Zat Pewarna TINJAUAN PUSTAKA

8 terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik. Sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722MenkesPerIX8 Cahyadi, 2009. Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Citrus red No. 2 Ponceau 3R Ponceau SX Rhodamin B Guinea Green B Magenta Chrysoidine Butter Yellow Sudan I Methanil Yellow Auramine Oil Oranges SS Oil Oranges XO Oil Yellow AB Oil Yellow OB Red G Food Red No. 1 Food Red No. 5 Acid Green No. 3 Basic Violet No. 14 Basic Orange No. 2 Solvent Yellow No. 2 Food Yellow No. 2 Food Yellow No. 14 Ext. D C Yellow No. 1 Basic Yellow No. 2 Solvent Oranges No. 7 Solvent Oranges No. 5 Solvent Oranges No. 6 12156 16155 14700 45170 42085 42510 11270 11020 12055 13065 41000 12100 12140 11380 11390 Cahyadi, 2009. 9 Menurut Joint FACWHO Expert Committee on Food Additives JECFA zat pewarna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal dua macam pewarna buatan, yaitu dyes dan lakes Cahyadi, 2009. Tabel 2.2 Kelas-kelas Zat Pewarna Buatan Menurut JECFA Nama Warna Azo: 1. Tartrazin 2. Sunset Yellow FCF 3. Allura Red AC 4. Ponceau 4R 5. Red 2G 6. Azorubine 7. Fast Red E 8. Amaranth 9. Brilliant Black BN 10. Brown FK 11. Brown HT Triarilmetana: 12. Brilliant Blue FCF 13. Patent Blue F 14. Green S 15. Fast Green FCF Quinolin: 16. Quinoline Yellow Xanten: 17. Erythrosine Indigoid: 18. Indigotine Kuning Oranye Merah kekuningan Merah Merah Merah Merah Merah kebiruan Ungu Kuning coklat Coklat Biru Biru Biru kehijauan Hijau Kuning kehijauan Merah Biru kemerahan Cahyadi, 2009. 10 Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu: 1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan, air, alkohol, atau minyak. Contoh pewarna kosmetika adalah: Pewarna asam acid dyes yang merupakan golongan terbesar pada pakaian, makanan dan kosmetik. Unsur terpenting dalam pewama ini adalah gugus azo. Solven dyes yang larut dalam air dan alkohol, misalnya: DC merah, merah hijau No.17, violet, kuning. Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC Orange, merah dan kuning. 2. Pewarna yang tidak dapat larut dalam air insoluble, yang terdiri atas bahan organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida. Tidak semua zat warna dapat digunakan dalam kosmetika. Kulit di beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit di sekitar mata, kulit di sekitar mulut dan bibir Wasitaatmadja, 1997. Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil suatu produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Contoh warna suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai bentuk kecantikan. Adapun tujuan pemberian warna pada suatu bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah agar bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap suatu hasil pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik yang penting adalah keamanan bagi para pemakai zat warna, sebab pemakaian keliru dapat menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti memberikan efek karsinogenik, teratogenik, alergi dan lain-lain Sudarmadji, 2003. 11 Ponceau 3R merupakan zat berbentuk butiran atau serbuk warna merah hingga merah tua dan mempunyai sifat tidak berbau. Selain itu zat tersebut mudah larut dalam air, dalam gliserol P, serta sukar larut dalam etanol P. Dipasar zat ini banyak dijumpai di minuman ringan bahkan beberapa produk sirup dan juga produk kosmetik ditambahi zat ini. Zat pewarna merah pada lipstick,dan jeli atau agar-agar terbukti mengandung ponceau Wijaya, 2000. Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Batas Maksimum Penggunaan Amaran Biru berlian Eritrosin Hijau FCF Hijau S Indigotin Ponceau 4R Kuning Kuinelin Kuning FCF Riboflavina Tartrazine Amaranth : CI Food Red 9 Brilliant blue FCF : CI Food Red 2 Erithrosin : CI Food Red 14 Fast Green FCF : CI Food Green 3 Green S : CI Food Green 4 Indigotin : CI Food Blue I Ponceau 4R : CI Food Red 7 Quineline yellow : CI Food yellow 3 Sunset yellow FCF : CI Food yellow 3 Riboflavina Tartrazine 16185 42090 45430 42053 44090 73015 16255 74005 15980 - 19140 Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Cahyadi, 2009. 12

2.4 Arti dan Jenis Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, yang telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna Sastrohamidjojo, 1985. Metode pemisahan merupakan bagian penting dari analisis kromatografi dan telah berkembang menjadi teknik pemisahan utama. Pemisahan adalah kata yang timbul dari penggunaannya yang mengacu pada analisis kimia. Namun demikian, ada beberapa manfaat dalam mempertimbangkan kata itu dengan tepat, definisi umum seperti yang disarankan oleh Rony: Pemisahan adalah kondisi hipotesis dimana ada isolasi lengkap, dengan m daerah makroskopik yang terpisah, masing-masing komponen kimia m yang terdiri dari campuran. Dengan kata lain, tujuan dari setiap pemisahan adalah proses untuk mengisolasi komponen kimia m dalam bentuk murni, dimana m berbentuk seperti botol kaca atau botol polyethylene Miller, 1988. Dalam Kromatografi, satu fase diadakan bergerak atau diam, dan yang lainnya melewati fase gerak itu. Sebutan GC dan LC mengacu pada keadaan fisik dari fase gerak. Klasifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan penamaan fase gerak dan fase diam, dengan demikian kita memiliki sifat kromatografi gas-padat DS, gas-cair GL, cair-cair LL, dan cair-padat LS. Baru-baru ini, cairan superkritis telah digunakan sebagai fase gerak, dan setelah itu teknik ini dinamakan sebagai kromatografi cairan superkritis SFC terlepas dari keadaan fase diam Miller, 1988. 13 Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu satu fasa tetap stationary dan yang lain fasa bergerak mobile. Fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah: 1. Fasa bergerak zat cair-fasa tetap padat: Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi - Kromatografi lapisan tipis - Kromatografi penukar ion. 2. Fasa bergerak gas-fasa tetap padat: - Kromatografi gas padat 3. Fasa bergerak zat cair-fasa tetap zat cair: Dikenal sebagai kromatografi partisi - Kromatografi kertas 4. Fasa bergerak gas-fasa tetap zat cair: - Kromatografi gas-cair - Kromatografi kolom kapiler Sastrohamidjojo, 1985.

2.5 Kromatografi Kertas Kkt

Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah dikerjakan di mana proses dikenal sebagai “analisa kapiler”. Metoda-metoda seperti ini sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa Sastrohamidjojo, 1985.