Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
Mekanisme nematisidal jamur endofit yang diperlakukan dapat berupa pembentukan hifa yang mampu menjerat juvenil, membunuh dengan toksin yang
dihasilkan jamur tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bills et al. 2002 dalam Strobel and Daysi 2003 bahwa endofit yang terdapat di daerah tropis menghasilkan
senyawa metabolit sekunder dalam jumlah yang cukup banyak. Nematoda Meloidogyne spp. biasanya menembus jaringan epidermis akar dan bergerak ke jaringan korteks untuk
mengambil makanan tidak mampu bertahan akibat adanya metabolit yang bersifat toksin tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sayre 1971 bahwa selain dengan mekanisme
pembunuhan akibat toksin yang dihasilkan sebagian jamur opotunistik dapat mengkolonisasi nematoda betina sebelum bertelur.
Jumlah puru akar berbanding lurus dengan jumlah populasi akhir nematoda. Tetapi pada penelitian ini ada sedikit penyimpangan, dimana jumlah puru akar terbanyak
adalah perlakuan isolat Penicillium sp. sedangkan jumlah populasi akhir nematoda puru akar terbanyak adalah perlakuan kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan
jumlah populasi nematoda yang terdapat dalam puru akar yang berbeda-beda. Sehingga ada kemungkinan jumlah puru akar yang sedikit memiliki jumlah populasi yang lebih
besar.
4.4 Pengaruh Inokulasi Jamur Endofit terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh jamur endofit terhadap pertumbuhan tanaman memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara masing-masing perlakuan Lampiran C. Berat tajuk tanaman
tertinggi ditemukan pada perlakuan isolat Aspergillus sp6 dengan berat 6,30 gram, diikuti oleh perlakuan Monascus sp. dan Cochliobolus lunatus dengan berat 5,63 dan 4,93 gram.
Tinggi tanaman tertinggi ditemukan pada perlakuan Aspergillus sp2 Lampiran A dengan tinggi 66,33, diikuti oleh perlakuan Aspergillus sp6 dan Cochliobolus lunatus dengan
tinggi 65,67 dan 64,67 cm. Sedangkan untuk panjang akar perlakuan Aspergillus sp6 menunjukkan nilai tertinggi yaitu 23,67, diikuti oleh perlakuan Monascus sp. dengan
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
tinggi 23 cm. Hal ini kemungkinan akibat adanya pengaruh yang diberikan jamur endofit dalam meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara sehingga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Thakiura et al. 2004 menyatakan jamur endofit memiliki kemampuan dalam menginduksi tanaman untuk menghasilkan hormon
pertumbuahn auksin.
Tabel 4.6 Pengamatan pengaruh jenis jamur endofit terhadap pertumbuhan tanaman.
Perlakuan Parameter Pertumbuhan Tanaman
Berat Tajuk gr
Tinggi Tanaman cm
Panjang Akar cm Kontrol
1.93 41.00
10.33 Monascus
sp. 5.63
61.67 23.00
Aspergillus sp1
3.03 56.67
15.67 Aspergillus
sp2 4.37
66.33 20.00
Aspergillus sp3
3.63 58.67
15.67 Aspergillus
sp4 4.17
58.33 18.00
Aspergillus sp5
1.97 57.67
19.00 Aspergillus
sp6 6.30
65.67 23.67
Cochliobolus lunatus
4.93 63.67
20.00 Mucor
sp. 3.30
53.00 16.33
Penicillium sp.
3.53 58.67
21.67 Keterangan : Keseluruhan data yang ditampilkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan , = 0,05
Berat tajuk tanaman terendah ditemukan perlakuan kontrol dengan berat 1,93 gram. Tinggi tanaman terendah ditemukan pada perlakuan kontrol Lampiran A dengan
tinggi 41cm. Sedangkan panjang akar terendah ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dengan panjang 1,53 cm. Hal lain yang diduga adalah kemampuan berbagai jamur endofit
untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pertumbuhan yang dapat meningkatkan pertahanan tanaman. Sebagaimana adanya laporan Silvana 1996 dalam Fahri 2009
bahwa ada pengaruh infeksi G. fasciculatus yang dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, hal ini tampak pada perlakuan G. fasciculatus lebih tinggi bila dibandingkan
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
dengan perlakuan yang hanya menggunakan Meloidogyne spp. selanjutnya ditambahkan oleh Gaspard 1986 yang menyatakan bahwa jamur P. lilacinus memberikan efek
pengendalian yang baik terhadap Meloidogyne spp.
Mekanisme jamur endofit dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah dengan melarutkan fosfat, fiksasi nitrogen Thakiura et al. , 2004. Menurut Rao 1982,
mikroorganisme yang dapat mengubah fosfat tidak larut dalam tanah menjadi bentuk yang dapat larut dengan jalan mensekresikan asam organik tertentu. Contoh asam organik
tersebut antara lain asam format, asetat, propionat, laktat dan suksinat. Jenis jamur yang umum dikelompokkan kedalam kelompok ini adalah jamur berfilamen seperti Aspergillus
dan Penicillium. Selanjutnya Bacon 1991 dan Petrini et al. 1992 menambahkan fungi endofit dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk proses fotosintesis serta melindungi tanaman inang dari serangan penyakit, dan hasil fotosintesis dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Pada tanaman perlakuan yang menunjukkan gejala pertumbuhan yang terganggu kemungkinan disebabkan oleh pengaruh serangan nematoda pada jaringan akar tanaman
tersebut. Hal ini didukung oleh Dropkin 1991 bahwa apabila akar terinfeksi oleh Meloidogyne
spp. maka diferensiasi xilem dan floem pada akar tanaman terganggu yang mengakibatkan pengangkutan zat hara kebagian tanaman diatas permukaan tanaman
makin berkurang, dengan demikian tanaman yang terinfeksi memerlukan lebih banyak energi untuk pertumbuhan tanaman diatas permukaan tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah puru akar tanaman yang banyak tidak selalu menyebabkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini
dapat dilihat pada perlakuan Penicillium sp. memiliki jumlah rata-rata puru akar terbanyak yaitu 56,33 puru tetapi pada kondisi pertumbuhan tanaman berat tajuk, tinggi
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
tanaman, panjang akar nilai terendah adalah perlakuan kontrol Tabel 4.6. Sedangkan perlakuan yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah
perlakuan Aspergillus sp6 dan Aspergillus sp2. Hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus sp. memiliki kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan