lvi
Wa asbaha yuglaqu alayya bābun asyaqati qabla an yakhruju, wa asbahat anāmu alā al-ardi fī alhajarati al-ukhrā. waya′tī fī muntasafi al-laili, yasyudda
annī al-gatā′u, wa yasfa‛nī, wa yar qad fawqī. Lam akun aftaha ainī, waatruku jasdī tahta jasadahu bigairi harakatin wa lā ragbatin wa lā lażatin wa lāayyi
syai ′in, jasada mayyatin lā hayātan fīhi, kaqataati min al-khasbi, aw jūrabu min
al- qatni, aw fardatan hażā
′a. Ważāta mar rata ahassastu an jasadahu asqala mimmā kāna. Wa infāsahu lahā rā′ihatu lam asymuha min qabla, wa fatahat ainī
fara aita fawqa wajhī wajhā akhara gaira wajhu biyaumī. “dia lalu mengurung saya sebelum pergi. Sekarang saya tidur di lantai dikamar lain. Dia pulang tengah
malam, menarik kain penutup dari tubuh saya, menampar muka saya, dan merebahkan tubuhnya di atas tubuh saya dengan seluruh berat bebannya. Saya
tetap memejamkan mata dan menyingkirkan tubuh saya. Siapa kau? Kata saya. “Biyoumi”jawabnya. Saya mendesak dan, kau bukan Biyoumi. Siapa kau. “apa
sih bedanya? Biyoumi dan aku adalah sama. Kemudian dia bertanya. Kau merasakan nikmat?”Al Sa’dawi, 2000: 72
fakharajat min baiti biyaumī ilā asyāri‛u ajrī. Asbaha asyāri‛u huwa al -makānu al-
amnu allażī ajrī ilaihi, wa al-laqī fīhi bikulli nafsī “saya lari dari rumah Biyoumi ke jalanan. Karena jalanan telah menjadi satu-satunya tetempat yang
paling aman tempat saya dapat mencari tempat berlindung, dan ke situ saya dapat melarikan diri dengan seluruh jiwa raga saya”Al-Sa’dawi, 2000: 73
3. Tahap peningkatan konflik Rising Action
Tahap ini terjadi ketika Firdaus melarikan diri dari Biyoumi dan bertemu dengan Sharifa. Ia diajak Sharifa untuk ikut bersamanya. Firdaus kemudian
mengetahui jika Sharifa adalah seorang germo dan ia menjadikan Firdaus sebagai pelacur yang mahal. Berikut kutipannya :
Universitas Sumatera Utara
lvii
wa hal lī qīmatun yā syarifata?. Wa qālat: anta jamīlatun wamisqafatun. Qultu: misqafatin?. Lam ahsul illa alā asyanawiyati. Qālat: wa hal hażā qalīlu?. Anā
lam ahsul alā al-ibtidā′iyyati. Qultu bisyai′in man al-hażri: wa hal lakaqīmatun yā syarifata?. Qālat: bītb‛un, lā yumkinu an yalmasnī ahada dūna an yadfa‛u
gāliyān. Wa anta aksara syabābān minnī wa aksara saqafata, wa lā yumkinu an yalmasuka ahadun dūna an yadfa‛u di‛fun mā yadfaahu lī. Qultu: walakinnī lā
astatī‛u an atluba minarrajuli syai′ān. Qālat: lā tatlubī syai′ān, laisa hażā huwa sya
′nuka... annahu sya′nī anā. “Dan apakah saya ini benar-benar bernilai, Sharifa? “Kau cantik dan terpelajar”. “terpelajar?” kata saya”. Apa yang akan saya
miliki hanyalah sebuah ijazah sekolah menengah.” “Kau meremehkan dirimu sendiri, Firdaus. Saya tidak lebih hanya mendapat ijazah sekolah dasar.” “dan
anda tidak mempunyai harga? Tanya saya hati-hati. “tentu saja. Tak seorang pun dapat menyentuh saya tanpa membayar harga yang sangat tinggi. Kau lebih muda
dari saya dan lebih terpelajar, dan tak seorang pun mampu mendekatimu tanpa membayar dua kali lebih banyak daripada yang dibayarkan kepada. Tetapi saya
tak biasa meminta sesuatu dari laki-laki. Jangan minta sesuatu. Itu bukan urusanmu. Itu urusan saya” Al-Sa’dawi. 2002: 79
Firdaus memulai pekerjaannya sebagai pelacur di bawah naungan Sharifa. Ia memperoleh pengetahuan dari ucapan-ucapan Sharifa. Ia melakukan pekerjaan
sebagai pelacur dengan tidak pernah merasakan kenikmatan ketika melakukan hubungan badan dengan para pelanggan. Berikut kutipannya :
-
Wa qultu lisyarifati żāta yaumi : limāżā lā ahassa yā syarifata?. Wa qālat syarifatu : nahnu na
‛malu yā firdawsi, wa al -amalu amalin, lātakhlutī baina al- amalu wa al-
ahsāsu. Qultu : walakinnī urīdu an ahassun yā syarifata. Wa qālat syarifatu al-
ahsāsa yā firdausi lan yu‛tīka syai′ān illā al -alamu “Pada suatu hari saya bertanya pada Sharifa, mengapa saya tak merasa apa-apa, kita bekerja,
Firdaus, hanya Firdaus, jangan mencampuradukkan perasaan dengan pekerjaan. Tetapi saya ingin merasakan Sharifa, Saya jelaskan. Kau tak akan memperoleh
apa-apa kecuali rasa nyeri”. Al-Sa’dawi, 2000: 81
Universitas Sumatera Utara
lviii
Firdaus kemudian pergi dari Sharifa dan mencari pekerjaan. Di sebuah perusahaan. Ia bertemu dengan Ibrahim, yang sama-sama bekerja satu perusahaan
dengan Firdaus. Ibrahim kemudian menjadi dambaan hati Firdaus. Berikut kutipannya :
- qafiyyati tumsiku yadayya, fantafada kiyānī
, wasam ‛tuhu yaqūlu:
ayytuki? Qultu: na ‛am. Qāla munżu
żalika al-yaumu wa anā aydān. Qāla: hāwaltu an ikhfī masyā‛irī ‛nki, lakinnī lam astatī‛u. qultu: wa anā aydān “saya merasakan tangannya yang kuat memegangi
tangan saya. Saya merasa gemetar sekujur tubuh saya. Sampai akar-akar rambut pada tubuh saya pun. Serasa turut bergerak. Ia bertanya dengan suara yang tenang,
Firdaus, kau masih ingin pertama kali kita jumpa? “ya”. Sejak sat itu saya selalu ingat kepadamu. Dan akupun begitu, selalu ingat kepadamu. Aku mencoba untuk
menyembunyikan perasaanku, tetapi itu tak mungkin. Demikian pula aku” Al- Sa’dawi, 2000: 119
Ibrahim ternyata memikat hati Firdaus hanya untuk memuaskan nafsu seksualnya, karna ia tahu bahwa Firdaus dalah seorang pelacur. Oleh karena itu
Ibrahim tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk menikmati tubuh Firadus. Berikut kutipannya :
-
fī alhubi a‛taitu nafsī wajasadī wa aqlī wa jahdī bigairi muqābil. Walakinnī fī al- hubi a
‛ţaitu nafsī wa jasadī wa ‛aqlī wa jahdī bigairī muqābil. “dengan cinta saya
mulai membayangkan bahwa saya menjadi seorang manusia. Ketika saya menjadi pelacur saya tidak pernah memberikan sesuatu dengan cuma-cuma, tetapi selalu
Universitas Sumatera Utara
lix
mengambil sebagai imbalannya. Tetapi di dalam cinta saya berikan tubuh dan jiwa saya, pikiran dan segala upaya yang dapat saya kumpulkan, dengan cuma-
cuma”Al-Sa’dawi, 2000: 124
4. Tahap Puncak Clikax