Tahap Puncak Clikax Alur

lix mengambil sebagai imbalannya. Tetapi di dalam cinta saya berikan tubuh dan jiwa saya, pikiran dan segala upaya yang dapat saya kumpulkan, dengan cuma- cuma”Al-Sa’dawi, 2000: 124

4. Tahap Puncak Clikax

Firdaus mendapatkan tekanan batin dengan kenyataan bahwa Ibrahim hanya memanfaatkan dirinya dan lebih mengejar pangkat dengan menikah dengan anak pimpinan perusahaan. Firdaus pergi meninggalkan pekerjaannya dan ia kembali hidup di jalanan. Berikut kutipannya : Khataba ibnatu ra ′īsi majlisi al-adirāti bi al-amsi. Syābun żakiyyun yastahiqqun kulla khairin. Mustaqbalahu bāhara. sayus‛idu sarī‛an fī asyarikati. “Dia telah bertunangan kemarin dengan anak gadis sang Presiden Direktur. Dia seorang pria yang cerdik, dan berhak menerima peruntungan apa pun yang datang kepadanya. Dia punya masa depan yang gemilang dan akan naik dengan cepat di perusahaan ini”Al-Sa’dawi, 2002: 121 Firdaus bertemu seorang germo bernama Marzouk. Marzouk memaksa Firdaus agar mau bekerja untuknya. Marzouk berdalih bahwa ia akan melindungi Firdaus dari polisi dari germo-germo lainnya. Berikut kutipannya : wa dahika ar-rajulu al- quwwādu, wa kāna ismuhu “marjauqu”. Wahuwa yurāqibnī min ba‛id, wa anā abhasu an syai′in yahmīnī minhu dūna jadwā. “Dan lelaki ini, germo ini, yang bernama Marzouk, tertawa besar ketika ia mengamati saya dari jauh, berupaya keras tanpa hasil mencari sesuatu jalan untuk melindungi dari ancamannya”Al-Sa’dawi, 2000: 135 Universitas Sumatera Utara lx māżā turīdu minnī? Qāla: urīdu an ahmīka min ar-rijāli - użu amwālī, ammā jasadī fahuwa milku lī“Apa yang kau inginkan dari saya? Tanya saya. Aku ingin mlindungimu dari orang lain, jawabnya. Tetapi tak ada orang lain kecuali kamu yang mengancam saya. Jika bukan saya, aka nada orang lain. Germo-germo berkeliaran di mana-mana. Jika kau menhendaki saya kawin denganmu, dengan segala senang hati saya bersedih. Saya tidak melihat perlunya kawin dengan kamu. Sudah cukup jika kau mengambil bagian yang saya peroleh. Tubuh ini setidak-tidaknya tetap masih milik saya” Al-Sa’dawi, 2000: 135-136 Dalam diri, Firdaus bertekad untuk berhenti menjadi pelacur dan ingin bebas agar tidak selalu diinjak-injak oleh kaum laki-laki. Ia berusaha melepaskan diri dari jeratan germo yaitu Marzouk. Tetapi Marzouk menghalanginya. Berikut kutipannya : hāwalat an ahraju min al-bābu, lakinnahu dafaani wa aglaqu al-bābu. Sabatu ainī fī ainīhu wa qultu lahu: sā kharaja. Qāla wahuwa yusbitu ainīhu fī ainī : lan takharajī. “saya mencoba menyelinap melalui pintu, tetapi dia mendorong saya kembali dan menutupnya. Saya menatap matanya dan berkata : saya ingin pergi. Dia kembali menatap mata saya. Saya dengar dia memberengut, kau tak boleh pergi” Al-sa’dawi, 2000: 139 Firdaus akhirnya membunuh Marzouk. Firdaus menikamnya dengan pisau. Kemudian Firdaus pergi meninggalkan rumah Marzouk dan kembali hidup di jalanan. Berikut kutipannya : Universitas Sumatera Utara lxi wa amsaktu al-babu li aftahahu, farafa ‛a yadahu āliyān wasifa‛anī, farafa‛tu yadī a ‛lā min yadihi wasaf‛atuhu. Waraaita asyarara al-ahmara fī ‛aynīhi,watuharrikatu yadahu nahwi jībahu liyakharuja as-sikīna. Lakinna yadī kānat asri‛u min yadihi, wa agmadati as-sikīna fī ‛unqihi. Wa ukhrijtu as -sikīnu min ‛unqihi, summa agmadatahu marratan sāniyatan fīsadrihi, wa ahrajtahu, waagmadatahu fī batinihi , agmadata as- sikīna. Wadihasat lisuhūlati harakatin yadī wahiya tagamada as-sikīna. Wadihasat aksaru liannanī lam af ‛alhā min qabla “saya berhasil memegang grendel pintu dan membukanya, tetapi dia mengangkat tangannya ke atas dan menampar muka saya. Saya angkat tangan saya lebih tinggi dari yang ia lakukan, dan dia memukul dengan keras pada mukanya. Warna putih pada matanya menjadi merah. Ia mulai mengambil pisau yang ada dalam kantungnya, tetapi tangan saya lebih cepat dari tangannya. Saya angkat pisau itu dan nenancapkannya dalam-dalam di lehernya, lalu mencabutnya kembali dan menusukkannya dalam-dalam ke dadanya, mencabutnya keluar dan menusukkannya ke perutnya. Saya tusukkan pisau itu ke hampir semua bagian tubuhnya saya heran ketika mengetahui bagaimana mudahnya tangan saya itu bergerak ketika saya menhunjamkan pisau itu ke dalam dagingnya dan menariknya keluar hampir-hampir tanpa usaha. Al-Sa’dawi, 2002: 139-140 Di jalan, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang mengaku pada seorang pangeran Arab . Ia menyewa Firdaus dengan harga tiga ribu. Berikut kutipannya : Universitas Sumatera Utara lxii saadfa ‛u mā tatlbīna. Qālat : lā. Qāla : sadiqīnī, saadfa‛ . Qultu : lan tastatī‛u an tadfa‛a samanī liannahu gālin jiddān. Qāla : astatī‛u an adfa‛u ayyu samanin, faanā amīri ‛arabī. Qultu : wa anā aidān amīratan. Qāla : saadfa ‛u alfān. Qultu : lā. Qāla : al-faini. Sabbata ainī fī ainīhi, wa arafatu lahu: salāsatu alfin. Qāla : awāfiqu “saya akan bayar berapa pun yang kau minta. Tidak, saya ulangi lagi. Percayalah kepadaku, saya akan membayarmu berapa saja yang kau minta. Kau tidak dapat membayar hargaku, terlalu tinggi. Saya dapat membayar harga berapa pun juga. Saya seorang pangeran Arab. Dan aku seorang putrid. Saya akan membayar seribu. Tidak. Dua ribulah. Saya menatap matanya dalam-dalam. Saya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang pangeran atau dari keluarga kerajaan, karena ada rasa takut yang memantul dari lubuk hatinya. Tiga ribu, kata saya. Saya terima. Al-Sa’dawi, 2000: 142 Firdaus masih marah dengan semua yang dialaminya, termasuk dengan pangeran Arab itu. Sehingga ia mencoba untuk membunuh pangeran Arab. Berikut kutipannya : waittasi ‛at aināhu fī ża‛rin hīna najara fī ainī, wa qultu lahu : atusaddiqu al-ana annanī yumkinu an uqtulaka? Faanta lasta illā bi‛audati tanfiqu al-alāfin min amwāli sya‛bika al-jā i‛i alā al-mūmisāti. “Saya berkata, barangkali sekarang kau akan percaya bahwa saya benar-benar mampu untuk membunuhmu, karena kau tidak lebih dari pada seekor serangga, dan apa yang kau perbuat hanyalah menghabiskan uang beribu-ribu yang kau ambil dari rakyatmu yang mati kelaparan untuk diberikan kepada pelacur Al-Sa’dawi, 2000: 145-146

5. Tahap Penyelesaian Denovement