xxvi
tinggal. Semenjak tinggal di rumah Bayoumi, Firdaus mendapatkan perlakuan kasar terhadapnya sampai ia melarikan diri dari rumah Bayoumi. Ketika ia duduk
sendirian di tepi sungai Nil, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bernama sharifa saleh el-Dine, dan perempuan inilah yang akhirnya memperkenalkan
profesi “pelacur” kepada Firdaus. Ia sukses menjadi pelacur kaya yang menentukan harga sangat tinggi ketika di ajak berkencan.
Pada suatu hari, germo yang bernama Marzouk datang kepadanya untuk meminta pembagian hasil dan kawin dengannya agar ia bisa melindungi Firdaus
dari germo-germo yang lainnya, tetapi firdaus menolaknya. Kemudian Marzouk germo menampar Firdaus dan mengambil sebilah pisau tetapi Firdaus terlebih
dahulu yang mengambilnya kemudian menancapkan ke leher, dada dan perut germo itu.
3.2 Biografi Pengarang
Nawal Al-sa’dawi merupakan seorang dokter berkebangsaan Mesir. Nawal berasal dari sebuah keluarga terhormat yang berdomisili di kawasan Delta Mesir,
Kafr Thalha sebuah desa yang terletak di antara propinsi Qalyubiyah dan Manufiya. Nawal berhasil menjadi tokoh yang disegani di, panggung feminisme
internasional. Hal ini terbukti dari banyaknya aktifitas yang pernah ditekuninya, karya-karya yang telah disumbangkannya serta penghargaan-penghargaan yang
telah diterimanya di Mesir maupun di berbagai Negara lainnya. \
Nawal lahir pada tanggal 27 Oktober tahun 1931 di desanya. Ia terlahir di tengah-tengah keluarga besar dengan Sembilan bersaudara.
Ayahnya bernama Al-Sayyid Affandi Al-Sa’dawi, seorang pegawai tinggi di departemen pendidikan. Ayahnya adalah seorang sosok yang sangat
menghargai pendidikan, meskipun ia berasal dari kalangan keluarga petani. Sedangkan Ibunya berasal dari keluarga besar Syukri Beih yang memiliki garis
keturunan dengan keluarga Tala’at Pasha di Istambul, sebuah keluarga yang cukup terpandang di tengah-tengah masyarakat Mesir.
Universitas Sumatera Utara
xxvii
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah ditempuh Nawal di sekolah negeri di desa kelahirannya. Selanjutnya ia meneruskan sekolahnya ke Fakultas
Kedokteran di Universitas Kairo, meskipun impian masa kecilnya bukan menjadi dokter. Ia tidak pernah membayangkan dirinya memegang pisau bedah dan
membedah organ tubuh manusia, tetapi sebaliknya ia justru mengimpikan dirinya sebagai pemain musik yang piawai memainkan jarinya di atas piano.
Lulusan dari Fakultas Kedokteran menjadikan ia seorang dokter yang terlatih dalam bidang pembedahan dan psikiatri. Ia mulai prakteknya di daerah
pedesaan, kemudian di rumah sakit di Kairo, dan pada tahun 1958 ia terpilih sebagai direktur pada departemen Kesehatan Masyarakat Mesir. Namun, pada
tahun 1972, ia diberhentikan oleh instansi tersebut sekaligus dicopot dari jabatannya akibat tulisannya yang blak-blakan tentang seksualitas, terutama dalam
karyanya yang berjudul -
atu wa al-jinsi perempuan dan seks.
Pada tahun 1981 dia dimasukkan ke penjara oleh Anwar Sadat. Di dalam penjara dia menulis
suqūtu al-imāmi ‘matinya sang pemimpin’. Nawal kemudian dibebaskan satu bulan setelah terbunuhnya Anwar Sadat.
Secara umum, karya-karyanya sangat beragam. Ada yang termasuk kategori ilmiah, seperti: artikel, dan ada pula yang termasuk kategori sastra,
seperti: novel, cerita pendek, puisi-puisi dan biblioghrafi, berikut hasil karya nawal seperti:
al- riwāyatu
,
suqūtu al-imāmi
,
inda nuqtati al-sifri
,
- atu wa al-
jinsi
,
lahzatun sidqun
,
dan rihlātī haula
al- ‘ālami
Pada karyanya yang berjudul atun
‛inda nuqtati al-sifri yang memuat gagasan sempat menggegerkan dunia, baik kalangan
agamawan maupun ilmuan, yaitu konsepnya mengenai pelacur sebagai makhluk perempuan yang memiliki kehormatan dan harga diri, sedangkan isteri adalah
Universitas Sumatera Utara
xxviii
seorang pelacur yang tidak punya kehormatan, bahkan jasanya dihargai dengan harga yang paling rendah.
Menurut Nawal, perempuan pelacur lebih bebas menentukan sendiri lelaki yang akan dilayaninya dan akan melayaninya, disamping itu juga, bebas
menentukan harga bagi jasanya serta waktu yang sesuai dengan keinginan mereka daripada seorang isteri yang secara keseluruhan hidupnya berada di bawah pilihan
dan kehendak suaminya. Nawal menilai bahwa pelacur adalah sosok yang benar-benar menikmati
arti hidup dan kebebasan sebagai manusia yang ‘terhormat’. Baginya kehormatan adalah lawan dari perbudakkan, perjualan diri, baik itu wanita, budak maupun
anak-anak. Secara umum, tema yang dikemukakan oleh Nawal merupakan bentuk
kepeduliannya terhadap masyarakat yang terkungkung dalam pembodohan, tekanan dan penzaliman, penggunaan kekuasaan laki-laki yang berlebihan,
pengabdian total terhadap sosok ayah dan suami, tuan germo yang sering memperlihatkan hak-hak wanita direndahkan.
3.3 Analisis Struktur Novel imra atun