7 merah. Serangga kecil itu dibuat serbuk dan kemudian diberi amonia. Lipstik
yang tidak terhapus dikenalkan pada tahun 1920-an. Pewarna pada lipstik jenis ini, warnanya samar ketika berada dalam tabung. Namun, ketika bersentuhan
dengan bibir warnanya muncul dan tetap tinggal selama beberapa jam. Di akhir tahun 1960-an, yang populer justru lipstik yang samar dan warnanya mudah
hilang. Kini orang kembali ke tahun 1920-an, lipstik yang tren adalah yang terang benderang ditambah dengan berbagai corak warna sesuai dengan mood
pemakainya Ismunandar, 2007. Badan lipstik terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin, biasanya lilin
tawon lebah. Campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir ketika
digunakan. Senyawa ester, seperti 2-propil miristat, biasanya ditambahkan untuk mengurangi kelengketannya Ismunandar, 2007.
Pewarna yang digunakan dalam lipstik harus bersifat tidak larut dalam air, sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna. Jadi, biasanya yang
digunakan adalah pewarna yang larut dalam minyak dan tidak larut dalam air Ismunandar, 2007.
2.3 Zat Pewarna
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan. Zat warna yang akan digunakan harus
menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis
media terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pernberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali
8 terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada
pembuatan zat pewarna organik. Sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali
tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan
arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Di Indonesia, peraturan
mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722MenkesPerIX8 Cahyadi,
2009.
Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Bahan Pewarna Nomor Indeks
Warna C.I.No.
Citrus red No. 2 Ponceau 3R
Ponceau SX Rhodamin B
Guinea Green B Magenta
Chrysoidine Butter Yellow
Sudan I Methanil Yellow
Auramine Oil Oranges SS
Oil Oranges XO Oil Yellow AB
Oil Yellow OB Red G
Food Red No. 1 Food Red No. 5
Acid Green No. 3 Basic Violet No. 14
Basic Orange No. 2 Solvent Yellow No. 2
Food Yellow No. 2 Food Yellow No. 14
Ext. D C Yellow No. 1 Basic Yellow No. 2
Solvent Oranges No. 7 Solvent Oranges No. 5
Solvent Oranges No. 6 12156
16155 14700
45170 42085
42510 11270
11020 12055
13065 41000
12100 12140
11380 11390
Cahyadi, 2009.