Xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan sepak bola di Indonesia saat ini sedang dalam keadaan yang tidak baik, hal ini dapat dilihat dari prestasi dari timnas Indonesia yang tidak
kunjung membaik. Kekalahan demi kekalahan selalu didapat oleh timnas PSSI. Belum lagi terdapat korupsi di dalam tubuh PSSI, juga ulah dari pendukung
kesebelasan di Indonesia yang hampir setiap pertandingan melakukan kerusuhan. Dengan keadaan yang tidak baik tersebut, akhirnya pemerintah
turun tangan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada dunia sepakbola Indonesia. Pemerintah Khususnya Presiden SBY baru-baru ini
mengadakan Kongres Sepakbola Nasional KSN di Malang, dan menghasilkan butir-butir rekomendasi untuk memperbaiki persepakbolaan di Indonesia.
Semua ini dilakukan pemerintah agar persepakbolaan di Indonesia semakin baik.http:olahraga.tvone.co.id
Indonesia memiliki banyak klub-klub sepak bola yang mewakili tiap-tiap daerah di Indonesia, seperti PERSIJA dari Jakarta, PERSITA dari Tangerang, PERSIB
dari Bandung, PERSEBAYA dari Surabaya, dan lain-lain. Para supporter dari tiap daerah memiliki julukan dan warna masing-masing untuk klub
kesayangannya, seperti The Jakmania untuk pendukung dari PERSIJA dengan simbol berwarna orange, Viking untuk pendukung dari PERSIB dengan simbol
warna biru, Bonek untuk pendukung dari PERSEBAYA dengan simbol warna hijau, dan lain sebagainya. Yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah The
Jakmania. Jakmania merupakan salah satu pendukung yang terbesar di Indonesia adalah The Jakmania yang ada di Jakarta, saat ini jumlah
pendukung The Jakmania berjumlah 33 ribu orang,sesuai dengan pendapat Nugie salah satu pengurus The Jakmania, ”The Jakmania kini menjadi salah
satu kelompok suporter yang di perhitungkan di tanah air. 33 ribu anggota yang tercatat bisa berlipat hingga mencapai angka 100 ribu ketika persija
memainkan laga penting
”.
www.jakmania.org . Para supporter ini mengikuti
jadwal pertandingan dan mereka ada untuk menyaksikan pertandingan dari klub kesayangannya. Klub suporter sepakbola The Jakmania adalah sebuah
organisasi yang memiliki tujuan untuk menghimpun para pecinta bola dan mendukung klub PERSIJA, sebagian besar supporter dari The Jakmania
adalah remaja. Menurut Littrell,dkk dalam Hurlock, 1980 remaja hampir selalu ingin masuk kedalam suatu kelompok tertentu sehingga mau tidak mau remaja
dituntut untuk punya pandangan yang sama dengan anggota kelompok yang lain mengenai berbagai hal. Hal ini menyebabkan remaja cenderung untuk
mengikuti apa yang dilakukan oleh kelompoknya tersebut, misalnya saat sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model
pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer maka kesempatan bagi mereka untuk diterima oleh kelompoknya lebih besar.
Masa remaja biasanya memilki energi yang besar, emosi yang berkobar-kobar sedangkan pengendalian diri remaja masih belum sempurna Ali, 2004
keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon, suatu saat remaja bisa merasa sedih sekali atau marah sekali, dan
emosi remaja lebih kuat dan menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis.Dzulkifli, 2005. Karena remaja terikat dengan kelompoknya, apa-apa
yang diperbuatnya ingin sama seperti kelompoknya, dalam pengalaman pun remaja akan berbuat sama seperti, berpacaran, mencuri dan kecenderungan
untuk melakukan agresivitas.
Berkowitz dalam Luthfi dkk, 2009 mendefinisikan agresivitas sebagai keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam situasi yang
berbeda. Dapat juga dikatakan agresivitas sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif , Berkowitz 1993 juga mendefinisikan agresivitas adalah
usaha untuk melukai atau menghancurkan orang lain, baik secara fisik ataupun psikologis. Agresivitas sering terjadi pada suporter sepakbola, Sejalan dengan
Teori dari Goldstein dalam Carr,2003 yang mengatakan Bahwa agresivitas para penonton akan naik ketika sedang menonton pertandingan atau pun
sesudahnya. Agrevitas itu bisa sangat merugikan bukan hanya materi tapi juga
korban jiwa. Berikut ini adalah beberapa data dari kerusuhan yang terjadi pada pendukung kesebelasan Persija atau The Jakmania.
Tabel 1.1 Data Kerusuhan Suporter Sepakbola
No. Tanggal Tempat Kejadian Korbankerugian
Sumber
1. Februari 2008
Semifinal Liga
Indonesi a XIII,
Jakarta The Jakmania
bentrokan dengan
suporter Persipura
Fathul Mulyadin umur 27 tahun anggota The
Jakmania korwil Ragunan meninggal dunia
www.thejakmania 12.multiply.com
2 27 desember
2008 Bogor Tawuran
antara Supporter
Persikabo dengan The
Jakmania Korban luka-luka dan
rusaknya beberapa ruko di tempat kejadian.
www.detiknews.c om
3. 22 September
2008 Stadion
Lebak Bulus,
Jakarta Sporter
Persija bentrok
dengan suporter
Pelita Jaya 1 orang meninggal dunia
http:bola.vivane ws.com
5. 26 September
2005 Gelora
Bung Karno,
Senayan Para suporter
Persija terlibat bentrok
dengan Persipura
22 polisi dan 6 suporter luka-luka, 11 mobil dan 1
metro mini rusak berat. www.detiknews.c
om
6. 29 November
2009 Jakarta
Barat Perusakan
Bis yang ditumpangi
oleh the Jakmania
1 buah mobil bus PPD rusak
www.poskota.co.i d
7 4 Februari
2010 Jakarta Supporter
Persija rusuh Rusaknya mobil angkutan
umum www.araturka.org
8 19 Februari
2010 Jakarta Kerusuhan
yang dilakukan oleh
The Jakmania Tiga orang korban luka-
luka dan rusaknya mobil bus PPD
http:metrotvnew s.com
9 17 Maret 2010
Jakarta Tawuran
antara The Jakmania
dengan Polisi Rusaknya fasilitas umum
dan Korban luka www.goal.com
Masih banyak kasus-kasus kerusuhan lain selain kejadian diatas yang terjadi hampir pada setiap pertandingan sepakbola di Indonesia. Dari kejadian-
kejadian tersebut dapat dilihat bahwa hampir pada setiap pertandingan selalu terdapat kekerasan ataupun kerusuhan. Tidak hanya pada pendukung Persija
saja tapi juga terjadi pada pendukung sepakbola di daerah lain di Indonesia. Kerusuhan terebut erat kaitannya dengan tindak kekerasan yang merupakan
bentuk dari agresivitas. Menurut Zillman dalam Krahe,2001 menyatakan bahwa orang-orang yang rentan secara emosional memperlihatkan perilaku
agresif lebih tinggi. Menurut Atkinson 2000 Agresi merupakan reaksi emosional. sebagai contoh, reaksi dari amarah seseorang merupakan agresi.
Menurut Kartini Kartono dalam Lutfi, 2009, menyatakan bahwa agresi merupakan reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi
tanpa kendali. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka ia dapat mengelola emosinya untuk tidak meledak, karena amarah yang
berlebihan menimbulkan agresivitas. Dari teori-teori yang dikemukakan para ahli tersebut, tampak bahwa perilaku agresif seorang individu dapat
dikendalikan apabila orang tersebut memiliki kecerdasan emosi.
Kecerdasan Emosi atau lebih dikenal dengan istilah Emotional Intelligence menurut Daniel Goleman 1995 didefinisikan sebagai suatu kesadaran diri,
rasa percaya diri, penguasaan diri, komitmen dan integritas seseorang serta kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan, mempengaruhi,
melakukan inisiatif perubahan dan menerimanya. Dengan demikian seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu mengenali perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain sehingga mampu memotivasi dirinya sendiri serta mampu mengelola emosinya secara baik dalam hubungannya dengan
pihak lain. Menurut Robert K Cooper dalam Ginanjar 2001 kecerdasan emosi
adalah kemampuan merasakan, memahami, dam secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, koneksi, informasi dan
pengaruh yang manusiawi. Sedang Napoleon Hills menamakan kecerdasan emosi sebagai kekuatan berfikir alam bawah sadar yang berfungsi sebagai tali
kendali atau pendorong Ginanjar, 2001. dapat dilihat dari teori kecerdasan emosi di atas bahwa kecerdasan emosi memiliki peran penting dalam
pekembangan manusia. Dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi manusia dapat mengendalikan emosinya termasuk juga kemampuan
seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya Daniel Goleman : 2000.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu menguasai dirinya untuk tidak
melakukan agresivitas. Peneliti memilih kecerdasan emosi pada remaja karena keadaan emosi remaja yang masih labil, emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis Zulkifli : 2005 Dengan seringnya kerusuhan yang terjadi ketika sepakbola khususnya pada
pendukung PERSIJA The Jakmania, hingga jatuhnya korban jiwa dan materi serta larangan atau pencekalan terhadap tim PERSIJA untuk melakukan
pertandingan di Stadion Gelora Bung Karno yang dikutip dari http:bola.vivanews.com, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih
dalam lagi dan mengetahui sejauh mana “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Agresivitas Remaja Pendukung PERSIJA THE JAK MANIA”.
1.2 Identifikasi Masalah