4.4.4 Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa
Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil spermatozoa pada duktus vas deferens. Spermatozoa yang
didapat diletakkan pada kaca arloji yang berisi cairan NaCl sebanyak 250 µ L.
Spermatozoa dimasukkan kedalam bilik hitung Neubauer Hemasitometer sampai kamar Neubauer terisi rata. Kemudian dihitung
jumlah spermatozoa pada salah satu kamar. Setelah diketahui jumlah spermatozoa, maka dapat dilakukan pengukuran untuk menentukan
konsentrasi spermatozoa yang dinyatakan dalam jutamL sesuai dengan tabel dibawah ini Ilyas, 2007.
Bila dari 1 kotak didapat :
Tabel 2 . Pengenceran yang Dilakukan dan Kotak yang Dihitung
No Jumlah Spermatozoa Pengenceran Kotak yang Dihitung
1 40
50 kali 5 kotak
2 15-40
20 kali 10 kotak
3 15
10 kali 25 kotak
Dari jumlah spermatozoa yang diketahui, maka dilakukan pengenceran
spermatozoa berdasarkan jumlah spermatozoa yang terhitung Ilyas, 2007.
Tabel 3 . Cara Pengenceran
No Pengenceran Pembuatan Pengenceran
1 50 kali
a. 980 µL larutan George + 20 µL spermatozoa
b. 2450 µL lar. George + 50 µL spermatozoa
2 20 kali
950 µ L lar. George + 50 µ L spermatozoa 3
10 kali a.
900 µL lar. George + 100 µL spermatozoa b.
450 µL lar. George + 50 µL spermatozoa
Setelah dilakukan pengenceran, dilakukan perhitungan spermatozoa
dengan jumlah kotak yang dihitung sesuai dengan jumlah spermatozoa dan cara pengenceran pada tabel diatas. Kemudian dilakukan pengukuran
spermatozoa sesuai rumus di bawah ini Ilyas, 2007.
Tabel 4 . Rumus Konsentrasi Spermatozoa
No Kotak Rumus konsentrasi spermatozoa
1 5
n x 10.000 x faktor pengenceran 50 x 5 2
10 n x 10.000 x faktor pengenceran 20 x 2,5
3 25
n x 10.000 x faktor pengenceran 10
Ket : n = jumlah spermatozoa setelah pengenceran Dari perhitungan jumlah spermatozoa, dapat dihitung pula
frekuensi timbulnya azoospermia. Azoospermia adalah suatu keadaan dimana tidak ada spermatozoa dalam cairan semen. Sedangkan
oligozoospermia adalah suatu keadaan dimana terdapat sedikit spermatozoa dalam cairan semen spermatozoa
≤ 20 jutamL WHO, 1999. Penetapan timbulnya azoospermia dilakukan dengan cara membagi
banyaknya individu yang mengalami azoospermia Az dengan banyaknya individu dalam satu kelompok n dikalikan 100 Kusmana, 2001.
4.4.5 PengukuranPenilaian Histologi Spermatogenesis