Tahap Penyelesaian Denovement Alur

lxii saadfa ‛u mā tatlbīna. Qālat : lā. Qāla : sadiqīnī, saadfa‛ . Qultu : lan tastatī‛u an tadfa‛a samanī liannahu gālin jiddān. Qāla : astatī‛u an adfa‛u ayyu samanin, faanā amīri ‛arabī. Qultu : wa anā aidān amīratan. Qāla : saadfa ‛u alfān. Qultu : lā. Qāla : al-faini. Sabbata ainī fī ainīhi, wa arafatu lahu: salāsatu alfin. Qāla : awāfiqu “saya akan bayar berapa pun yang kau minta. Tidak, saya ulangi lagi. Percayalah kepadaku, saya akan membayarmu berapa saja yang kau minta. Kau tidak dapat membayar hargaku, terlalu tinggi. Saya dapat membayar harga berapa pun juga. Saya seorang pangeran Arab. Dan aku seorang putrid. Saya akan membayar seribu. Tidak. Dua ribulah. Saya menatap matanya dalam-dalam. Saya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang pangeran atau dari keluarga kerajaan, karena ada rasa takut yang memantul dari lubuk hatinya. Tiga ribu, kata saya. Saya terima. Al-Sa’dawi, 2000: 142 Firdaus masih marah dengan semua yang dialaminya, termasuk dengan pangeran Arab itu. Sehingga ia mencoba untuk membunuh pangeran Arab. Berikut kutipannya : waittasi ‛at aināhu fī ża‛rin hīna najara fī ainī, wa qultu lahu : atusaddiqu al-ana annanī yumkinu an uqtulaka? Faanta lasta illā bi‛audati tanfiqu al-alāfin min amwāli sya‛bika al-jā i‛i alā al-mūmisāti. “Saya berkata, barangkali sekarang kau akan percaya bahwa saya benar-benar mampu untuk membunuhmu, karena kau tidak lebih dari pada seekor serangga, dan apa yang kau perbuat hanyalah menghabiskan uang beribu-ribu yang kau ambil dari rakyatmu yang mati kelaparan untuk diberikan kepada pelacur Al-Sa’dawi, 2000: 145-146

5. Tahap Penyelesaian Denovement

Tahap penyelesaian pada cerita ini penangkapan Firdaus oleh polisi ketika ia sedang mencoba membunuh pangeran Arab tersebut. Berikut kutipannya : Universitas Sumatera Utara lxiii Wa qabla an arfa ‛a yadī li′asfa‛ahu marratan ukhrā, sarakha mustanjidān, kamā tasrakhu an- nisā′i mustanjidātu. Lam yakfi an as-sarākhi hattā aqbalu linajdatahi rijālu albūlīsi. Wa qāla lahum : amsakūhā Innahā qātalatan mujrimatan “sebelum saya sempat mengangkat kembali tangan saya ke atas, ia berteriak dalam keadaan panik seperti seorang perempuan dalam kesulitan. Dia tak berhenti sampai polisi tiba di tempat itu. Ia berkata kepada polisi, jangan biarkan ia bebas. Ia seoarang penjahat, seorang pembunuh” Al-Sa’dawi, 2000: 146 Wa qabūlūnī bilhadīdi, wa sāqūnī ilā al-sijni, wa aglaqū alayyā al-abwaāba wannafiża. Kuntu a‛rafa limāżā yukhāfūna minnī ilā hażā al -haddi. “mereka mengenakan borgol baja pada pergelangan tangan saya, dan membawa saya ke penjara. Dalam penjara mereka memasukkan saya ke dalam sebuh kamar yang pintu dan jendelanya selalu ditutup” Al-Sa’dawi, 2000: 147 Alur kemudian kembali ke masa sekarang, yaitu saat Firdaus sedang bercerita dengan dokter penjara. Saat itu firdaus sedang menunggu petugas penjara membawanya untuk dihukum mati. Berikut kutipannya : wa anā - . Wa fī sabāhi al-gadi lan akūna hunā. Wa lan akūna fī ayyu makāni ya‛rifuhu ahadi. “sekarang saya sedang menunggu mereka, sebentar lagi mereka akan datang menjemput saya. Besok pagi saya tidak akan ada lagi di sini. Saya akan berada di suatu tempat yang tidak seorang pun tahu”. Al-Sa’dawi, 2000: 148 Cerita dalam novel ini diakhiri dengan pelaksanaan hukuman mati firdaus. Ia dibawa oleh petugas penjara untuk melaksanakan eksekusi. Berikut kutipannya : Universitas Sumatera Utara lxiv lianna al- bāba anfataha fajatan, wa raaitu addadān min rijālin al-būlīsi al- muslhīna, ahātū bihā alā syaklin dāiratin, wa sami ‛tu ahdahum yaqūlu lahā : hayyā, hāna maw‛iduka. Wa żahabat maahum, wakhtafit min amāmi ainī ilā al- abda “sebab, tiba-tiba pintu didorong sampai terbuka, tampak beberapa petugas kepolisisan yang bersenjata. Mereka mengelilingi Firdaus dalam suatu lingkaran, dan saya dengar seorang di antara mereka berkata : “mari kita berangkat...waktumu sudah tiba”. Saya melihat ia berjalan keluar bersama mereka. Saya tidak pernah melihatnya lagi” Al-Sa’dawi, 2000: 154

3.4. Analisis Tanda-tanda Semiotik dalam Novel