Optimasi Perencanaan Produksi Dengan Metode Goal Programming Di PT. Morawa Electric Transbuana

(1)

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI

DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING

DI PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

Wenny C S Purba

NIM. 060403082

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 1


(2)

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI

DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING

DI PT. MORAWA ELECTRIC TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Besar dari Syarat-syarat Sidang Tugas Sarjana

Oleh :

Wenny C S Purba

NIM. 060403082

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir. Ukurta Tarigan, MT ) ( Ir. Dini Wahyuni, MT )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 1


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang senantiasa memberikan anugerah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana yang berjudul “ Optimasi Perencanaan Produksi dengan Metode

Goal Programming di PT. Morawa Electric Transbuana”

Peneliti melaksanakan penelitian di PT. Morawa Electric Transbuana yaitu suatu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan transformator dengan jenis 1 fasa dan 3 fasa.

Laporan tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam mengikuti ujian sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tugas sarjana ini, penulis telah berusaha untuk memberi yang terbaik. Namun, penulis menyadari bahwa tugas sarjana ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan tugas sarjana ini. Semoga laporan tugas sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Universitas Sumatera Utara, Medan, Juni 2011


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yaitu:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri USU dan juga dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana ini.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Bidang Manufaktur Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Pegawai DepartemenTeknik Industri dan Fakultas (Kak Dina, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Ani, Bang Nur, Bang Bowo) yang telah membantu penulis. 6. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan arahan dan nasehat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana ini.

7. Bapak Francis Rajagukguk selaku Kepala Bagian Produksi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian Tugas Akhir di perusahaan


(5)

tersebut. Serta meluangkan waktu dalam membimbing penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan juga kepada seluruh staf dan karyawan PT. Morawa Electric Transbuana.

8. Kedua orangtua (M. Purba dan T. Sibarani) , abangku (Hendra Leo Purba, ST) dan Adik-adikku (Willy Febriandy Purba dan Silvia Anggriani Purba) yang telah banyak mendukung dan mendoakan penulis selama pelaksanaan Tugas Akhir dari awal hingga akhir.

9. Teman-teman asisten Laboratorium Proses Manufaktur stambuk 2006 (Julius, Novrizal, Bebby, Maylando, Chalis, Maryani), adik-adik asisten stambuk 2007 (Rudi, Zulham, Nelsa, Afkar, Jose), dan adik-adik asisten stambuk 2008 (Enita, Katharina, Kiki, Adit) yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

10.Teman-teman stambuk 2006 yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan doa kepada penulis

11.Teman-teman, adik, kakak, dan abang penulis yang terkasih (Mastora Siahaan, Indah, Ruth, Meinar L. Batu, Rayuli Simanjuntak, Masni Sidabalok, Freddy Tarigan, Ray Hutauruk, Evlyn Tampubolon) yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.

12.Teman-teman kelompokku (Fanesha, Santa, Bang Ojak) dan teman-teman mentoring (Kak Lely, Ria, Novietta) yang senantiasa memberi semangat dan mengajarkan penulis untuk tetap berharap kepada Yesus Kristus dalam setiap hal yang penulis hadapi.


(6)

13.Adik-adik kelompokku (Lusiana Pane, Marito Magdalena, Nova Yanti, Ruth munthe) yang menjadi sumber semangat bagi penulis selama pengerjaan tugas sarjana ini.

14.Sahabat-sahabat di Kost terkasih yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis (Inta, Rina, Rotua, Rini, Rebekka, Eva, Natalin). 15.Dan buat semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam

pembuatan laporan ini.

Demikianlah ucapan terimakasih penulis sampaikan. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-4 1.5. Manfaat Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Laporan... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-5 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-5 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-5 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-7 2.4. Proses Produksi ... II-8 2.4.1. Bahan ... II-8 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-8 2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-10 2.4.1.3. Bahan Tambahan ... II-11 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-12 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-13 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-27 2.5.1. Utilitas ... II-27 2.5.2. Safety and Fire Protection ... II-27 2.5.3. Waste Treatment ... II-30 2.5.4. Maintenance ... II-30


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI

3.1. Perencanaan Produksi ... III-1 3.1.1. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi ... III-1 3.1.2. Sifat-sifat Perencanaan Produksi ... III-3 3.1.3. Perencanaan Agregat ... III-8 3.2. Peramalan ... III-9 3.2.1. Konsep Dasar dan Pengertian Peramalan ... III-9 3.2.2. Karakteristik Peramalan yang Baik ... III-10 3.2.3. Sifat Hasil Peramalan ... III-11 3.2.4. Teknik Peramalan ... III-12 3.2.5. Klasifikasi Teknik Peramalan ... III-14 3.3. Program Linier ... III-18 3.4. Goal Programming ... III-20 3.4.1. Pengertian dan Konsep Dasar Goal Programming ... III-20 3.4.2. Model Umum Goal Programming ... III-23 3.4.3. Perumusan Masalah Goal Programming... III-24 3.5. Metode Pemecahan Masalah ... III-25


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-1 4.4. Tahapan Penelitian ... IV-3

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Penjualan Transformator dari April 2009 s/d

Maret 2011 ... V-1 5.1.2. Data Harga Pokok dan Harga Penjualan ... V-1 5.1.3. Waktu Penyelesaian Produk ... V-3 5.1.4. Data Jam Kerja Tersedia ... V-3 5.1.5. Pemakaian dan Ketersediaan Bahan Baku ... V-3 5.2. Pengolahan Data ... V-5

5.2.1. Meramalkan Permintaan Untuk Tiap Produk dari

April 2011 s/d Maret 2012 Secara Agregat ... V-5 5.2.2. Perhitungan Waktu Penyelesaian Produk dan


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3. Perhitungan Pemakaian dan Ketersediaan Bahan

Baku ... V-25 5.2.4. Memformulasikan Fungsi Sasaran ... V-28 5.2.5. Memformulasikan Fungsi Pencapaian untuk

Goal Programming ... V-30

5.2.6. Penyelesaian Fungsi Pencapaian Goal Programming V-38

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Volume Produksi ... VI-1 6.2. Analisis Pencapaian Sasaran Keuntungan ... VI-9 6.3. Analisis Pencapaian Sasaran Pemakaian Jam Kerja ... VI-10 6.4. Analisis Pencapaian Sasaran Pemakaian Bahan Baku ... VI-10

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Uraian Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja di PT. Morawa

Electric Transbuana ... II-6 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... II-7 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa ... II-13 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa ... II-13 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-28 3.1. Tabel Simpleks Awal ... III-28 3.2. Tabel Simpleks Awal (Pemilihan Kolom Kunci) ... III-28 3.3. Tabel Simpleks Iterasi I ... III-29 3.4. Tabel Simpleks Iterasi II ... III-30 3.5. Tabel Simpleks Iterasi III ... III-30 3.4. Tabel Simpleks Iterasi IV ... III-30 5.1. Data Penjualan Transformator dari April 2009 sampai

dengan Maret 2011 di PT. Morawa Electric Transbuana ... V-2 5.2. Harga Pokok dan Harga Penjualan Transformator ... V-2 5.3. Kecepatan Produksi Dalam Satu Batch ... V-3 5.4. Jam Kerja yang Tersedia Untuk April 2011 s/d Maret 2012 ... V-4 5.5. Data Pemakaian Bahan Baku... V-4 5.6. Data Ketersediaan Bahan Baku Setiap Bulan ... V-5 5.7. Data Permintaan Produk Transformator untuk Masing-masing Tipe


(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.8. Konversi Data Permintaan Dalam Satuan Waktu ... V-7 5.9. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Konstan ... V-9 5.10. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linier ... V-10 5.11. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Kuadratis ... V-11 5.12. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Eksponensial ... V-13 5.13. Estimasi Kesalahan Peramalan Metode Konstan Produk

Transformator Tipe 3 Fasa... V-14 5.14. Estimasi Kesalahan Peramalan Metode Linier Produk Transformator

Tipe 3 Fasa ... V-15 5.15. Estimasi Kesalahan Peramalan Metode Kuadratis Produk

Transformator Tipe 3 Fasa... V-16 5.16. Estimasi Kesalahan Peramalan Metode Eksponensial Produk

Transformator Tipe 3 Fasa... V-17 5.17. Besar Kesalahan Masing-masing Metode Peramalan ... V-18 5.18. Verifikasi Data Peramalan Linier Produk Transformator Tipe 3 Fasa V-19 5.19. Hasil Peramalan Permintaan Produk Transformator Tipe 3 Fasa

Periode April 2011 s/d Maret 2012 ... V-21 5.20. Hasil Perhitungan Faktor Konversi ... V-22 5.21. Hasil Peramalan Permintaan Masing-masing Produk Transformator

Periode April 2011 s/d Maret 2012 ... V-23 5.22. Kecepatan Mesin Produksi ... V-24


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.23. Data Pemakaian Bahan Baku... V-25 5.24. Keuntungan Penjualan Transformator yang Diharapkan Pada

April 2011-Maret 2012 ... V-30 5.25. Formulasi Perencanaan Tiap Bulan ... V-32 5.26. Hasil Perencanaan Produksi Masing-masing Produk dengan

Metode Goal Programming Periode April 2011 s/d Maret 2012 ... V-42 5.27. Rekapitulasi Hasil Perencanaan Kapasitas Produksi Optimal ... V-44 6.1. Hasil Perencanaan Produksi dengan Menggunakan Goal

Programming Periode April 2011 s/d Maret 2012 ... VI-1

6.2. Rekapitulasi Hasil Perencanaan Produksi ... VI-4 6.3. Persentase Pemakaian Bahan Baku Periode April 2011 s/d

Maret 2012 ... VI-11 6.4. Variabel Deviasional ... VI-15


(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana ... II-4 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Transformator ... II-27 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian... IV-2 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8 5.1. Diagram Pencar Penjualan Transformator Tipe 3 Fasa Pada April

2009 s/d Maret 2011 ... V-8 5.2. Moving Range Chart untuk Peramalan Produk Transformator Tipe

3 Fasa 25 KVA, 50 KVA, dan 100 KVA ... V-21 5.3. Input Data Dalam Software LINDO ... V-39 5.4. Optimizer Output Dalam Software LINDO ... V-40 5.5. Hasil Akhir Dalam Software LINDO ... V-41


(16)

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan ... L-8 3. Penyelesaian Goal Programming Menggunakan Software LINDO

Periode Mei 2011 s/d Maret 2012 ... L-13 3. Surat Permohonan Tugas Akhir ... L-28 4. Surat Penjajakan ... L-30 5. Surat Balasan ... L-31 6. SK Tugas Akhir ... L-32 7. Lembar Asistensi ... L-33


(17)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan transformator tegangan tinggi. Produk yang dihasilkan ada dua jenis yaitu transformator satu fasa dan transformator 3 fasa.Perusahaan ini menggunakan sistem flow shop dan permintaannya bersifat make to order.

Perencanaan produksi umumnya dilakukan dengan taksiran berdasarkan pengalaman masa lalu. Namun, pada kenyataannya, perusahaan sering mengalami keterlambatan pengiriman produk ke konsumen dikarenakan kekurangan stock barang di gudang. Dalam hal ini, perusahaan diperhadapkan pada pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah produk yang optimal yang akan diproduksi.

Penggunaan Goal Programming mampu menentukan jumlah produksi yang optimal karena metode Goal Programming berpotensi untuk menyelesaikan permasalahan multi tujuan. Melalui variabel deviasinya, Goal Programming dapat memberikan solusi optimal yang merupakan titik temu dari tujuan-tujuan tersebut. Dalam Goal Programming terdapat variabel deviasional dan fungsi kendala yang digunakan untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai.

Inti dari perencanaan produksi dengan Goal Programming adalah dapat melakukan optimasi produksi dengan tujuan memaksimalkan keuntungan. Hal ini dilakukan dengan membuat model matematis dimana yang menjadi fungsi tujuan adalah maksimisasi keuntungan, sedangkan yang menjadi kendala adalah jumlah pemakaian, ketersediaan bahan baku, dan ketersediaan jam kerja. Penggunaan

Goal Programming dalam penelitian ini menghasilkan jumlah produksi yang

optimal dimana penggunaan jumlah bahan baku tetap berada dalam batasan ketersediaan bahan baku di perusahaan.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada perusahaan manufaktur, perencanaan produksi merupakan aktivitas yang penting dalam menentukan kontinuitas operasional produksi. Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu penyelesaian, utilitas kapasitas, dan pemerataan beban. Di dalam praktek, manajer produksi harus membuat keputusan mengenai rencana produksi yang tepat untuk periode yang akan datang agar diperoleh biaya yang minimum sehingga keuntungan yang akan didapatkan bisa semaksimal mungkin. Dalam melakukan perencanaan produksi pihak perusahaan harus memperhitungkan seluruh kemampuan dan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar implementasi rencana produksi dapat dilakukan perusahaan secara optimal dengan meminimalkan jumlah persediaan produk dan dapat memperpendek waktu penyelesaian pesanan konsumen.

PT. Morawa Electric Transbuana berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20.5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan transformator tegangan tinggi. Produk yang dihasilkan ada dua jenis yaitu transformator satu fasa dan transformator 3 fasa. Transformator yang dihasilkan 90% disalurkan untuk kebutuhan PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan 10% lagi disalurkan untuk perusahaan swasta lainnya.


(19)

Dalam melaksanakan produksi PT. Morawa Electric Transbuana berkeinginan untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian volume produksi dengan permintaan konsumen dan komplain konsumen atas keterlambatan penyelesaian order, sehingga diperlukan perencanaan produksi yang optimal. Akan tetapi sistem perencanaan yang dilakukan perusahaan selama ini cukup sederhana yaitu dengan melihat pada keadaan yang sedang terjadi di lantai produksi dan berdasarkan pengalaman masa lalu, sehingga seringkali tidak memperhatikan berapa jumlah persediaan komponen yang ada di gudang dan berapa lama suatu mesin dapat digunakan. Hal ini mengakibatkan tujuan dari perencanaan produksi yang dilakukan seringkali tidak tercapai. Pada suatu periode waktu kelebihan jumlah produksi terjadi sehingga persediaan di gudang menjadi besar.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah model yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan perencanaan produksi. Perencanaan produksi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Dalam hal ini perusahaan perlu membuat rencana produksi yang optimal. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang tepat sehingga dapat menghasilkan rencana yang tepat. Salah satu metode yang dapat mengoptimalkan perencanaan produksi adalah Goal Programming.

Goal programming adalah salah satu model matematis yang dipandang

sesuai digunakan untuk pemecahan masalah-masalah multi tujuan karena melalui variabel deviasinya, Goal Programming dapat memberikan solusi optimal yang merupakan titik temu dari tujuan-tujuan tersebut. Dalam Goal Programming


(20)

terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala yang digunakan untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai yaitu penyimpangan hasil penyelesaian di atas sasaran dan juga di bawah sasaran. Jika penyimpangan di atas sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka yang diminimumkan adalah penyimpangan di bawah sasaran dan sebaliknya. Artinya, salah satu variabel penyimpangan di dalam tujuan berharga sama dengan nol. Sehingga variabel ini mengubah makna kendala menjadi sasaran untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka pokok permasalahan yang akan dicari solusinya dalam penelitian ini adalah menyusun rencana produksi yang optimal. Dimana penentuan jumlah produksi yang menjadi permasalahan dalam perusahaan ini dikaitkan dengan upaya memaksimalkan keuntungan dan juga pencapaian beberapa sasaran dengan mempertimbangkan berbagai faktor pembatas. Permasalahan ini akan dipecahkan dengan merancang perencanaan produksi menggunakan pendekatan Goal Programming.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan sebuah rencana produksi yang optimal berdasarkan pendekatan Goal

Programming, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya


(21)

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Proses produksi di perusahaan berlangsung normal.

2. Harga bahan baku dan harga jual produk selama penelitian tidak berubah. 3. Setiap mesin yang digunakan selama proses produksi dalam kondisi baik

tanpa ada gangguan.

Batasan-batasan pada penelitian ini antara lain :

1. Data penjualan yang digunakan untuk meramalkan permintaan adalah data penjualan dari April 2009 s/d Maret 2011.

2. Penelitian ini dilakukan untuk produk transformator 3 fasa 25 KV, 50 KVA, dan 100 KVA karena jenis ini yang banyak diminta oleh konsumen.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan sistem perencanaan produksi yang optimal di perusahaan.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan teori yang didapat di perguruan tinggi kedalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaikan suatu permasalahan.


(22)

Penelitian bermanfaat sebagai tambahan referensi yang dapat memperkaya laporan-laporan penelitian Teknik Industri serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Pada Bab I : Pendahuluan, diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

Pada Bab II : Gambaran Umum Perusahaan, dijelaskan tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi yang berlangsung.

Pada Bab III : Landasan Teori, dijelaskan mengenai teori-teori yang diperlukan dalam penelitian untuk digunakan dalam pengolahan data dan analisis pemecahan masalah. Teori-teori dalam penelitian ini antara lain arti dan pentingnya perencanaan produksi, sifat-sifat perencanaan produksi, konsep dasar dan pengertian peramalan, karakteristik peramalan yang baik, sifat hasil peramalan, teknik peramalan, klasifikasi teknik peramalan, program linier, pengertian dan konsep dasar goal programming.

Pada Bab IV : Metodologi Penelitian, diuraikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian serta tahapan-tahapan penelitian dimulai dari identifikasi


(23)

masalah sampai akhir serta tahapan dalam pengolahan data dan analisis pemecahan masalah.

Pada Bab V : Pengumpulan dan Pengolahan Data, diuraikan tentang data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang dilakukan berdasarkan metodologi penelitian. Data primer yang diambil adalah waktu proses pengerjaan produk. Pengukuran waktu proses dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Sedangkan data sekundernya adalah data penjualan periode April 2009 s/d Maret 2011, harga pokok produksi dan harga jual produk, jumlah hari kerja, dan jumlah ketersediaan bahan baku. Data yang diperoleh diolah dengan metode pengolahan data yang dipilih untuk memberikan solusi pemecahan masalah.

Pada Bab VI : Analisis Pemecahan Masalah, dijelaskan analisis hasil pengolahan data untuk memperoleh pemecahan masalah.

Pada Bab VII : Kesimpulan dan Saran, diuraikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah serta saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Peningkatan kebutuhan energi listrik dalam rangka proses pembangunan diyakini akan terus berlanjut. Listrik merupakan sumber tenaga utama yang menjadi objek vital bagi masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini tentunya menjadi peluang besar bagi investor untuk berinvestasi dalam sektor penyediaan arus listrik. Dalam mendistribusikan listrik dibutuhkan beberapa komponen berupa transformator. Transformator dibutuhkan untuk menjaga kestabilan tegangan listrik dari sumber pembangkit hingga ke masyarakat yang jauh dari sumber pembangkit.

Seiring dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk maka dibutuhkan distribusi listrik yang lebih banyak. Dengan demikian komponen penginstalasian listrik seperti transformator juga semakin banyak diperlukan. Hal inilah yang mendorong pendirian perusahaan transformator yang bernama PT. Morawa Electric Transbuana.

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan swasta dalam negeri yang bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan transformator tegangan tinggi. Perusahaan ini didirikan dengan ijin usaha tetap No. 127/M/SK/IMLD/VIII/88, tanggal 9 Agustus 1988. Ijin usaha tersebut kemudian diperluas dengan ijin perluasan No. 120/Kanwil-02/IP/ID-IMLDE/X/98 pada tanggal 5 Oktober 1992.


(25)

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan pabrik yang memproduksi transformator tegangan tinggi dengan kapasitas jenis satu fasa dan tiga fasa. Pabrik ini berlokasi di Jl. Raya Medan Tanjung Morawa Km. 20,5, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Perusahaan ini juga memiliki kantor yang beralamat di Jl. Perniagaan Baru No. 48D-50D Medan, Sumatera Utara.

PT. Morawa Electric Transbuana berusaha untuk semakin meningkatkan standar mutu operasional, keunggulan teknis dan pelayanan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2000 yang mulai diefektifkan penerapannya pada tanggal 1 Mei 2003 sampai dengan sekarang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Morawa Electric Transbuana dalam kegiatannya memproduksi dua jenis transformator yaitu transformator satu fasa dan transformator tiga fasa, dimana Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi konsumen utama. Selain itu, transformator yang dihasilkan juga dikonsumsi oleh perusahaan-perusahaan swasta lainnya seperti PT. SOCI, PT. Ariwabana, dan PT. Caltex Pasific Indonesia). Transformator yang diproduksi juga diekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang memiliki peran, jabatan, atau fungsi masing-masing dan bersepakat melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pengorganisasian kerja


(26)

sebagai salah satu fungsi dasar manajemen, dapatlah dipandang sebagai proses menetapkan hubungan-hubungan baik secara vertikal maupun horizontal antar berbagai sumber daya yang dimiliki organisasi. Organisasi pada dasarnya adalah alat untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian struktur, corak, maupun ukuran setiap organisasi haruslah bersesuaian dengan tujuan yang telah direncanakan ataupun yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal untuk mengelola organisasi. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi, dan juga menunjukkan hubungan antar staff di setiap bagian. Struktur organisasi mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi kerja dalam suatu organisasi.

Jenis desain struktur organisasi yang ada pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah jenis struktur organisasi lini dan fungsional. Organisasi lini adalah struktur organisasi yang paling sederhana. Jenis struktur organisasi ini bercirikan mata rantai vertikal antara berbagai tingkat organisasi. Semua anggota organisasi menerima perintah melalui satu mata rantai komando. Sedangkan organisasi menurut fungsi menyatukan semua orang yang terlibat dalam satu aktivitas atau beberapa aktivitas berkaitan yang disebut fungsi dalam satu departemen. Struktur organisasi pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(27)

Presiden Direktur

Direktur Pemasaran

Kepala Pabrik

Kepala Pemasaran

Kepala Design

Kepala Produksi

Kepala Bengkel

Kepala Proses Akhir

Sumber : PT Morawa Electric Transbuana

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana

Keterangan gambar:

: menunjukkan hubungan lini atau vertikal dalam organisasi --- : menunjukkan hubungan fungsional dalam organisasi.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian pada struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana yang menggambarkan aliran informasi yang terjadi selama kegiatan-kegiatan berlangsung, dapat dilihat pada lampiran 1.


(28)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi karena apabila terdapat kekurangan tenaga kerja maka kegiatan produksi tidak dapat berjalan dengan semestinya. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, PT. Morawa

Eletric Transbuana mempertimbangkan jumlah dan juga keahlian dari tenaga

kerja baru. Pada PT. Morawa Eletric Transbuana terdapat dua golongan tenaga kerja yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Penempatan posisi setiap tenaga kerja diatur oleh pihak manajemen perusahaan. Rincian tenaga kerja pada PT. Morawa Eletric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2.3.3.2. Jam Kerja

Agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai maka diperlukan pengaturan jam kerja yang baik. Hari kerja yang diberlakukan PT. Morawa Electric Transbuana adalah 6 hari dalam seminggu (Senin sampai Sabtu). Apabila perusahaan memiliki order yang banyak, maka hari minggu juga bekerja (khusus bagian produksi) untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Karyawan yang memiliki jam kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan dianggap lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(29)

Tabel 2.1. Uraian Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja di PT. Morawa Electric

Transbuana

No Posisi/ Jabatan Jumlah (Orang)

1 Presiden Direktur 1

2 Direktur Pemasaran 1

3 Direktur Keuangan/ ADM 1

4 Kepala Pabrik 1

5 Kepala Bagian Pemasaran 1

6 Kepala Bagian Desain 1

7 Kepala Bagian Produksi 1

8 Kepala Bagian Bengkel 1

9 Kepala Bagian Proses Akhir 1

10 Kepala Bagian Gudang 1

11 Kepala Bagian Pengujian 1

12 Kepala Bagian QAS (Quality Assurance) 1

13 Kepala Bagian Keuangan 1

14 Kepala Bagian Personalia 1

15 Kepala Bagian Pembelian 1

16 Karyawan Seksi Desain 1

17 Karyawan Seksi Perawatan 1

18 Karyawan Seksi Bengkel 16

19 Karyawan Seksi Pengujian Material 3

20 Karyawan Seksi Produksi Inti 4

21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1

22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 2

23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 2 24 Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 7 25 Karyawan Seksi Perakitan/ Koneksi Kumparan 6

26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 1

27 Karyawan Seksi Finishing 6

28 Karyawan Seksi Gudang 1

29 Karyawan Seksi Lokal 1

30 Karyawan Seksi Ekspor 1

31 Karyawan Seksi Administrasi 4

32 Karyawan Seksi Keamanan 8

Jumlah Total 80


(30)

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 16.00 Kerja Jumat

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.30 Istirahat 13.30 - 16.00 Kerja Sabtu

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Pembayaran upah yang ada pada PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dengan besar upah berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun perincian upah dan sistem pengupahan di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

a. Gaji Pokok b. Upah Lembur

c. Tunjangan kesehatan dan keluarga d. Insentif kerajinan

e. Tunjangan hari raya f. Bonus tahunan


(31)

2.4. Proses Produksi

Proses produksi adalah proses transformasi yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

PT. Morawa Electric Transbuana yang merupakan perusahaan pembuatan transformator jenis satu fasa dan tiga fasa menggunakan teknologi produksi yang semi otomatis yaitu selain menggunakan mesin yang juga memakai tenaga kerja sebagai operator maupun pekerja manual.

2.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses produksi paku di PT. Morawa

Electric Transbuana terdiri dari bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong.

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan ini memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Kualitas bahan baku yang digunakan sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah :

1. Plat Silicon Steel

Silicon steel merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan inti

transformator. Jenis silicon steel yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon Steel Jepang dan jenis RG8H produksi


(32)

Kawasaki Steel Jepang. Silicon steel berbentuk lembaran plat yang tergulung

berlapis-lapis.

2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)

Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder untuk gulungan primer.

b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan

sekunder dengan ukuran 3,2 mm x 8 mm. 3. Kertas Isolasi

Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13 – 0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80 – 1,60 mm dikemas dalam peti.

4. Minyak

Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B juga minyak Esso Volta 80 buatan Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar atau terkena sambaran petir.

5. High and Low Voltage Bushing

High and Low Voltage Bushing merupakan bahan yang digunakan untuk

tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimport dari Cina.


(33)

6. Tap Changer

Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila

transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.

7. Earth Terminal

Earth Terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung

dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah. 8. Thermometer

Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.

9. Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi dalam negeri, yang digunakan dalam pembuatan casing transformator.

10.Pressure Terminal

Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi.

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka memperlancar proses produksi tetapi bahan ini tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah :

1. Gas Nitrogen (N2). Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator.


(34)

a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti, sehingga tidak terjadi pekaratan inti.

b. Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCL dan Soda Ash

HCL dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat. 3. Kayu Meranti

Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.

4. Pasir kuarsa

Pasir digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut.

2.4.1.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada suatu proses produksi dan tampak pada produk akhir. Dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan nilai dari suatu produk. Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan transformator di PT. Morawa Electric Transbuana adalah : 1. Cotton band

Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas.

2. Plat Merek

Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yang memproduksikan transformator.


(35)

3. Name plate

Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada

tangki trafo. 4. Lem

Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. 5. Kawat Las

Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.

6. Baut dan Mur

Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup

pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki,

dan memasang tutup tangki trafo. 7. Hand Hold

Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan

transformator dan terdiri dari dua pasang pegangan. 8. Cat

Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti (core type) yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi produk transformator satu fasa dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.


(36)

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50

Jumlah Fasa - 1 1 1 1 1

Frekuensi

Pengenal Hz 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20

Tegangan

Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462

Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya

Pengenal (kVA) 25 50 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 Jumlah

Fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Frekuensi

Pengenal (Hz) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Tegangan

Primer (kV) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tegangan

Sekunder (kV) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Arus

Beban Nol (%) 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2 Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:


(37)

1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting)

Inti transformator terbuat dari Silicon Steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Ciri-ciri inti transformator yang baik adalah memiliki rugi-rugi arus pusar yang kecil. Silicon Steel di gudang dibawa ke bagian pemotongan dengan menggunakan hoist crane. Silicon Steel diukur sesuai dengan desain yang diinginkan misalnya untuk trafo 3 Fasa 50 KVA 50 HZ, diperlukan lebar masing-masing 100 mm, 90 mm, 80 mm, 60 mm, 40 mm.

Silicon Steel yang telah selesai diukur kemudian dipotong. Proses pemotongan

inti transformator dilakukan setelah lembaran tergulung diletakkan pada penyangga mesin peletakan, kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan yang telah diatur jarak pisau-pisaunya sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di tempat penyusunan plat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.

2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)

Hasil lembaran inti yang telah selesai dipotong dibawa ke penggulungan inti dengan hoist crane kemudian digulung dengan mesin gulung dan diukur ketebalannya tiap tingkat dengan jangka sorong. Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka dibuat


(38)

jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalah dengan cara staching (inti susun) yaitu menyusun lembaran inti satu per satu keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:

a. Rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadi penghematan dalam penggunaan inti transformator.

b. Arus penguatan (exciting current) adalah sangat kecil, karena kecilnya celah udara (air gap).

c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah.

d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat. e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.

Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan pada beliran (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Penggulungan inti trafo dengan cara staching atau inti susun, apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan belitannya untuk diganti.


(39)

Penggulungan inti harus memperhatikan tegangan tarik (tensile strength) agar tidak terlalu besar, untuk menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapat menyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.

3. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement)

Inti transformator yang sudah selesai digulung, ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.

4. Proses Annealing

Tujuan proses annealing adalah melunakkan inti agar lebih mudah dikerjakan. Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane , kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses

annealing ini berguna untuk:

a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan.

Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol yang diatur mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple yang dihubungkan dengan

relay temperature dengan range 0-1200oC, relay ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan


(40)

sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 800oC. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses annealing ± 24 jam dengan kapasitas satu tungku sebanyak 7 unit. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:

a. Inti (Silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan besi.

b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen pemanas yang menggunakan listrik.

c. Gas N2 dialirkan dengan tekanan ± 0,1 kg/cm selama 30 menit.

d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkan dengan tekanan yang sama.

e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengan tekanan tetap.

f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oC selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkan hingga proses annealing selesai.

g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oC dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi ± 30 cm dari dasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350oC.


(41)

h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan. i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai.

Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku. Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran pembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N2 yang baru. Inti yang keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane.

5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)

Setelah proses pemanggangan dan penimbangan selesai, inti-inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak dan disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pengujian rugi-rugi antara lain:

a. Ukur penampang inti tersebut.

b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.

c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengetasan.


(42)

e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control

panel.

f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengetesan.

h. Setelah hasil pengetesan, switch off panel kontrol dan matikan power

supply.

6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)

Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi belitan kawat primer dengan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis,

sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.

b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada

proses akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis.

PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure

Paper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga

karena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis. 7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)

Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan kereta sorong. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti


(43)

trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada

coil winding machine, insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran

selanjutnya kawat tembaga digulung. a. Kumparan sekunder

Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan dan lilitan pada kaki trafo terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan sekunder selesai digulung kemudian diberi lagi

insulation paper dengan tebal 0,125 mm kemudian dilapisi lagi dengan insulation paper dengan tebal 4,8 mm (kertas OD). Kertas OD ini

merupakan batangan kertas 4,8 mm yang direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2 cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.


(44)

b. Kumparan primer

Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190 lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095 lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4 mm.

Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan penggunaan insulation paper benar, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.

8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)

Inti yang telah selesai digulung dibawa kebagian koneksi dengan hoist crane. Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap kumparan sekunder dengan cara di-las, kemudian dilakukan pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.


(45)

9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)

Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkin ada di dalam kawat. Inti transformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup serta instrumen yang diperlukan dibawa ke pengeringan dengan menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (drying oven). Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas transformator. Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan blower yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.

10.Pemasangan Terminal (Terminal Assembly)

Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ke tempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.

11.Turn Ratio Test

Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi


(46)

pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga-harga perbandingan transformator nominal menurut standard.

12.Penyatuan dengan Tangki Transformator

Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalam tangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressure terminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.

13.Pengisian Minyak ke dalam Tangki Transformator (Oil Filling)

Jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh perusahaan Shell Company Belanda. Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai ±2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin (cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki, maka minyak tersebut perlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato

Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah untuk menghilangkan

kadar air yang terdapat pada minyak. 14.Routing Test

Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akan dikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di pengisian minyak trafo dibawa ke


(47)

bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:

a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol. Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder (tegangan rendah), tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.

b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi) sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubungsingkatkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.

c. Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan ini dilakukan dengan menggunakan

Wheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan

kumparan primer dan untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan double-bridge (jembatan ganda).

d. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).


(48)

e. Pengujian frekuensi tinggi

Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.

f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo

Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) ke dalam tangki trafo yang telah ditutup rapat.

Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:

a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu 15.Pemasangan Name Plate

Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian quality

control, maka selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate

yang memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan.

16.Penyimpanan

Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.

Secara garis besar blok diagram proses pembuatan transformator PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(49)

Pemotongan Inti

Penggulungan inti

Penimbangan inti

Pemanggangan inti

Pengujian rugi-rugi inti Pemotongan kertas isolasi

Penggulungan kumparan

Turn Ratio Test

Penghubungan/koneksi kumparan Pengeringan gulungan

kumparan Pemasangan Terminal

Turn Ratio Test Penyatuan dengan tangki

trafo Pengisian minyak ke

dalam trafo Routine Test Pemasangan Name Plate

dan Merek Penyimpanan Oil Diala B

Name Plate Casing di area penumpukan

Silicon steel (inti)


(50)

2.5. Mesin dan Peralatan

Mesin yang digunakan di PT. Morawa Electric Transbuana sebagian besar adalah buatan luar negeri seperti Taiwan, dan Amerika. Teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan proses produksi di pabrik tidaklah terotomatisasi, dimana seluruh kegiatan melibatkan tenaga manusia sebagai operator yang mendesain, mengoperasikan dan mengontrol jalannya proses produksi di pabrik.

Daftar mesin dan peralatan yang digunakan di pabrik dapat dilihat pada Tabel 2.5., sedangkan spesifikasi mesin dan peralatan produksi dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.5.1. Utilitas

Unit utilitas merupakan penunjang bagi unit lain dalam pabrik atau merupakan saran penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal sampai produk akhir.

PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai utilitas sebagai berikut : 1. Energi listrik yang diperoleh dari PLN dengan kebutuhan setiap bulan

sekitar 30.000 KWH.

2. Air, untuk kebutuhan penyediaan air didapat dari PDAM Tirtanadi dengan kebutuhan tiap bulannya sekitar 100 m3.

2.5.2. Safety and Fire Protection

Pihak PT. Morawa Electric Transbuana melakukan tindakan pengamanan (safety), berupa pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin timbul.


(51)

Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana

No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan

(Volt)

Kuat Arus

(Ampere) Cos φ

Jumlah

(Unit) Fungsi

1 Core Slitting 1981 Taiwan 3 HP 380 7 0,8 1 Memotong silicon steel sesuai dengan ukuran produk yang akan dibuat

2 Core Wounded 1981 Taiwan 2,5 HP 380 8,1 0,6 2 Menggulung inti transformator

3 Annealing Furnace 1981 Taiwan 60 Kw 380 170 - 1

-Memperbaiki karakteristik inti trafo, yaitu memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugi-rugi inti

-Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah

4 Coil Winding 1981 Taiwan 1 HP 380 3,65 0,5 8 Menggulung kumparan transformator

5 Insulating Dryer 1981 Taiwan 12

kVA 380 63 0,5 1 Mengeringkan inti transformator

6 Paper Wrapping 1981 Taiwan 1,5

kVA 380 7,2 0,5 2

Memotong kertas isolasi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

7 Oil Purifier 1981 Taiwan 3,7


(52)

Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi ………. (Lanjutan)

No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan

(Volt)

Kuat Arus

(Ampere) Cos φ

Jumlah

(Unit) Fungsi

8 Oil Filter 1981 Taiwan - 380 4 - 1 Mengosongkan udara dari transformator dan

mengisi dengan minyak

9 Compressor 1981 Taiwan 2 HP 380 7,1 0,5 3 Memompa udara

10 Generating Set 1981 Taiwan 350

kVA 400 722 0,8 1 Cadangan pembangkit tenaga listrik 11 High Frequency

Generator 1981 Taiwan 5 kVA 380 4 0,9 1 Menetralkan frekuensi

12 Drying Oven 1981 Amerika 24 kW 380 5 - 1 Mengeluarkan kandungan air dari kertas

isolasi Sumber : PT Morawa Electric Transbuana


(53)

Maka perusahaan ini melakukannya dengan memisahkan letak bahan baku yang mudah terbakar dengan sumber api. Pada perusahaan ini tindakan fire

protection yang dilakukan adalah dengan memberikan penutup pada panel listrik,

menyediakan racun api berupa alat pemadam api ringan, pada jarak tertentu di lantai pabrik atau pada daerah yang mudah terjadi kebakaran.

2.5.3. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan sepanjang proses produksi berlangsung terdiri dari scrap silicon steel, dan scrap kawat kumparan. Limbah ini dikumpulkan dan dijual kembali kepada pabrik peleburan besi, sedangkan limbah berbentuk serbuk besi langsung dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

2.5.4. Maintenance

Maintenance merupakan proses perawatan terhadap mesin dan alat kerja

untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kesalahaan pada saat proses produksi berlangsung yang ditujukan agar seluruh proses produksi dapat berjalan dengan biak, sehingga tidak ada hambatan yang disebabkan oleh mesin atau peralatan yang dapat mengakibatkan cacat pada produk dan keterlambatan waktu penyelesaian produk yang berakibat pada keterlambatan waktu pengiriman. Pada perusahaan ini proses maintenance dilakukan secara berkala hanya saja frekuensinya masih sangat jarang yaitu sebulan sekali.


(54)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perencanaan Produksi

3.1.1. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi1

Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk dan merencanakan jumlah produk yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut. Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa yang akan datang.

Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak melakukannya dan kapan harus melakukan. Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi. Perencanaan

1 Arman Hakim Nasution. Perncanaan dan Pengendalian Produksi. 1999. Jakarta: PT. Candimas


(55)

produksi agregat adalah metode perencanaan kapasitas jangka menengah khususnya meliputi dari 2 sampai 12 bulan. Seorang perencana harus memperhatikan tingkat output, level pekerja dan perubahannya, level persediaan dan perubahannya untuk meminimumkan total biaya untuk produksi, overtime, gaji, penyewaan, pemberhentian, persediaan dan subkontrak. Tujuan perencanaan produksi adalah menyusun suatu rencana produksi untuk memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum keseluruhan produk.

Kegunaan atau pentingnya diadakan suatu rencana produksi adalah sebagai berikut:

1. Suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka dengan adanya perencanaan produksi, dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan produksi dengan jelas. Dengan adanya kejelasan arah tersebut maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan efektivitas setinggi mungkin.

2. Dengan perencanaan yang memberikan informasi tujuan yang hendak dicapai, maka akan memungkinkan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut telah dicapai atau tidak. Dengan demikian, koreksi-koreksi terhadap penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dapat diketahui seawal mungkin. Akibat dari penilaian berdasarkan tujuan yang telah direncanakan ini, pemborosan dan usaha yang tidak menunjang pencapaian tujuan dapat dihindari.


(56)

3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam usaha tujuan tersebut. Dengan memperhitungkan hambatan-hambatan tersebut, persiapan untuk mengatasinya menjadi lebih terarah.

4. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali. Misalnya dalam pengembangan usaha, selalu mempunyai kecenderungan untuk menambah jumlah dan jenis tenaga kerja dari yang sudah dimiliki untuk memperbaiki mutu serta jumlah output.

3.1.2. Sifat-Sifat Perencanaan Produksi2

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah perencanaan produksi adalah sebagai berikut:

1. Berjangka Waktu

Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks yang memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola permintaan, tersedianya bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintahan, persaingan, dan lain-lain selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila


(57)

keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai.

Ada tiga jenis perencanaan produksi yang didasarkan pada periode waktu, yaitu:

a. Perencanan produksi jangka panjang b. Perencanan produksi jangka menengah c. Perencanan produksi jangka pendek 2. Bertahap

Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap. Artinya perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka waktu di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 1 sampai 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang


(58)

tersedia. Hal ini meliputi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.

b. Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan jangka menengah didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah suplier dan sub kontraktor), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap.

c. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada), sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan jangka menengah.

3. Terpadu

Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin/ peralatan, tenaga kerja, dan waktu, dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target


(59)

produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Masing-masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya. Keterpaduan ini tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertikal. Hal ini berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya.

4. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan, apa yang dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.

5. Terukur

Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitori untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka


(60)

rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi dan jika dalam realisasinya tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan menyusun rencana berikutnya.

6. Realistis

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di perusahan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika recana produksi dibuat tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat dicapai. Selain itu, penyimpangan pelaksanaannya tidak dapat diketahui karena pelaksanaannya tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.

7. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi harus dilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama.


(61)

8. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

3.1.3. Perencanaan Agregat3

3 Rosnani Ginting. Sistem Produksi. 2007. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 71-72

Perencanaan agregat merupakan salah satu metode dalam perencanaan produksi. Dengan menggunakan perencanaan agregat maka perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menggunakan satuan produk pengganti sehingga keluaran dari perencanaan produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk (individual produk). Jadi, dalam perencanaan agregat tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam bentuk agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:

a. Kemudahan dalam pengolahan data

Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.


(1)

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 0.000000 5) 0.000000 0.000000 6) 0.000000 0.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 0.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 0.000000 0.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000 15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 5

Perencanaan produksi untuk Bulan Desember 2011

INPUT:

MIN DB13+DB14+DB15+DB16+DA1+DA2+DA3+DA4+DA5+DA6+DA7+DA8+DA9+DA10+DA11+DA12 SUBJECT TO

2) X1 + DB13 - DA13 = 21 3) X2 + DB14 - DA14 = 21 4) X3 + DB15 - DA15 = 21

5) 450000X1 + 520000X2 + 560000X3 + DB16 - DA16 = 32130000 6) 216.43X1 + 240.00X2 + 432.86X3 + DB1 - DA1 = 9690 7) 240X1 + 388X2 + 328X3 + DB2 - DA2 = 30000

8) 102X1 + 178X2 + 205X3 + DB3 - DA3 = 15000 9) 17X1 + 19X2 + 20X3 + DB4 - DA4 = 1500 10) 20X1 + 22X2 + 25X3 + DB5 - DA5 = 1500 11) 3X1 + 3X2 + 3X3 + DB6 - DA6 = 200 12) 4X1 + 4X2 + 4X3 + DB7 - DA7 = 400 13) X1 + X2 + X3 + DB8 - DA8 = 100 14) X1 + X2 + X3 + DB9 - DA9 = 100 15) X1 + X2 + X3 + DB10 - DA10 = 100 16) 7X1 + 10X2 + 12X3 + DB11 - DA11 = 1000 17) X1 + X2 + X3 + DB12 - DA12 = 100 END

OUTPUT:

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 5 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.0000000E+00

VARIABLE VALUE REDUCED COST DB13 0.000000 1.000000 DB14 0.000000 1.000000 DB15 0.000000 1.000000 DB16 0.000000 1.000000 DA1 0.000000 1.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 DA8 0.000000 1.000000 DA9 0.000000 1.000000 DA10 0.000000 1.000000 DA11 0.000000 1.000000


(2)

DA12 0.000000 1.000000 X1 21.000000 0.000000 DA13 0.000000 0.000000 X2 21.000000 0.000000 DA14 0.000000 0.000000 X3 21.000000 0.000000 DA15 0.000000 0.000000 DA16 15194198.000000 0.000000 DB1 0.000000 0.000000 DB2 18328.458984 0.000000 DB3 4059.786865 0.000000 DB4 886.149963 0.000000 DB5 769.437439 0.000000 DB6 104.772491 0.000000 DB7 273.029999 0.000000 DB8 68.257500 0.000000 DB9 68.257500 0.000000 DB10 68.257500 0.000000 DB11 661.089966 0.000000 DB12 68.257500 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 0.000000 5) 0.000000 0.000000 6) 0.000000 0.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 0.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 0.000000 0.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000 15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 5

Perencanaan produksi untuk Bulan Januari 2012

INPUT:

MIN DB13+DB14+DB15+DB16+DA1+DA2+DA3+DA4+DA5+DA6+DA7+DA8+DA9+DA10+DA11+DA12 SUBJECT TO

2) X1 + DB13 - DA13 = 21 3) X2 + DB14 - DA14 = 21 4) X3 + DB15 - DA15 = 21

5) 450000X1 + 520000X2 + 560000X3 + DB16 - DA16 = 32130000 6) 216.43X1 + 240.00X2 + 432.86X3 + DB1 - DA1 = 7470 7) 240X1 + 388X2 + 328X3 + DB2 - DA2 = 30000

8) 102X1 + 178X2 + 205X3 + DB3 - DA3 = 15000 9) 17X1 + 19X2 + 20X3 + DB4 - DA4 = 1500 10) 20X1 + 22X2 + 25X3 + DB5 - DA5 = 1500 11) 3X1 + 3X2 + 3X3 + DB6 - DA6 = 200 12) 4X1 + 4X2 + 4X3 + DB7 - DA7 = 400 13) X1 + X2 + X3 + DB8 - DA8 = 100 14) X1 + X2 + X3 + DB9 - DA9 = 100 15) X1 + X2 + X3 + DB10 - DA10 = 100 16) 7X1 + 10X2 + 12X3 + DB11 - DA11 = 1000 17) X1 + X2 + X3 + DB12 - DA12 = 100 END


(3)

OUTPUT:

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 5 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.0000000E+00

VARIABLE VALUE REDUCED COST DB13 0.000000 1.000000 DB14 0.000000 1.000000 DB15 0.000000 1.000000 DB16 0.000000 1.000000 DA1 0.000000 1.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 DA8 0.000000 1.000000 DA9 0.000000 1.000000 DA10 0.000000 1.000000 DA11 0.000000 1.000000 DA12 0.000000 1.000000 X1 21.000000 0.000000 DA13 0.000000 0.000000 X2 21.000000 0.000000 DA14 0.000000 0.000000 X3 21.000000 0.000000 DA15 0.000000 0.000000 DA16 18066258.000000 0.000000 DB1 0.000000 0.000000 DB2 20010.666016 0.000000 DB3 5111.166016 0.000000 DB4 988.723511 0.000000 DB5 897.654419 0.000000 DB6 120.158524 0.000000 DB7 293.544708 0.000000 DB8 73.386177 0.000000 DB9 73.386177 0.000000 DB10 73.386177 0.000000 DB11 722.634094 0.000000 DB12 73.386177 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 0.000000 5) 0.000000 0.000000 6) 0.000000 0.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 0.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 0.000000 0.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000 15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 5


(4)

Perencanaan produksi untuk Bulan Februari 2012

INPUT:

MIN DB13+DB14+DB15+DB16+DA1+DA2+DA3+DA4+DA5+DA6+DA7+DA8+DA9+DA10+DA11+DA12 SUBJECT TO

2) X1 + DB13 - DA13 = 21 3) X2 + DB14 - DA14 = 22 4) X3 + DB15 - DA15 = 22

5) 450000X1 + 520000X2 + 560000X3 + DB16 - DA16 = 33210000 6) 216.43X1 + 240.00X2 + 432.86X3 + DB1 - DA1 = 8220 7) 240X1 + 388X2 + 328X3 + DB2 - DA2 = 30000

8) 102X1 + 178X2 + 205X3 + DB3 - DA3 = 15000 9) 17X1 + 19X2 + 20X3 + DB4 - DA4 = 1500 10) 20X1 + 22X2 + 25X3 + DB5 - DA5 = 1500 11) 3X1 + 3X2 + 3X3 + DB6 - DA6 = 200 12) 4X1 + 4X2 + 4X3 + DB7 - DA7 = 400 13) X1 + X2 + X3 + DB8 - DA8 = 100 14) X1 + X2 + X3 + DB9 - DA9 = 100 15) X1 + X2 + X3 + DB10 - DA10 = 100 16) 7X1 + 10X2 + 12X3 + DB11 - DA11 = 1000 17) X1 + X2 + X3 + DB12 - DA12 = 100 END

OUTPUT:

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 5 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.0000000E+00

VARIABLE VALUE REDUCED COST DB13 0.000000 1.000000 DB14 0.000000 1.000000 DB15 0.000000 1.000000 DB16 0.000000 1.000000 DA1 0.000000 1.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 DA8 0.000000 1.000000 DA9 0.000000 1.000000 DA10 0.000000 1.000000 DA11 0.000000 1.000000 DA12 0.000000 1.000000 X1 21.000000 0.000000 DA13 0.000000 0.000000 X2 22.000000 0.000000 DA14 0.000000 0.000000 X3 22.000000 0.000000 DA15 0.000000 0.000000 DA16 17966460.000000 0.000000 DB1 0.000000 0.000000 DB2 19236.212891 0.000000 DB3 4691.632812 0.000000 DB4 946.159302 0.000000 DB5 846.199158 0.000000 DB6 113.623894 0.000000 DB7 284.831848 0.000000 DB8 71.207962 0.000000 DB9 71.207962 0.000000 DB10 71.207962 0.000000 DB11 698.495605 0.000000 DB12 71.207962 0.000000


(5)

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 0.000000 5) 0.000000 0.000000 6) 0.000000 0.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 0.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 0.000000 0.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000 15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 5

Perencanaan produksi untuk Bulan Maret 2012

INPUT:

MIN DB13+DB14+DB15+DB16+DA1+DA2+DA3+DA4+DA5+DA6+DA7+DA8+DA9+DA10+DA11+DA12 SUBJECT TO

2) X1 + DB13 - DA13 = 22 3) X2 + DB14 - DA14 = 22 4) X3 + DB15 - DA15 = 22

5) 450000X1 + 520000X2 + 560000X3 + DB16 - DA16 = 33660000 6) 216.43X1 + 240.00X2 + 432.86X3 + DB1 - DA1 = 9840 7) 240X1 + 388X2 + 328X3 + DB2 - DA2 = 30000

8) 102X1 + 178X2 + 205X3 + DB3 - DA3 = 15000 9) 17X1 + 19X2 + 20X3 + DB4 - DA4 = 1500 10) 20X1 + 22X2 + 25X3 + DB5 - DA5 = 1500 11) 3X1 + 3X2 + 3X3 + DB6 - DA6 = 200 12) 4X1 + 4X2 + 4X3 + DB7 - DA7 = 400 13) X1 + X2 + X3 + DB8 - DA8 = 100 14) X1 + X2 + X3 + DB9 - DA9 = 100 15) X1 + X2 + X3 + DB10 - DA10 = 100 16) 7X1 + 10X2 + 12X3 + DB11 - DA11 = 1000 17) X1 + X2 + X3 + DB12 - DA12 = 100 END

OUTPUT:

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 5 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.0000000E+00

VARIABLE VALUE REDUCED COST DB13 0.000000 1.000000 DB14 0.000000 1.000000 DB15 0.000000 1.000000 DB16 0.000000 1.000000 DA1 0.000000 1.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 DA8 0.000000 1.000000 DA9 0.000000 1.000000


(6)

DA10 0.000000 1.000000 DA11 0.000000 1.000000 DA12 0.000000 1.000000 X1 22.000000 0.000000 DA13 0.000000 0.000000 X2 22.000000 0.000000 DA14 0.000000 0.000000 X3 22.000000 0.000000 DA15 0.000000 0.000000 DA16 16320633.000000 0.000000 DB1 0.000000 0.000000 DB2 18008.656250 0.000000 DB3 3924.410400 0.000000 DB4 871.308350 0.000000 DB5 752.635376 0.000000 DB6 102.396248 0.000000 DB7 269.861664 0.000000 DB8 67.465416 0.000000 DB9 67.465416 0.000000 DB10 67.465416 0.000000 DB11 653.585022 0.000000 DB12 67.465416 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 0.000000 3) 0.000000 0.000000 4) 0.000000 0.000000 5) 0.000000 0.000000 6) 0.000000 0.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 0.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 0.000000 0.000000 11) 0.000000 0.000000 12) 0.000000 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000 15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 0.000000 0.000000 NO. ITERATIONS= 5