Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan kata tomodachi, yuujin, dan nakama yang memiliki makna yang hampir sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik. Semantik adalah salah satu cabang lingustik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Sementara didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 548 adalah 1 arti : makna 2 maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Menurut Ferdinand de Saussure, makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Menurut Henri Guntur Tarigan 1985: 18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semanticos “penting”, berarti yang diturunkan pula dari semainein “memperlihatkan, menyatakan” yang berasal pula dari sema “tanda”, yang terdapat pada kata semaphore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api. Jadi Universitas Sumatera Utara semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda- tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Nomina tomodachi, yuujin, dan nakama memiliki makna yang berbeda, maka untuk menganalisis ketiga kata tersebut, penulis menggunakan teori pemakaian dari makna. Teori ini dikembangkan oleh Filisuf Jerman Wittgenstein 1830 dan 1858, ia berpendapat kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Maka tidak mantap diluar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga memberi nasehat: “Jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakainnya”. Lahirlah suatu pengertian tentang makna: Maka sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainnya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera 1990: 18. Menurut Chaer 1994: 59 makna itu terbagi atas dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus jisho teki imi atau makna kata goi teki imi yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Sedangkan makna gramatikalnya yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat bunpo teki imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya Sutedi, 2003: 105-106. Nomina tomodachi, yuujin, dan nakama memiliki makna atau pengertian yang sedikit berbeda. Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian