Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Hasil uji normalitas dan homogenitas berat badan menunjukkan bahwa data terdistribusi normal p ≥ 0,05. Namun terdapat data yang tidak homogen p ≤ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05, sehingga analisa dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk data yang terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05 dan uji nonparametrik Kruskal Wallis untuk data yang terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan tidak homogen p ≤ 0,05. Hasil uji ANOVA dan uji nonparametrik Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok perlakuan p ≤ 0,05 sehingga dilanjutkan dengan uji LSD. Berdasarkan analisa data berat badan antara kelompok perlakuan baik formulasi tunggal TU 2,5mg + MPA 1,25mg, TU 5mg + MPA 0,75mg, TU 5mg + MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg, ME TU 5mgMPA 0,75mg, ME TU 5mgMPA 1,125mg, Kosolven TU 2,5mgMPA 1,25mg dengan kontrol normal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna p ≥ 0,05 analisa data dapat dilihat pada lampiran 12, 13 dan 14. Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA merupakan hormon steroid yang dapat merangsang pertumbuhan badan, perkembangan otot rangka dan tulang yang disertai pertambahan berat badan pada efek anabolik. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa pemberian hormon steroid dalam dosis farmakologis pada orang normal akan membesarkan otot dan berat badan lebih dari normal Ascobat, 2008. Beberapa data memang mendukung bahwa pemberian Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA dapat merangsang pertambahan berat badan, akan tetapi dapat kembali normal. Gu 2004, telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa dengan pemberian Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA 1000mg TU + 150mg MPA pada manusia selama 48 minggu, rata-rata berat badan bertambah pada semua kelompok dengan kenaikan maksimum 1,4 kg selama perlakuan, tetapi kembali normal secara bertahap ke arah nilai awal setelah periode injeksi. Zhang 1999, juga melakukan penelitian dengan menggunakan Testosteron Undekanoat TU dosis 500mg dan 1000mg pada manusia selama 36 minggu. Dari hasil penelitiannya rata-rata berat badan bertambah 4,1 selama perlakuan dan kembali normal setelah pemulihan. Penelitian yang dilakukan oleh Yurnadi 2009 dengan pemberian dosis minimal 1,25mg Medroksiprogesteron Asetat MPA pada tikus jantan setara dengan 150mg pada manusia selama 48 minggu menyebutkan rata-rata berat badan terjadi penambahan sebanyak 2,6 dari masing kelompok, akan tetapi dari hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa berat badan tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna p ≥ 0,05 antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Medroksiprogesteron Asetat MPA. Hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan terdapat pertambahan berat badan setelah penyuntikan Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna p ≥ 0,05 dengan kontrol normal. Hasil uji normalitas dan homogenitas konsentrasi spermatozoa menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal p ≤ 0,05. Namun homogen p ≥ 0,05, sehingga analisa dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok perlakuan p ≤ 0,05 sehingga dilanjutkan dengan uji LSD. Berdasarkan analisa data konsentrasi spermatozoa antara formulasi tunggal TU 2,5mg + MPA 1,25mg, TU 5mg + MPA 0,75mg, TU 5mg + MPA 1,125mg maupun formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg, ME TU 5mgMPA 0,75mg, ME TU 5mgMPA 1,125mg, Kosolven TU 2,5mgMPA 1,25mg dengan kontrol normal menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p ≤ 0,05 analisa data dapat dilihat pada lampiran 15, 16 dan 17. Penyuntikan formulasi tunggal TU + MPA dan formulasi kombinasi mikroemulsi TUMPA dan kosolven TUMPA bertujuan untuk mengetahui sediaan yang paling efektif dalam menghambat spematogenesis hingga mencapai azoospermia. Hasil pada penelitian ini, memperlihatkan telah terjadi penurunan konsentrasi spermatozoa setelah dilakukan penyuntikan Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA. Meskipun belum mencapai azoospermia, baik kelompok formulasi tunggal maupun formulasi kombinasi telah menunjukkan penurunan konsentrasi spermatozoa hingga mencapai oligozoospermia. Dari tujuh kelompok perlakuan, kelompok formulasi tunggal TU 5mg + MPA 1,125mg dan kelompok formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg yang paling berpengaruh menekan produksi spermatozoa, dimana rata-rata jumlah konsentrasi spermatozoa untuk kedua kelompok tersebut hanya 1 jutaml data dapat dilihat pada tabel 7. Penurunan konsentrasi spermatozoa terjadi karena penyuntikan Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA dapat mempengaruhi spermatogenesis dimana terjadi hambatan sekresi hormon gonadotropin Follicle Stimulating Hormone FSH dan Luteinizing Hormone LH sehingga menekan spermatogenesis dan produksi spermatozoa Yurnadi, 2008. Selain itu perbedaan penggunaan dosis dari masing-masing kelompok juga menyebabkan perbedaan hasil pada penelitian yang telah dilakukan. Testosteron Undekanoat TU berfungsi sebagai hormon pengganti yang mempertahankan tingginya kadar serum testosteron 710 ngdl sehingga menyebabkan terjadinya umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis anterior serta menurunkan sekresi gonadotropin Luteinizing Hormone LH dan Follicle Stimulating Hormone FSH yang sangat diperlukan dalam spermatogenesis dan produksi spermatozoa Gu, 2009. Sedangkan Medroksiprogesteron Asetat MPA dapat menginduksi sekresi gonadotropin Luteinizing Hormone LH dan Follicle Stimulating Hormone FSH sehingga menghambat produksi spermatozoa dan testosteron dalam testis Ilyas, 2007. Penelitian yang telah dilakukan juga membuktikan dengan penyuntikan Testosteron Undekanoat TU dosis 1000mg dengan Medroksiprogesteron Asetat MPA dosis 150mg atau 300mg dapat menekan spermatogenesis hingga mencapai azoospermia tanpa terlihat adanya efek samping Gu, 2004. Nasikin 2007, melakukan studi praklinik pada tikus jantan galur Sprague Dawley dengan penyuntikan 2,5mg Testosteron Undekanoat TU+1,25mg Medroksiprogesteron Asetat MPA. Hasilnya, kombinasi Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA dapat menekan produksi spermatozoa hingga mencapai oligozoospermia. Meskipun belum mencapai azoospermia, tetapi dari hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa telah terjadi peristiwa apoptosis akibat penyuntikan Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA Nasikin, 2007. Apoptosis atau proses kematian sel secara terprogram pada saat perkembangan sel spermatogenik dapat disebabkan dari akumulasi penyuntikan Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA yang panjang Ilyas, 2007. Peningkatan apoptosis sejalan dengan penekanan testosteron endogen atau intratestiskular Lee, 1999. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA baik formulasi tunggal maupun formulasi kombinasi menyebabkan oligozoospermia dan kemungkinan juga meningkatkan proses apoptosis sel spermatogenik. Formulasi kombinasi mikroemulsi Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA memiliki keuntungan dibandingkan formulasi tunggal karena lebih praktis dalam pemberian, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai hormon kontrasepsi pria. Hasil uji normalitas dan homogenitas histologi spermatogenesis menunjukkan bahwa data terdistribusi normal p ≥ 0,05 dan homogen p ≥ 0,05, sehingga analisa dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok perlakuan p ≤ 0,05 sehingga dilanjutkan dengan uji LSD. Berdasarkan analisa data uji LSD histologi spermatogenesis antara kelompok perlakuan baik formulasi tunggal TU 2,5mg + MPA 1,25mg, TU 5mg + MPA 0,75mg, TU 5mg + MPA 1,125mg maupun formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg, ME TU 5mgMPA 0,75mg, ME TU 5mgMPA 1,125mg, Kosolven TU 2,5mgMPA 1,25mg dengan kontrol normal menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p ≤ 0,05 analisa data dapat dilihat pada lampiran 18, 19 dan 20. Setelah dilakukan penelitian, memang terbukti bahwa penurunan konsentrasi spermatozoa akibat penyuntikan Testosteron Undekanoat TU dan Medrokisprogesteron Asetat MPA juga mempengaruhi perkembangan sel spermatogenik. Dari analisa data memperlihatkan terdapat perbedaan secara bermakna p ≤ 0,05 antara formulasi tunggal, formulasi kombinasi dan kontrol normal. Pada penilaian histologi spermatogenesis, nilai rata-rata histologi formulasi tunggal TU 5mg + MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain dapat dilihat pada tabel 8. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi spermatozoa pada kedua kelompok tersebut yang memiliki jumlah rata-rata konsentrasi spermatozoa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Perubahan yang terlihat tampak dari sel spermatogenik spermatogonia dan spermatid yang tidak berkembang atau sedikit jumlahnya sehingga spermatozoa tidak terbentuk gambar perbedaan histologi spermatogenesis dapat dilihat pada lampiran 11. Selama spermatogenesis, kematian sel-sel spermatogenik terjadi secara spontan pada beberapa fase perkembangan sel spermatogenik sehingga pada epitel tubulus seminiferus tidak ditemukan spermatozoa Ker, 1992. Menurunnya jumlah konsentrasi spermatozoa hingga mencapai azoospermia setelah dilakukan penyuntikan Testosteron Undekanoat TU + Medroksiprogesteron Asetat MPA menandakan bahwa didalam tubulus seminiferus kemungkinan terdapat sel-sel spermatogenik yang tidak berkembang atau mengalami peristiwa apoptosis. Spermatogonia dan spermatid bulat kebanyakan mengalami kematian melalui apoptosis Dunkel, 1997. Hal ini menyebabkan perubahan dari spermatogenesis. Adanya pengurangan gonadotropin merupakan salah satu pemicu terjadinya apoptosis pada sel-sel germinal Francavilla, 2000. Sehingga dapat dikatakan Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA berpengaruh terhadap perkembangan sel-sel germinal dan mengakibatkan perubahan histologi spermatogenesis yang disertai penurunan konsentrasi spermatozoa. Perbedaan terlihat pada formulasi tunggal TU 5mg+MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mgMPA 1,25mg yang paling berpengaruh dalam menghambat perkembangan sel spermatogenik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Penyuntikan formulasi tunggal dan formulasi kombinasi Testosteron Undekanoat TU dan Medroksiprogesteron Asetat MPA dapat menekan konsentrasi spermatozoa. Berdasarkan analisa data konsentrasi spermatozoa antara formulasi tunggal maupun formulasi kombinasi dengan kontrol normal menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p ≤ 0,05. Formulasi tunggal TU 5mg + MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mg + MPA 1,25mg lebih baik dalam menghambat produksi spermatozoa dibandingkan dengan sediaan yang lain. Rata-rata konsentrasi spermatozoa formulasi tunggal TU 5mg + MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mg+MPA 1,25mg adalah 1 jutaml. 2. Berdasarkan analisa data histologi spermatogenesis antara formulasi tunggal maupun formulasi kombinasi dengan kontrol normal menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p ≤ 0,05. Perbedaan paling nyata terlihat pada formulasi tunggal TU 5mg + MPA 1,125mg dan formulasi kombinasi ME TU 2,5mg + MPA 1,25mg yang memiliki nilai histologi spermatogenik 6 tidak ada spermatozoa dan jumlah spermatid dalam tubulus kurang dari sepuluh dibandingkan dengan kelompok yang lain.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo

4 11 134

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

0 23 107

Uji Aktivitas Spermisidal Dan Evaluasi Pengaruh Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap Konsentrasi Hormon Testosteron Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

2 26 110

Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Secara In Vivo

1 16 121

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI SPASIAL DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) GALUR SPRAGUE DAWLEY

0 6 60

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

Uji Antifertilitas Ekstrak n-heksana Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 15 116