Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
yang berumur satu minggu. Isolat nematoda dituangkan ke bagian akar muda yang ditanam pada tanah yang steril. Selanjutnya, nematoda diekstraksi kembali setelah satu
bulan.
Gambar 2.2.1. Juvenil Stadium 2 Meloidogyne spp.
3.4 Isolasi dan Perbanyakan Endofit
Isolasi fungi endofit dari akar padi dilakukan dengan metode Radu and Kqueen 2002 dengan modifikasi. Akar dan batang padi dicuci dengan air mengalir selama 20 menit,
dikeringkan dengan tissu, disterilisasi dengan etanol 2 menit, natrium hipoklorit 5,3 selama 5 menit. Terakhir dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 kali, dan dikeringkan
dengan kertas saring steril. Batang padi dipotong 4 bagian dan sedangkan bagian akar dihaluskan terlebih dahulu kemudian diambil ekstraknya, diletakkan pada media PDA.
Jamur endofit yang diperoleh diinkubasi pada suhu ruang selama 5 hari. Koloni jamur yang diperoleh dibuat biakan murninya untuk diidentifikasi berdasarkan ukuran, bentuk,
pinggir, warna permukaan bawah koloni, serta pengamatan mikroskopik hifa.
3.5 Uji Aktifitas Nematisidal Jamur Endofit secara In Vitro
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
Uji nematisidal jamur endofit dilakukan terhadap ekstrak jamur endofit. Koloni biakan murni jamur endofit yang berumur 6 hari ditambahkan dengan 0,2 ml streptomisin sulfat
0,1, digerus dengan jarum ose yang ujungnya dibengkokkan dan ditampung ekstraknya. Ekstrak jamur dituangkan ke dalam microwhell, diinokulasikan sebanyak 100 juvenil
nematoda puru akar Lampiran A, diinkubasi pada suhu ruang. pengamatan mortalitas juvenil nematoda puru akar Lampiran A dilakukan setelah 24 jam dengan
mempergunakan mikroskop cahaya. Nematoda dapat dianggap mati apabila tidak menunjukkan pergerakan setelah disentuh dengan jarum.
Uji nematisidal In vitro ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap RAL Non Faktorial. Perlakuan terdiri dari jamur endofit, air, dan ekstrak agar. Setiap perlakuan
dibuat dengan 3 kali ulangan.
3.6 Uji Nematisidal Jamur Endofit secara In Vivo
3.6.1 Inokulasi Jamur Endofit dan Nematoda Puru Akar
Uji Nematisidal Jamur Endofit secara In vivo dilakukan pada tanaman padi yang berumur 1 minggu. Bibit tanaman padi dicabut dan direndam dalam suspensi spora jamur
endofit dengan kerapatan 10
7
selama satu jam. Pada minggu selanjutnya diinroduksikan juvenil nematoda puru akar dengan cara penuangan pada bagian akar. Selanjutnya, enam
minggu setelah infeksi akar padi tersebut dicabut untuk menentukan kemampuan aktifitas nematisidal jamur endofit tersebut. Kemampuan aktivitas nematisidal jamur endofit
ditentukan dari jumlah puru akar yang ditemukan pada akar tanaman padi perlakuan.
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
3.6.2 Evaluasi Ketahanan terhadap Nematoda Puru Akar
Evaluasi ketahanan ditentukan dengan menggunakan Metode Sasser et al. 1984, yaitu dengan menentukan indeks puru dan faktor reproduksi. Indeks puru akar ditentukan
dengan Metode Canto-Saenz 1985, yaitu dengan menghitung jumlah puru Lampiran A, selanjutnya diskoring sebagai berikut :
1. Skala 0
: tidak ada puru akar 2.
Skala 1 : terdapat 1-15 puru
3. Skala 2
: terdapat 16-35 puru 4.
Skala 3 : terdapat 36-50 puru
5. Skala 4
: terdapat 51-100 puru 6.
Skala 5 : terdapat lebih dari 100 puru
Populasi akhir nematoda dihitung dengan menjumlahkan jumlah populasi nematoda di akar dan populasi di tanah. Akar tanaman akan diekstraksi dengan metode
Corong Bearman yang dimodifikasi serta dihitung jumlah individu yang diperoleh. Selanjutnya tanah bekas media pertumbuhan tanaman dalam polibag juga diekstraksi
dengan metode yang sama untuk memperoleh jumlah populasi yang terdapat dalam tanah. Sebanyak 100 gram tanah perlakuan diekstraksi dan dihitung jumlah individu nematoda,
dilakukan sebanyak 3 ulangan. Jumlah populasi tersebut dihitung rata-ratanya, dikonversikan dengan volume total tanah perlakuan Lampiran E.
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
Faktor reproduksi pf ditentukan dengan membandingkan jumlah populasi awal dengan jumlah populasi akhir, dengan rumus:
pf = p0pi
dimana :
pf = faktor reproduksi
pi = populasi akhir total
p0 = populasi awal yang diinokluasi
3.6.3 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan pengaruh jamur endofit terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan dengan mengukur adalah berat tajuk gram, tinggi tanaman cm, serta panjang akar
cm. Tanaman perlakuan dicabut dan dipisahkan bagian akarnya. Berat tajuk tanaman diukur dengan menimbang bagian atas tanaman. Sedangkan untuk parameter tinggi
tanaman diukur dari bagian pangkal akar sampai ujung daun tertinggi Lampiran A. Sedangkan panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai bagian ujung akar
tanaman.
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Jamur Endofit
Hasil isolasi jamur endofit dari tanaman padi diperoleh sebanyak 10 isolat yang terdiri dari 5 genus, 3 famili dan 3 ordo serta berasal dari 2 kelas yaitu Ascomycetes dan
Zigomycetes. Kelima genus isolat tersebut adalah Aspegillus, Cochliobolus, Mucor, Penicillium dan Monascus Tabel 4.1. Kelas Ascomycetes merupakan kelas yang paling
banyak diisolasi yaitu sebanyak 9 isolat, sedangkan Kelas Zigomycetes yang diisolasi hanya 1 genus.
Tabel 4.1 Isolat Jamur Endofit yang diperoleh dari tanaman padi GenusSpesies
Famili Ordo
Kelas
Aspergillus sp 1
Eurotiaceae Eurotiales
Ascomycetes Aspergillus
sp 2 Eurotiaceae
Eurotiales Ascomycetes
Aspergillus sp 3
Eurotiaceae Eurotiales
Ascomycetes Aspergillus
sp 4 Eurotiaceae
Eurotiales Ascomycetes
Aspergillus sp 5
Eurotiaceae Eurotiales
Ascomycetes Aspergillus
sp 6 Eurotiaceae
Eurotiales Ascomycetes
Cochliobolus lunatus
Pleosporaceae Pleosporales
Ascomycetes
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
Monascus sp.
Monascaceae Eurotiales
Ascomycetes Mucor
sp. Mucoraceae
Mucorales Zygomycetes
Penicillium sp.
Eurotiales Eurotiales
Ascomycetes
Aspergillus merupakan genus yang paling banyak ditemukan dengan persentase kehadiran sebesar 60. Sedangkan genus lainnya hanya ditemukan masing-masing 1
isolat dengan persentase kehadiran 10 Gambar 4.1. Hal ini mungkin dikarenakan Aspergillus merupakan jamur yang bersifat kosmopolitan tersebar di seluruh permukaan
bumi.
Gambar 4.1 Persentase kehadiran genus yang diisolasi dari tanaman padi
Genus Aspergillus hasil isolasi memiliki karakteristik yang berbeda untuk masing- masing isolat. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari warna permukaan atas koloni, warna
permukaan bawah koloni, tekstur permukaan koloni, serta bentuk konidianya Tabel 4.1.2. Genus ini memiliki ciri mikroskopis yang mudah dibedakan dengan jamur lain,
yaitu memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta, tidak bercabang dan ujungnya membengkak membentuk vesikel. Pada permukaaan vesikel terbentuk phialid yang
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
menghasilkan konidia. Aspergillus merupakan jamur yang memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi, terdapat sekitar 180 jenis anamorf dan 70 jenis teleomorf Samsons et
al ., 1995. Genus ini memiliki kemampuan dalam mengikat N bebas dan melarutkan
pospat dalam tanah Goenadi et al., 1995. Genus ini juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi tanaman, karena dapat melarutkan pospat dan mengikat nitrogen Rao,
1982.
Tabel 4.2 Karakteristik Isolat Jamur Endofit yang diperoleh dari tanaman padi
Jenis Warna Koloni
Permukaan Koloni
Konidia Atas
Bawah
Aspergillus Sp.1
Hijau krem Hijau
Kasar Ovate
Aspergillus Sp.2
Cokelat kekuningan
Krem Halus
Ovate Aspergillus
Sp.3 Kuning
kecokelatan Cokelat
Halus Ovate
Aspergillus Sp.4
Hijau kecokelatan
Abu-abu Kasar
Ovate
Aspergillus sp.5
Hijau Hijau
Halus Globose
Aspergillus sp.6
Hitam Hitam
Kasar Ovate
Cochliobolus lunatus
Hitam abu-abu Hitam
Halus Geniculate
Monascus sp. Putih
Kuning kemerahan
Halus Ovate
Mucor sp. Krem
kekuningan Krem
Kasar Ovate
Penicillium sp.
Hijau Hijau krem
Kasar Globose
Isolat Cochliobolus lunatus yang diperoleh memiliki ciri koloni yang berwarna hitam abu-abu, konidia geniculate Tabel 4.2. Menurut Gandjar et al.2000 spesies ini
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
bersifat heterotalik. Askomata terbentuk sesudah perkawinan dari hifa pada stromata berbentuk kolumnar, dan pematangan setelah 20 hari. Spesies ini banyak sekali
ditemukan di daerah tropis, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan telah diisolasi dari sawah, perkebunan, kacang-kacangan, rhizosfer padi. Spesies ini memiliki suhu
pertumbuhan optimum 24 C-30
C. Spesies ini dapat bertahan hidup selama 2 tahun dalam tanah dalam bentuk sklerotia.
Isolat Penicillium sp. yang diperoleh memiliki ciri koloni yang berwarna hijau krem, permukaan kasar Tabel 4.2 Menurut Gilman 1971 Genus Penicillium memiliki
hifa vegetatif yang menjalar, bersekat, dan pada bagian apeks memiliki vertisilia yang muncul dari percabangan primer yang tegak lurus, dan masing-masing vertisilia memilki
percabangan sekunder metula dan terkadang memiliki percabangan tersier phialid. Konidianya berbentuk globose, bulat telur oval atau elips, halus ataupun kasar Genus ini
merupakan jamur yang kosmopolit yang bersifat saprofit dan parasit pada tanaman tingkat tinggi. Penicillium digitatum misalnya telah berhasil diisolasi dari tanaman padi
dan jagung Samsons et al., 1995.
Monascus sp. yang diisolasi memiliki karakter warna koloni putih dengan warna
sebalik koloni berwarna kuning kemerahan, konidia ovate Tabel 4.2, memiliki khlamidospora dan hifa yang bersekat. Menurut Hawksworth dan Pitt 1983, Monascus
adalah sejenis kapang yang tidak banyak ditemukan di alam dan umumnya ditemukan dalam produk makanan misalnya beras. Beras yang difermentasi dengan jamur ini akan
berwarna merah yang biasanya dikenal dengan nama angkak. Komponen utama dari pigmen ini adalah rubropunktatin berwarna merah, monaskorubin juga berwarna merah,
monaskin berwarna kuning, ankaflavin juga berwarna kuning, rubropunktamin berwarna ungu dan monaskorubramin yang juga berwarna ungu Suwanto, 1985. Monascus juga
menghasilkan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh setelah fase stasioner pada pertumbuhan yaitu Lovastatin Brown dan Goldstein, 1991.
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
Mucor sp. yang diisolasi memiliki karakteristik warna koloni berwarna krem,
tekstur permukaan kasar, dan konidia bentuk ovateTabel 4.2. Menurut Gilman 1971, miselium Mucor tersebar luas di dalam atau diluar substrat, tanpa rhizoid, dan umumnya
memiliki banyak percabangan. Sporangia biasanya tegak lurus pada simpodial sporangiospor, dan memiliki banyak warna. Memiliki kolumela, dengan variasi bentuk
dan tipe, ada yang berwarna dan ada yang tidak. Raymond and Poitcelot 1978 dalam Hidayati 2005 menyatakan Mucor termasuk kelompok jamur termofilik dan hidup
dalam kondisi asam serta mampu mendegradasi senyawa kompleks menjadi senyawa organik sederhana.
4.2 Kemampuan Nematisidal secara In vitro
Uji nematisidal jamur endofit terhadap Meloidogyne spp. secara in vitro menunjukkan bahwa isolat Monascus sp. dan Aspergillus sp1 memiliki kemampuan tertinggi dalam
membunuh juvenil Meloidogyne spp. adalah perlakuan isolat Monascus sp. menyebabkan mortalitas juvenil Meloidogyne spp. sebesar 45 dan Aspergillus sp1 sebesar 39,33
Tabel 4.3. Hal ini menunjukkan bahwa isolat Monascus sp. dan Aspergillus sp1 memiliki kemampuan dalam membunuh juvenil Meloidogyne spp. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh toksin yang dihasilkan jamur tersebut. Sesuai dengan pernyataan Sayre 1971 menyatakan bahwa mekanisme pengendalian nematoda oleh jamur diduga akibat
pengaruh toksin yang dihasilkan jamur yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan nematoda parasit. Selanjutnya Hawksworth dan Pitt 1983 menyatakan Monascus sp.
merupakan jamur yang banyak menghasilkan metabolit sekunder, seperti Lovastatin yang diaplikasikan untuk menurunkan kadar kolesterol darah, menghasilkan antibiotik
Brown dan Goldstein, 1991. Selanjutnya Gronvold et al. 1993 menyatakan bahwa beberapa jenis jamur dapat membuat perangkap atau penjerat pada saat larva bergerak
mengenai hifa. Jamur tersebut juga mampu mengeluarkan zat kemoatraktan dan enzim
Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi Oryza sativa L. Terhadap Nematoda Puru Akar Meloidogyne SPP., 2010.
pengurai kutikula, sehingga larva melekat dan selanjutnya terjadi penguraian lapisan kutikula yang menyebabkan kematian larva nematoda tersebut. Peneliti lain membuktikan
bahwa jamur oportunistik dapat mengkolonisasi nematoda betina sebelum nematoda tersebut bertelur Sayre, 1971.
Tabel 4.3 Mortalitas juvenil Meloidogyne spp. akibat pengaruh pemberian
ekstrak jamur endofit. Perlakuan
24 Jam Mortalitas
Air 11.00
d
Monascus sp.
45.00
a
Aspergillus sp1
39.33
a
Aspergillus sp2
21.00
c
Aspergillus sp3
23.00
b
Aspergillus sp4
15.33
c
Aspergillus sp5
17.33
c
Aspergillus sp6
22.67
bc
Cochliobolus lunatus 22.33
bc
Mucor sp.
16.00
c
Penicillium sp.
21.67
bc
Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata berdasarkan uji Dunc
an, = 0, 05.
4.3 Kemampuan Nematisidal Jamur Endofit terhadap Meloidogyne spp. secara