Konflik Kehidupan Seorang Clubber

Seviria Marlina Panjaitan : Konflik Kehidupan Seorang Clubber Sebuah Tinjauan Studi Kasus, 2009 USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab I yaitu bagaimana konflik kehidupan seorang clubber, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Konflik Kehidupan Seorang Clubber

Konflik yang dialami partisipan sebagai seorang clubber, pada awalnya terjadi ketika rasa ingin tahu dan rasa penasaran partisipan untuk mencoba clubbing masih dihadapkan dengan rasa penolakan di dalam dirinya. Adanya dua daya yang saling bertentangan, yakni daya penolakan, atau takut, atau merasa berdosa di dalam diri partisipan harus dihadapkan dengan daya akan rasa ingin tahu atau penasaran di dalam dirinya. Setelah ia menjalani kehidupan sebagai seorang clubber, partisipan pun lantas megalami konflik dengan teman-temannya, tatkala ia merasa terpaksa mengikuti kemauan teman-temannya untuk melakukan hal yang tidak ia kehendaki, dan merasa terus dimanfaatkan oleh teman-temannya. Konflik batin yang partisipan rasakan saat menjalani kehidupan sebagai seorang clubber, tetap ada. Tatkala ia tetap merasa ada sebongkah penolakan di dalam jiwanya, namun ia masih tetap melaksanakan kegiatan-kegiatannya sebagai clubber dikarenakan masih dikuasai oleh kesenangan semu, dan juga merasa tidak Seviria Marlina Panjaitan : Konflik Kehidupan Seorang Clubber Sebuah Tinjauan Studi Kasus, 2009 USU Repository © 2009 ada yang tahu atau mengawasi perbuatannya Partisipan merasa di dalam dunia clubbing lah ia dapat merasa bebas, lepas, tenang dan senang, serta terhindar dari segala stres yang membelenggu kehidupannya, sehingga meskipun masih ada penolakan di jiwanya, ia tetap melakukannya. Pada akhirnya, waktu telah mengikis segala kesenangan semu yang ia rasakan sebagai seorang clubber, dan partisipan pun merasa jenuh dan bosan akan kehidupan dunia malamnya tersebut. Partisipan ingin berubah dari kesehariannya sebagai seorang clubber, namun masih susah untuk menolak hasratnya kembali kepada dunia malamnya. Ia masih susah menolak ajakan teman-temannya yang kerapkali mempengaruhinya untuk tidak meninggalkan dunia clubbing dan perkataan teman-temannya yang menganggapnya sombong dan munafik jika ia tidak menjalani kegiatan clubbing lagi. Partisipan juga masih merasa ketergantungan dengan materi yang bisa diraupnya dengan mudah dari bisnis dunia malam tersebut. Konflik di dalam dirinya masih terus berlanjut hingga sekarang. Hal tersebutpun kemudian membawa dampak bagi hubungan dengan lawan jenisnya. Partisipan ingin sekali menjalin sebuah hubungan yang serius, membangun rumah tangga, memiliki anak dan membentuk keluarga, seperti orang-orang padaumumnya, namun ia menolak dirinya sendiri untuk melangsungkan hal itu, karena di hatinya masih tetap ada konflik yang berkecamuk. Partisipan takut untuk membeberkan masa-masa suramnya dulu kepada pasangannya, karena takut pasangannya tidak dapat menerima dirinya apa adanya. Seviria Marlina Panjaitan : Konflik Kehidupan Seorang Clubber Sebuah Tinjauan Studi Kasus, 2009 USU Repository © 2009

2. Tipe-Tipe Konflik yang Dialami Seorang Clubber