Penyakit diare disebabkan oleh mikro organisme seperti bakteri, parasit, protozoa, dan virus melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja,
sedangkan faktor yang berpengaruh lainnya meliputi faktor pejamu dan faktor lingkungan. Untuk kasus diare pada balita, perilaku orang dewasa yang menangani
makanan merupakan salah satu faktor penting. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap ibu rumah tangga dengan anak balita tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, diharapkan terjadi penurunan jumlah insiden diare di kelompok balita Depkes RI, 2007.
2.3 Persepsi dan Tindakan Ibu
Secara khusus, peristiwa diare pada anak berhubungan dengan peran ibu; dan peran ibu dilatarbelakangi diantaranya oleh karakteristik ibu. Menurut Depkes
1993, karakteristik ibu yang menentukan perannya dalam penanggulangan penyakit diare anak antara lain: 1 Pendidikan Ibu, Pendidikan orang tua khususnya ibu sangat
berpengaruh terhadap kesehatan keluarga. Pada umumnya seorang ibu berperan dalam pemeliharaan kesehatan anak, ibu yang berpendidikan baik akan mempunyai
wawasan yang cukup untuk memelihara kesehatan anaknya; 2 Status Kerja Ibu, status bekerja secara otomatis mengurangi perhatian ibu terhadap anaknya, yang
dapat berakibat pada gangguan perkembangan fisik, mental, dan status kesehatan anak; 3 Pengetahuan Ibu Terhadap Penanggulangan Diare.
Menurut Depkes 1993, penanggulangan diare yang seharusnya diketahui, dipahami, dan dilaksanakan oleh ibu adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Jumlah pemberian minuman anak penderita diare. Balita yang mendapat ASI
selama 24 jam pertama pada fase awal dari penyakit diare yang akut, menunjukkan frekuensi dan volume diare yang lebih kecil dan lebih cepat sembuh
jika dibandingkan dengan balita yang mengalami pemberhentian pemberian ASI. Balita yang disusui dengan ASI harus diberikan sekurang-kurangnya setiap tiga
jam selama diare. Bagi balita yang tidak disusui dengan ASI, susu formula dapat terus diberikan tetapi diselang-seling dengan air putih dalam jumlah yang sama
banyak dan diberikan paling sedikit setiap tiga jam sekali 2.
Jumlah makanan anak menderita diare. Diare dapat mempercepat timbulnya gizi kurang karena mual dan muntah, sehingga konsumsi makanan menurun. Kurang
gizi menyebabkan anak terkena resiko tinggi menderita diare yang lebih berat dan lebih lama, sehingga menyebabkan terlambatnya pertumbuhan dan kemudian
mati. Pemberian makanan dapat membantu pemberian cairan selama diare dan pengelolaan aspek gizi pada diare. Anjuran makanan harus sesuai dengan
umurnya dan sama dengan makanan yang telah dikenalnya dengan baik. Pengetahuan ibu tentang penanggulangan diare akan membentuk persepsinya
yang akan menjadi landasan tindakan ibu untuk melaksanakan program pemberantasan penyakit diare. Menurut Rakhmat 2005, persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan demikian persepsi
merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat tergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam
kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap
Universitas Sumatera Utara
segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.
Menurut Maman 1988 yang mengutip Backler bahwa, tentang Skema Persepsi Gambar 1 yang menguraikan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan
merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Disamping faktor lingkungan, maka
karakteristik ibu atau latar belakang ibu seperti pengalaman, pantangan, sikap terhadap alam, dsb berperan pula membentuk persepsi sebagai dasar pengambilan
keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.
Gambar 2.1: Skema Persepsi Menurut Backer; Sumber: Maman 1988
Menurut Mulyana 2002, persepsi dipengaruhi oleh kerangka konseptual, perangkat asumsi,perangkat nilai, dan gagasan, dan persepsi mempengaruhi tindakan
seseorang dalam situasi tertentu. Menurut Wexley 1988, orang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai
dengan persepsi dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi objektif di mana mereka sebenarnya berada. Seseorang hanya bisa menggunakan sebagian kecil
Tindakan Lingkungan
alam
Informasi
Persepsi
Keputusan Latar belakang :
- pengalaman
- pantangan
- sikap
terhadap alam, dsb.
Universitas Sumatera Utara
rangsangan kesadarannya yang ada pada suatu peristiwa, dan bagian ini diinterpretasikan sesuai dengan harapan, nilai-nilai serta keyakinannya.
Menurut Sarwono 2004 yang mengutip Weber, bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsirannya atas suatu objek rangsangan atau situasi tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu bergantung pada lingkungannya. Karena perilaku mempunyai
pengaruh yang sangat besar dengan derajat kesehatan, maka diperlukan upaya untuk merubah perilaku tersebut agar sesuai dengan norma hidup sehat.
INDIVIDU RANGSANGAN
TINDAKAN
Gambar 2.2: Skema Aksi Tindakan Menurut Weber; Sumber: Sarwono 2000
Menurut Schermerhorn 1988, persepsi adalah proses dimana orang melakukan seleksi, menerima, mengorganisasi, dan interpretasi informasi dari
lingkungannya. Dengan persepsi orang memproses informasi lalu membuat suatu keputusan dan tindakan.
Menurut Gibson 1996, bahwa persepsi adalah mengorganisasikan informasi dari lingkungan, dan persepsi melibatkan kognisi, ini termasuk interpretasi objek,
symbol-simbol, dan orang-orang dengan pengalaman yang relevan. Dengan kata lain, Pengalaman
Persepsi Pemahaman
Penafsiran
Universitas Sumatera Utara
persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya, dan menterjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi
perilaku dan membentuk sikap. Menurut Leavitt 1992, jika benar orang berperilaku berdasarkan
persepsinya, maka mengubah perilaku individu ke arah suatu tujuan tertentu dapat dipermudah dengan memahami persepsi individu tersebut, dan keadaan-keadaan yang
mungkin memengaruhi perubahan perilaku mereka. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami
informasi mengenai lingkungannya. Dalam hubungannya dengan perilaku orang- orang dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini, menunjukkan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel
berikut: 1 obyek atau peristiwa yang dipahami; 2 lingkungan terjadinya persepsi; dan 3 orang-orang yang melakukan persepsi. Dengan demikian, persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupaka suatu penafsiran yang unik terhadap situasi
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi Thoha, 1999. Menurut Setiadi 2008 yang mengutip Weber, bahwa persepsi adalah proses
bagaimana rangsangan-rangsangan itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Rangsangan adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat
memengaruhi tanggapan individu. Proses persepsi terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
1. Seleksi perseptual yang terdiri dari: a perhatian, perhatian yang dilakukan dapat
secara sengaja atau tidak sengaja; dan b persepsi selektif, terjadi ketika seseorang melakukan perhatian yang secara sengaja atau aktif mencari informasi
yang mempunyai relevansi pribadi 2.
Organisasi persepsi, berarti bahwa seseorang mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih
baik dan bertindak atas pemahaman itu. 3.
Interpretasi perseptual, setiap rangsangan yang menarik perhatian seseorang baik disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh seseorang. Dalam proses
interpretasi seseorang akan membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang telah tersimpan dalam waktu yang lama yang berhubungan dengan
rangsangan yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah
kondisi psikologis, keluarga, dan kebudayaan yang dianut. Berbagai macam faktor perhatian yang berasal dari luar dir seseorang dapat mempengaruhi proses seleksi
persepsi, yaitu gerakan, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, dan hal-hal yang baru berikut ketidakasingan dari rangsangan. Selanjutnya, beberapa faktor dari
dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain: proses belajar, motivasi, dan kepribadiannya Rakhmat, 2005.
Menurut Kossen 1986, persepsi cara memandang situasi tertentu, dengan kecenderungan untuk menyerap apa yang ingin dilihat dengan mengutamakan
penilaian sendiri yang disebut dengan “mental set”. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi persepsi, diantaranya adalah: faktor keturunan, latar belakang
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dan pengalaman, tekanan teman sejawat, proyeksi, penilaian yang tergesa-gesa, dan efek halo atau panutan dari seseorang.
Persepsi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan faktor-faktor struktural atau pengaruh-pengaruh dari rangsangan fisik dan faktor-faktor fungsional
atau pengaruh-pengaruh psikologis dari perasaan organisme. Di antara pengaruh- pengaruh psikologis ini meliputi rasa membutuhkan, keinginan, perasaan, pendirian,
dan asumsi Severin, 2008. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh Karena
itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan
dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas Setiadi, 2008.
Aspek sosial persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang. Persepsi sosial berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain.
Karakteristik penilai dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Seseorang harus menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat
dipengaruhi oleh karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain Luthans, 2006.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktek practice kesehatan, atau dapat
Universitas Sumatera Utara
juga dikatakan perilaku overt behavior kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni Notoatmodjo, 2003:
1. Tindakan Praktek sehubungan dengan penyakit, tindakan ini mencakup: 1
pencegahan penyakit dan 2 penyembuhan penyakit. 2.
Tindakan praktek pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 3.
Tindakan praktek kesehatan lingkungan. Tindakan sehubungan dengan penyakit yang mencakup pencegahan penyakit
dan penyembuhan penyakit dalam hal ini adalah penyakit diare, dapat dilakukan tindakan pencegahannya sebagai berikut: 1 penggunaan dot dan botol susu yang
steril; 2 mencuci tangan dengan sabun; 3 menggunakan air bersih yang cukup; 4
Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas, maka sangat penting dikaji persepsi ibu mengenai pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare melalui ukuran
tujuan program, kegiatan program, pemantauan dan penilaian program. Berdasarkan teori persepsi, maka pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare dapat
dikategorikan sebagai rangsangan. Selanjutnya, dampak dari persepsi adalah bentuk atau tingkat tindakan ibu, dalam konteks penelitian ini adalah tindakan ibu melakukan
pencegahan penyakit diare pada balita meliputi: penggunaan jamban yang baik; 5 membuang tinja balita yang benar; dan 6
imunisasi campak. Tindakan penyembuhan penyakit dalam hal ini adalah tatalaksana diare di rumah tangga, dapat dilakukan tatalaksananya sebagai berikut: 1 mencegah
terjadinya dehidrasi; 2 pemberian ASI susu formula makanan; dan 3 membawa penderita ke sarana kesehatan Depkes RI, 2007.
pemberian Air Susu Ibu, pemberian
Universitas Sumatera Utara
makanan pendamping ASI, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih
yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja balita, imunisasi campak.
2.5. Kerangka konsep