cerita? 4.4 Keaslian cerita 4.4 Kualitas akting pemain 4.3 Musik pendukung 4.3 Apakah rutin mengikuti 4.1 Apakah menikmatinya 4.6 Perbandingannya dengan sinetron lain dengan sutradara yang sama 4.6 Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu diketahui disini, benarkah mereka termotivasi menonton sinetron Para Pencari Tuhan? Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications. Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.